(Baca Juga: Ambisi Bek Sayap Timnas Indonesia Bobol Gawang Perseru Serui )
Aksi pemain sayap Madura United , Alberto de Paula, saat tampil melawan Arema FC pada pekan ke-5 Liga 1 di Stadion Gelora Ratu Pamellingan Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (21/04/2018) sore.(SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM)
Skor 1-0 untuk keunggulan Perseru Serui atas Madura United pada babak pertama.
Duel ini cukup mendapatkan antusias dari penonton di Stadion Marora, Serui.
Pasalnya, Perseru saat ini tengah berjuang untuk keluar dari jeratan zona degradasi di papan bawah klasemen Liga 1 2018 .
(Baca Juga: Berita Liga 1 2018 - PSM Makassar Menang Telak, Robert Alberts Telan Ludah Sendiri? )
Susunan Pemain:
Perseru Serui (4-3-3): Hendra Mole; Makarius Fredik Suruan, Kunihiro Yamashita, Donny Harold Monim, Kelvin Wopi; Arthur Bonai, Ronaldo Mesido, Sidik Saimima; Yohanis Nabar, Alberto Antonio de Paula , Marten Raweyai
Pelatih: Wanderley Junior
Madura United (4-3-3): Hery Prasetyo; Alfath Fathier, Fabiano Beltrame, Fachrudin Aryanto, Andik Rendika Rama; Zah Rahan Krangar, Guntur Ariyadi, Slamet Nurcahyo; Bayu Gatra, Engelberd Sani, Milad Zeneyedpour
Pelatih: Gomes de Oliveira
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST