Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kapten Mitra Kukar Berharap Perseru Serui, PSMS Medan, dan PS Tira Degradasi

By Deodatus Kresna Murti Bayu Aji - Senin, 3 Desember 2018 | 20:01 WIB
Pemain Mitra Kukar, Bayu Pradana melakukan selebrasi bersama rekan setimnya, Rifan Nahumarury seusai mencetak gol penentu kemenangan Mitra Kukar melawan Arema, 4-3 pada pertandingan Liga 1 di Stadion Madya Aji Imbut Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Jumat (27/7). (NEVRIANTO HARDI PRASETYO/TRIBUN KALTIM)

Kapten Mitra Kukar, Bayu Pradana, optimistis kalau timnya mampu lolos dari jeratan degradasi ke Liga 2 musim depan.

Saat ini setidaknya ada lima tim yang terancam akan terdegradasi dari Liga 1 yakni Sriwijaya FC, Mitra Kukar, Perseru Serui, PSM Medan, dan PS Tira.

(Baca Juga: Manajer Sriwijaya FC Akui Banyak Pemain Mereka yang Dapat SMS 'Gaib')

Bayu Pradana pun berharap supaya Perseru, PSMS, dan PS Tira yang berada di bawah Mitra Kukar memperoleh hasil buruk dan terdegradasi.

"Kami semua pemain masih optimistis bisa bertahan di Liga 1. Pastinya wajib bisa meraih poin maksimal di laga terakhir dan berharap tim lain yang berada di bawah kami dalam klasemen tidak mendapatkan hasil yang baik," ujarnya dilansir BolaSport.com dari Tribun Kaltim.

Saat ini kompetisi Liga 1 2018 tinggal menyisakan satu laga saja, kecuali PSMS dan PS Tira yang memiliki satu pertandingan tunda.

Mitra Kukar sendiri akan menjalani laga berat kontra tuan rumah Persija Jakarta dalam pertandingan terakhir tersebut.

(Baca Juga: Sriwijaya FC Dapat Tawaran Besar untuk Mengalah pada Laga Terakhir Liga 1 2018)

Pelatih Mitra Kukar, Rahmad Darmawan, sebelumnya menegaskan kalau para pemain siap tampil habis-habisan menghadapi Persija.

"Melawan Persija sama saja, mereka mau juara, kami jangan degradasi. Itu satu partai yang besar," tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on