Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sriwijaya FC Dapat Tawaran Besar untuk Mengalah pada Laga Terakhir Liga 1 2018

By Deodatus Kresna Murti Bayu Aji - Senin, 3 Desember 2018 | 16:08 WIB
Manajer Sriwijaya FC, Ucok Hidayat saat ditemui di luar Stadion PTIK, pasca laga kontra tuan rumah bhayangkara FC, Jumat (12/10/2018). ( MUHAMMAD ROBBANI/BOLASPORT.COM )

Sriwijaya FC akan menghadapi laga terakhir Liga 1 2018 kontra tuan rumah Arema FC pada Minggu (9/12/2018) dengan iming-iming Rp400 juta agar Laskar Wong Kito mengalah.

Laga tersebut sangat krusial bagi Sriwijaya FC, karena bila kalah melawan Arema FC, dipastikan akan degradasi.

(Baca Juga: Mantan Presiden Sriwijaya FC Blak-blakan Komentari Pengaturan Skor)

Laga terakhir Liga 1 2018 atau pekan ke-34 itu nantinya akan digelar serentak, namun ternyata Sriwijaya FC mendapat gangguan non-teknis.

Sebelumnya dikabarkan kapten Sriwijaya FC, Yuu Hyun-koo, mendapatkan tawaran Rp400 juta asal timnya mengalah pada laga kontra Arema FC.

Hal itu dibenarkan oleh manajer Sriwijaya FC, Ucok Hidayat, dan langsung melapor ke manajemen.

“Betul (adanya iming-iming Rp400 Juta ke Yuu Hyun-koo), dan sudah kami laporkan ke manajemen Sriwijaya FC juga,” ujarnya dilansir BolaSport.com dari Sripoku.

Ucok Hidayat ingin para pemainnya bisa bekerja secara jujur, dan tidak mencederai sepak bola Indonesia.

(Baca Juga: Bali United Vs Persija - Demi Mimpi Anaknya, Orang Tua Haringga Sirla Nonton Langsung ke Pulau Dewata)

Untuk memotivasi pemain, Ucok menjelaskan, manajemen sudah menyiapkan bonus yang lumayan besar.

“Kita harus membangun tekad bersama untuk maju menghadapi laga akhir penentuan ini dengan semangat untuk menang, dan disiapkan juga bonus yang tidak mengecewakan untuk tambahan motivasi,” tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P