Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Diminta Mengalah di Laga Terakhir, Manajer Sriwijaya FC Berikan Bukti Rekaman ke PSSI

By Deodatus Kresna Murti Bayu Aji - Senin, 3 Desember 2018 | 16:17 WIB
Manajer Sriwijaya FC, Ucok Hidayat (tengah), berbicara dengan pemainnya, Esteban Vizcarra (kiri) dan Mamadou NDiaye, usai laga melawan Persebaya dalam laga pekan kelima Liga 1 2018 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (22/4/2018). (@UCOK.HIDAYAT/INSTAGRAM)

Ada gangguan menimpa skuat Sriwijaya FC menjelang akhir kompetisi Liga 1 2018 berupa suap untuk mengalah, pihak manajemen telah melaporkan kejadian tersebut kepada PSSI.

Gangguan tersebut adanya oknum yang mencoba menyuap kapten Sriwijaya FC, Yuu Hyun-koo, dengan nominal Rp400 juta.

(Baca Juga: Mantan Presiden Sriwijaya FC Blak-blakan Komentari Pengaturan Skor)

Yuu Hyunkoo disuruh untuk tampil buruk dipertandingan terakhir Liga 1 2018 kontra Arema FC dan membuat Sriwijaya FC kalah.

Manajer Sriwijaya FC, Ucok Hidayat, langsung bertindak mendengar laporan tersebut dari sang kapten.

Dirinya mengatakan sudah menyerahkan bukti rekaman tertulis dari tawaran oknum tersebut kepada PSSI.

“Kami menjaga ke pemain dengan memberikan motivasi untuk mencegah pengaruhnya terhadap mereka. Katanya ini juga sudah sampai ke Pak Joko Plt Ketua PSSI karena saya sampaikan jelas semua rekaman tulisan tawaran dari mereka,” ujarnya.

Dalam laga terakhir pekan ke-34 Liga 1 2018, memang merupakan laga yang sangat krusial bagi Sriwijaya FC.

Pasalnya, bila tim berjulukan Laskar Wong Kito ini kalah, dipastikan besar akan terdegradasi.

Ucok Hidayat mengaku saat ini dirinya dan tim SAR (penyelamat Sriwijaya FC) sudah menyiapkan bonus besar kepada para pemain.

(Baca Juga: Kapten Sriwijaya FC Pernah Ditawari Uang Rp 400 Juta oleh Pengatur Skor)

Hal itu untuk memotivasi para pemain supaya mau berjuang demi bertahan di Liga 1 musim depan.

“Kami harus membangun tekad bersama untuk maju menghadapi laga akhir penentuan ini dengan semangat untuk menang, dan disiapkan juga bonus yang tidak mengecewakan untuk tambahan motivasi,” katanya.

Kemudian kapten Sriwijaya FC, Yuu Hyunkoo, menjelaskan kronologi saat dirinya ditawari segepok uang oleh oknum yang ingin merekayasa skor pertandingan.

“Pertama kali kasih uang ke saya 400 juta, tapi dia mau kasih bagi pemain lain. Kamu mau pemain siapa-siapa apakah kiper, pemain belakang. Saya bilang saya ga mau. Tapi dia bilang ada mau ketemu saya. saya ga mau. Karena saya mau pemain bola bukan saya pemain mafia,” ujarnya,

Yuu Hyunkoo mengatakan kalau dirinya tidak ingin mencicipi uang haram.

Meski selalu diancam, dirinya tetap mencoba kuat dalam tekanan dari para oknum tersebut.

Bahkan tiga tahun lalu, dua teman Yuu Hyunkoo sampai bunuh diri karena tidak kuat menahan tekanan dari para mafia sepak bola.

“Terjadi pernah 3 tahun lalu terjadi seperti itu. Teman-teman saya banyak yang dimasuki seperti itu, dua teman saya bunuh diri karena ada aturan seperti itu," katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P