Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
18 sekali lagi akan mengonfirmasi kekuatan otot klub-klub Inggris dalam hal finansial. Kekuatan yang kian lama kian fantastis.
Pameran kekuatan uang klub Liga Inggris terlihat jelas dalam bursa transfer musim panas. Lagi-lagi Chelsea dkk melakukan aksi belanja pemain gila-gilaan.
Transfer window belum kelar. Jendela masih terbuka sekitar tiga minggu lagi, tetapi klub-klub Inggris sudah membukukan angka belanja total lebih dari 998,95 juta pound sampai Rabu (9/8).
Angka belanja EPL itu jauh melampaui pengeluaran klub-klub Serie A (633), Ligue 1 (5060, yang hampir separuhnya hanya untuk memindahkan Neymar dari Barcelona ke Paris SG), Bundesliga (424), dan La Liga (321) pada periode yang sama.
Mengingat masih ada waktu sekitar tiga pekan, boleh jadi bursa transfer musim panas 2017 akan memecahkan rekor 1,23 miliar pound.
Rekor tersebut tercipta pada 2016.
Kalau hal itu terjadi, berarti dalam enam tahun terakhir, bujet belanja klub Inggris terus meningkat secara signifi kan.
Dari 559 juta pound pada 2012-2013 menjadi 666 juta (2013-2014); 936 juta (2014-2015); 1,08 miliar pound (2015-2016); sampai 1,23 miliar pada musim kemarin.
Yang kemudian terjadi adalah nilai Liga Inggris yang otomatis ikut meningkat secara drastis.
Bicara tentang Liga Inggris saat ini jadi bicara soal kekayaan dan gengsi liga tersebut.
Makin terlihat mewah dengan diperkuat pemain-pemain top, klub EPL pun kian memikat di mata suporter maupun pencinta sepak bola.
Setiap musim baru EPL jadi selalu ditunggu dan mendapatkan sambutan hangat.
Tak peduli harga hak siar televisi, tiket masuk stadion, maupun replika jersey klub semakin tinggi.
Menjadi kenikmatan tersendiri menyaksikan laga-laga EPL.
Semuanya jadi terlihat keren karena kemewahan tadi. Kualitas klub pun otomatis meningkat karena diperkuat sumber daya manusia papan atas.
Apa sih tujuan menonton sepak bola? Menunggu gol. Nah, dalam lima tahun terakhir, rata-rata ada sekitar 1.030 gol tercipta dalam sebuah musim EPL.
Buat saja perhitungan praktis mencari hubungan antara jumlah gol EPL dan bujet belanja klub.
Musim ini, dengan angka belanja 998,95 juta pound, berarti satu gol di Liga Inggris sudah akan bernilai hampir 970 ribu pound alias 17 miliar rupiah!
Di musim pertama EPL pada 1992-1993, satu golnya "hanya" berharga 690 juta rupiah.
Tak bisa dibantah, angka-angka itu membuat EPL kini menjadi pergelaran yang spektakuler. Namun, tidak semuanya bagus.
Saya sendiri masih percaya ujung dari sebuah kompetisi adalah daya saing tim nasional negara itu.
EPL boleh menepuk dada mampu mengundang pemain-pemain terbaik di dunia, memberikan hiburan kelas tinggi di stadion
maupun layar kaca.
Tetapi, faktanya, timnas Inggris harus malu kalau merasa kemewahan EPL telah membuat The Three Lions berdiri sejajar dengan timnas-timnas top dunia macam Brasil, Jerman, Spanyol, Prancis, bahkan Italia.
Sama sekali tidak. Kemewahan EPL malah mengebiri timnas Inggris.
Bagaimana timnasnya mau bagus kalau mayoritas klub EPL lebih percaya pada pemain asing berharga mahal daripada pemain lokal?
Jadi, tak usah heran melihat anomali ini. Timnas junior Inggris lebih berprestasi daripada timnas seniornya.
Tahun ini, timnas junior Inggris mencapai final Piala Dunia U-17 serta menjuarai Euro U-19 dan Piala Dunia U-20.
Sementara timnas seniornya, yang terus-menerus menjadi lelucon di Piala Dunia maupun Piala Eropa sejak terakhir lolos ke semifinal Euro 1996, kini belum juga melangkah meyakinkan dalam salah satu grup terlemah di Kualifikasi Piala Dunia 2018.
Sebuah refleksi untuk semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Punya kompetisi yang kaya dan mewah tidak selalu berimbas positif buat diri sendiri.
@dwiwidijatmiko