Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tugas sebagai anak gawang begitu menyenangkan. Saya beruntung pernah melakukannya semasa bocah.
Kesempatan itu datang saat PSS Sleman berkandang di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, pada musim kompetisi Liga Indonesia 2003 dan 2004.
Domisili saya waktu itu memang di Yogyakarta yang memuja PSIM. Tapi, sekolah sepak bola saya berafiliasi ke PSS.
Jadilah saya kemudian anak gawang untuk skuat beralias Laskar Sembada tersebut. Perasaan bangga menggelora.
Ketika teman-teman sejawat harus rela menyisihkan uang jajan demi menyaksikan aksi Seto Nurdiyantoro dkk, saya punya privilese untuk berada sangat dekat dengan para pilar Super Elja.
Saya lantas tersadar bahwa posisi saya memang tak sama dengan penonton biasa.
(Baca Juga: Philippe Coutinho Ditolak 2 Pemain Barcelona)
Anak gawang dituntut untuk cekatan dalam memungut dan memberikan bola kembali kepada pemain, bukan sekadar menonton pertandingan.
Situasi bisa sangat menuntut ketika PSS belum memecah kebuntuan atau dalam posisi tertinggal.
Anak gawang harus mengalirkan bola secara lebih cepat.