Masih ingat Andriy Shevchenko? Striker legendaris Ukraina ini meraih banyak prestasi di Dynamo Kyiv (1994-1999) dan AC Milan (1999-2006).
Liga Champions adalah trofi paling bergengsi yang dikoleksi Andriy Shevchenko.
Dia menjadi orang Ukraina pertama yang bisa menjuarai kompetisi antarklub Eropa paling elite itu.
Bukan itu saja, Andriy Shevchenko juga menjadi orang yang menentukan kemenangan
AC Milan.
Sebagai wartawan Tabloid BOLA, saya berkesempatan melihat langsung aksi Shevchenko membawa AC Milan menjadi juara Liga Champions 2003.
Final diadakan di Stadion
Old Trafford, Manchester, pada 23 Mei 2003. Duel pamungkas Liga Champion 2002-03 itu mempertemukan
AC Milan dan rival senegaranya,
Juventus.
Andriy Shevchenko sebetulnya bisa lebih dini menjadi pahlawan
AC Milan. Namun, golnya di menit-menit awal dianulir secara keliru oleh wasit Markus Merk.
Pertandingan berakhir dengan skor 0-0 walaupun sudah melalui 120 menit. Pemenang pun harus ditentukan lewat adu penalti.
Andriy Shevchenko menjadi eksekutor terakhir dengan skor adu penalti ketika itu sudah 2-2. Jika Shevchenko berhasil, Milan bakal menjadi juara.
Apabila dia gagal, adu penalti bakal berlanjut ke sudden death.
Agak lama mengambil ancang-ancang, Shevchenko mengarahkan bola ke sisi kiri Gianluigi Buffon.
Sang kiper
Juventus terkecoh dan bergerak ke kanan. Gol! Milan menang 3-2 dan menjadi juara Eropa untuk keenam kalinya.
Usai pertandingan, setelah membuat laporan untuk dikirim ke Jakarta, saya beranjak ke
mixed zone Old Trafford.
Mixed zone adalah tempat tim melakukan wawancara dengan awak media.
AC Milan pastinya akan lama menuju ke sana setelah berpesta mengangkat trofi di dalam stadion.
Benar saja, saya harus menunggu lama sampai melihat Paolo Maldini kebanjiran salam dan pujian dari jurnalis-jurnalis Italia.
Paolo mengikuti jejak ayahnya, Cesare Maldini, yang menjadi kapten saat membawa
AC Milan menjadi juara Piala Champions di tanah Inggris pada 1963.
Lantas ada Gennaro Gattuso serta Cristian Brocchi, yang bersama-sama membawa trofi
Liga Champions, bernyanyi-nyanyi dan bersorak-sorak.
Saya sempat susah-payah mengajak para pemain
AC Milan melakukan wawancara.
Hanya bisa berbahasa Inggris, ajakan saya segera tenggelam di tengah reporter-reporter Italia.
Saya pun berpindah tempat, mendekat ke pintu keluar. Di situ sepi, tetapi risikonya pemain sudah tidak mau diajak wawancara karena sudah akan masuk ke bus tim.
Tetapi, rezeki tidak lari ke mana. Dari jauh, saya melihat Shevchenko berjalan sendirian sambil berbicara dengan seorang wartawan Ukraina.
Saya nekad saja berteriak: “Andriy.. Andriy... One question for Indonesia (satu pertanyaan untuk Indonesia)”.
Tidak disangka, Shevchenko bergerak mendekati saya sambil tersenyum.
Begitu pula si wartawan Ukraina, yang sayangnya lupa saya tanyakan namanya.
Wow! Saya berhasil mengajukan pertanyaan kepada Shevchenko, yang tentu saja diterjemahkan oleh sang wartawan Ukraina. Bukan cuma satu, tapi tiga!
"Saya persembahkan trofi ini untuk Valeriy Lobanovskiy (pelatih yang membesarkannya di Dynamo Kyiv). Hanya Loba yang selalu bilang saya lebih bagus daripada Ronaldo (Ronaldo Luiz Nazario de Lima)," kata Shevchenko.
Shevchenko dengan ramah juga menerima ajakan saya untuk berfoto bersama walaupun ada petugas keamanan yang sudah melotot.
Wartawan memang dilarang mengambil foto di mixed zone.
Setelah Shevchenko masuk ke bus, rezeki buat BOLA masih berlanjut. Si wartawan Ukraina membeberkan banyak hal dari obrolannya dengan sang striker.
Saya jadi bisa membuat laporan yang lebih lengkap karenanya. Pertemuan singkat saya dengan Shevchenko pun menjadi sangat berkesan.
(SPORTS STORY adalah kumpulan kisah kenangan wartawan di Kompas Gramedia saat meliput berbagai event olahraga)