Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Makan Konate Ungkap Mengapa dirinya Lebih Produktif di Arema FC Ketimbang Sriwijaya FC

By Deodatus Kresna Murti Bayu Aji - Sabtu, 1 Desember 2018 | 17:51 WIB
Gelandang anyar Arema FC, Makan Konate, diperkenalkan ke publik saat jeda pertandingan antara Arema FC kontra PS Tira di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (15/7/2018). (SURYA MALANG)

Makan Konate tampil luar biasa ketika bergabung bersama Arema FC pada putaran kedua Liga 1 2018. Konate pun mengungkapkan alasan dirinya tampil beda ketimbang saat di Sriwijaya FC.

Meski baru bergabung pada putaran kedua Liga 1 2018, Makan Konate yang berposisi sebagai gelandang mampu mencetak total 10 gol sampai pekan ke-32.

(Baca Juga: Kompetisi Liga 1 2018 Sudah Berakhir untuk Kapten Timnas Indonesia)

Hal itu membuat pemain asal Mali tersebut sukses menjadi raja gol sementara di Arema FC.

Berbeda saat pada putaran pertama memperkuat Sriwijaya FC, Makan Konate bahkan tidak mencetak satu pun gol.

Makan Konate kemudian mengungkapkan mengapa di Arema FC, dirinya bisa sangat subur.

"Di Sriwijaya saya gelandang serang, di Arema saya bebas. Pelatih kasih kebebasan saya bisa kemana-mana. Alhamdulillah dan saya memang fokus cetak gol untuk tim ini," katanya dilansir BolaSport.com dari Surya.co.id.

Makan Konate juga tidak lupa untuk bersyukur dan berterimakasih kepada pelatih kemudian rekan-rekan setimnya di skuat Singo Edan.

"Mungkin waktu di Sriwijaya saya belum ada rezeki cetak gol, tapi sekarang Alhamdulillah lancar. Ini juga berkat bantuan dari teman-teman dalam tim," ujarnya.

(Baca Juga: Pemain PSMS Medan Disuruh Mengundurkan Diri Bila Tak Terima dengan Kritikan Pedas Peter Butler)

Kehadiran Konate pada putaran kedua Liga 1 2018 memang membuat dampak positif bagi Arema FC.

Pasalnya, Arema FC yang sempat terpuruk saat ini bangkit dan berhasil memenuhi target bertahan di Liga 1 musim depan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P