Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Aroma panas laga antara PSBK Blitar dan Persewangi Banyuwangi sudah tercium sesaat sebelum dimulainya kick-off dalam pertandingan yang diadakan di Stadion Kanjuruhan, Kab. Malang pada (10/10/2017).
Saat itu kiper Persewangi, Nanda Pradana, menolak berjabat tangan dengan pemain PSBK.
Menurut Nanda, dia menolak jabat tangan lantaran lawan yang dihadapi sebenarnya bukanlah PSBK.
Tetapi timnya sudah fokus untuk mempersiapkan pertandingan di babak play-off Grup H bukan menjalani pertandingan dadakan yang bertitel play-off khusus tersebut.
“Saya bilang maaf, PSBK bukan lawan kita. Karena kita fokus melakukan persiapan untuk pertandingan play-off Grup H. Saya kenal dengan pemain-pemain PSBK tapi kalau di lapangan kita bukan teman,” ujar Nanda usai pertandingan.
Sebuah kiriman dibagikan oleh TABLOID BOLA (@tabloid_bola) pada
Ungkapan kekesalan Nanda tersebut tidak lepas dari laga yang menurutnya memang terkesan dipaksakan.
Persewangi ke Malang karena harus menjalani play-off khusus. Padahal, sebelumnya sudah dipastikan lolos ke babak play-off.
Tetapi mendadak keputusan itu dianulir karena PSBK melakukan protes.
Perselisihan kedua tim bermula saat keduanya sama-sama mengakhiri babak penyisihan dengan 18 poin. Secara selisih gol Persewangi lebih unggul dan berada di peringkat empat.
Namun, PSBK mengaku menang dalam hal agregat pertandingan.
(Baca Juga: 5 Faktor yang Membuat Belanda Gagal Lolos ke Piala Dunia 2018)
Pertandingan memang berlangsung cukup panas, adu pukul diantara masing-masing pemain kerap terjadi.
Wasit juga tidak luput dari sasaran pemain, puncaknya wasit harus berlari ke luar lapangan karena dikejar oleh pemain Persewangi yang tidak puas akan kepemimpinannya.
Dalam laga tersebut PSBK unggul dengan skor 1-0 lewat gol Prisma Chairul Anwar di menit ke-69.