Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada Rabu (28/11/2018), klub Ibu Kota, Persija Jakarta, merayakan hari jadinya yang ke-90. Sebuah usia yang sudah tidak muda lagi sekaligus menandakan sejarah panjang klub ini.
Dalam momentum ini, tidak ada salahnya untuk mengingat kembali bagaimana klub ini terbentuk pada tahun 1928. Awalnya klub ini bernama VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra).
Sepak bola masuk ke Tanah Air melalui proses perkenalan pemerintah kolonial Belanda. Mereka pun mempunyai perkumpulan-perkumpulan sepak bola seperti Root-Wit (1893) atau Victory (1895).
Berdirinya Persija sangat erat kaitannya terhadap perlawan orang-orang pribumi terhadap perkumpulan-perkumpulan sepak bola kolonial. Dikutip dari Majalah Abidin Side Edisi 1, ada versi lain terbentuknya VIJ pada 1928.
Di sana disebutkan bahwa, pada tahun 1928 terjadi sebuah kebakaran di Passer Barroe, dari sebuah kebakaran ini munculah jiwa-jiwa sosial dari pemuda untuk membantu para korban melalui pertandingan amal. Sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari di Batavia pada saat itu.
(Baca juga: 1 April 2019, Ronaldinho Akan Merumput dan Beri Coaching Clinic di Palembang)
Alhasil muncul ide untuk melangsungkan sebuah pertandingan amal yang hasil penjualan tiketnya disumbangkan kepada para korban. Itu merupakan salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan para pemuda.
Pertandingan ini rencananya akan dilangsungkan di Lapangan Hercules yang merupakan milik salah satu perkumpulan sepakbola orang Belanda, namun NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie) selaku induk dari perkumpulan sepak bola Belanda, menolak keras lapangan mereka dipakai oleh orang pribumi.
Hercules merupakan perkumpulan sepak bola kecil yang berinduk kepada VBO. Mereka bermain pada kompetisi Stedenwedstrijden yang merupakan kompetisi di Batavia untuk para perkumpulan Induk VBO.
Atas perlakuan seperti itu, masyarakat di Batavia bertekad untuk membentuk perkumpulan sepak bola yang akan menaungi klub-klub kecil yang ada di Batavia.