Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Musim panas awal Mei 2012 saya berkesempatan menginjakkan kaki di tanah Polandia.
Negara bersebelahan dengan Jerman dan Ukraina yang secara geografis terletak di kawasan Eropa Tengah.
Misi ke Polandia saat itu dalam rangka liputan perhelatan even sepakbola terbesar di Benua Biru, Euro 2012. Polandia dan Ukraina ketika itu bertindak selaku tuan rumah.
Selama 44 hari berada di Polandia mengelilingi kota-kota besar di Negeri Lech Walesa mulai dari Warsawa, Poznan, Wrozlaw, Krakow bahkan hingga ke kawasan pedesaan Polandia untuk mengenal lebih dekat budaya dan kebiasaan warga setempat.
Sebagai orang asing yang berasal dari Indonesia, identitas kebangsaan selalu menjadi pembahasan pertama ketika berkenalan dengan orang Polandia.
Terutama tentang simbol negara bendera Merah Putih yang memiliki kesamaan warna dengan Polandia.
Bedanya tipis, Bendera Indonesia warna merahya di atas dan warna putihnya di bawah.
Polandia kebalikannya, Putih di atas dan merah di bawah.
Dari sisi history terbentuknya sebuah negara, antara Indonesia dan Polandia juga hampir memiliki kesamaan dalam hal memperjuangkan kemerdekaan.
Rakyat Indonesia maklum diketahui berjuang matia-matian menumpahkan darah untuk meraih kemerdekaan dari para penjajah Belanda selama ratusan tahun.
Hal yang sama juga dialami rakyat Polandia yang juga berjuang mati-matian untuk melepaskan diri dari kekejaman tirani komunisme di bawah rezim Nazi pada Perang Dunia kedua.
Persamaan-persamaan ini yang kemudian membuat orang Polandia sangat hangat menyambut orang Indonesia.
Mereka sangat mengenal Indonesia karena faktor persamaan warna bendera.
Suatu ketika saya berkenalan dengan Mahasiswi Universitas Warsawa.
Kami lalu bersepakat untuk menyaksikan pertandingan Spanyol vs Italia di Municipal Stadium, Wrozlaw.
Kami bersepakat untuk membawa identitas negara masing-masing saat masuk stadion.
Saya menempel warna Merah Putih di pipi kanan dan warna Putih Merah di pipi kiri. Hal yang sama juga dilakukan rekan tadi.
Saat bersalipan dengan suporter Polandia yang sama-sama akan menyaksikan pertandingan, mereka kerap melihat warna bendera di pipi kanan dengan wajah aneh.
Tak jarang dari mereka protes dan bertanya peletakan warna bendera itu salah.
Tapi setelah dijelaskan saya orang Indonesia mereka takjub dan senang karena merasa menemukan saudara.
Ungkapan takjub itu tak jarang diekspresikan dengan salaman lalu berpelukan.
Ada juga pengalaman menarik yang dialami salah seorang Diplomat Indonesia yang pernah bertugas di Polandia, Salman Isfahani.
Di akun facebooknya beliau menulis begini:
Saya pernah tinggal di negara yang benderanya Putih-Merah.
Seringkali terjadi salah paham seperti Mobil Dubes kami ditunjuk-tunjuk, warga Polandia yang menolak menaikkan bendera kita karena dianggap salah, maupun "dimaki" nenek-nenek karena saya cat wajah dengan bendera yang kata mereka terbalik.
Yang paling top sih katanya Istana Presiden Polandia pernah ditelpon dan dimarahi warganya karena masang bendera terbalik saat kunjungan Presiden RI.
Lucu sih, tapi itulah arti bendera.....ada kebanggan, ada semangat, ada harga diri......apabila diperlakukan tidak sesuai akan mengakibatkan reaksi.
Tapi tentunya harus dengan reaksi yang terukur, tidak gelap mata.
Karena sesuai dengan fungsinya, bendera adalah pembeda sebuah bangsa diantara bangsa-bangsa lainnya dengan tujuan hidup berdampingan yang harmonis
Jadi kalo udah ada yang minta maaf, ya sebaiknya dimaafkan, sebagaimana saya selalu dimaafkan sama orang Polandia..............
Begitulah ungkapan sang Diplomat.
Dalam konteks hubungan orang Indonesia dengan polandia, masalah warna bendera mungkin tak jadi masalah asal penempatan warnanya benar.
Beda halnya dalam konteks insiden yang terjadi di SEA Games 2017.
Kasus terbaliknya warna bendera Merah Putih memang sudah seharusnya Malaysia lebih berhati-hati lagi memberlakukan bendera negara lain.
Beruntungnya, pihak Malaysia bertindak cepat dengan meminta maaf kepada rakyat Indonesia.
Meski sepertinya publik Indonesia masih ada saja yang kurang legowo.
Entah apa sebabnya rakyat Indonesia selalu menaruh sentimen berlebih ketika berhadapan dengan Malaysia?
Mungkin juga ini adalah akumulasi dari kekesalan-kekesalan sebelumnya.
Semoga kejadian ini bisa diambil hikmah terbaiknya dalam hubungan bertetangga Indonesia dan Malaysia.
Seperti kata sebuah pepatah "Tiap-tiap tempat ada kata-katanya yang tepat, dan pada setiap kata ada tempatnya yang tepat"