Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
kata ini: "Wah, gawat! Dia bermain", kepada siapa ucapan itu ditujukan? Saya berani bertaruh banyak yang akan memberikan jawaban Daniele Bonera.
Saat ini sudah berusia 36 tahun dan memperkuat Villarreal, masa-masa awal Bonera di Milan tadinya penuh harapan. Dia dianggap sebagai salah satu bek muda terbaik di Italia.
Tapi, lama-kelamaan, Bonera menjadi error prone. Bek yang punya tendensi untuk membuat kesalahan. Pertandingan di mana Daniele Bonera bermain adalah laga di mana Milanisti deg-degan.
Memang tidak selalu, tapi Milanisti sudah tahu potensi yang bisa terjadi jika Bonera merumput. Antara kartu merah, melompat kurang tinggi, salah membaca pergerakan lawan atau bola, atau dikelabui musuh dalam situasi satu melawan satu.
Daniele Bonera sudah meninggalkan Setan Merah pada 2015. Tapi, sekarang saya merasa Milanisti boleh jadi sedang melihat lagi sosok seperti Bonera itu. Wujudnya adalah Leonardo Bonucci. Tidak percaya?
Seperti Bonera, Bonucci awalnya datang dengan membawa harapan besar. AC Milan dianggap melakukan transaksi terbaik di bursa transfer musim panas lalu karena Bonucci disebut-sebut sebagai salah satu bek terbaik di Italia, bahkan dunia.
(Baca juga: 10 Pesepak Bola Tercepat di Dunia Tahun 2017, Ada Terens Puhiri?)
Tidak tanggung-tanggung, Leonardo Bonucci malah digadang-gadang bakal menjadi game changer seperti yang dilakukan Andrea Pirlo buat Juventus dan Serie A ketika dia pindah dari AC Milan pada musim 2011-2012.
Harapan tinggal harapan. Giornata demi giornata berlalu. Bak Bonera, Bonucci malah semakin menjadi error prone.
Sebagian besar error itu memang hanya berupa kesalahan koordinasi di pertahanan AC Milan. Tapi, blunder macam itu saja sulit termaafkan buat Bonucci.
Soalnya, pelatih AC Milan, Vincenzo Montella, sampai mengubah formasi tim dari 4-3-3 menjadi 3-5-2 agar Leonardo Bonucci bisa merasa nyaman. Maklum, semasa di Juventus, Bonucci memang lebih akrab dengan sistem 3-5-2.
Seharusnya Bonucci bisa cepat memegang komando di organisasi pertahanan AC Milan. Apalagi, dia sampai dijadikan kapten!
Bukan blunder koordinasi saja, Bonucci juga beberapa kali melakukan kesalahan pribadi. Seperti Daniele Bonera, dia gagal membaca permainan.
Gol kedua Ciro Immobile waktu AC Milan dihantam Lazio 1-4 seharusnya bisa dicegah kalau Bonucci tidak membiarkannya berdiri terlalu bebas untuk melakukan tembakan voli.
(Baca juga: Jangan Pingsan! Media Inggris Akhirnya Ungkap Kecepatan Gol Terens Puhiri yang Mendunia!)
Gol pertama Inter ketika AC Milan kalah 2-3 dalam derby della Madonnina juga mutlak kesalahan Leonardo Bonucci. Dia berada di depan Mauro Icardi sehingga seharusnya bisa memotong umpan silang dari Antonio Candreva.
Akhir pekan lalu, Bonucci naik level lagi untuk kian mendekati Daniele Bonera. Dia menerima kartu merah dan menyebabkan AC Milan harus bermain dengan 10 orang selama lebih dari satu jam. Setan Merah pun gagal menang.
Akhirnya, "cocoklogi" Leonardo Bonucci dan Daniele Bonera lengkap pada Rabu (25/10/2017). AC Milan memutus rentetan hasil negatif selama sebulan terakhir. I Rossoneri mengalahkan Chievo melalui skor 4-1, kemenangan terbesar mereka musim ini di Serie A... dengan Bonucci tidak bermain!
Ada Bonucci, AC Milan kalah. Tanpa Bonucci, AC Milanmenang. Lihat kesamaannya dengan Bonera? Celakanya, Bonucci memperparah posisi diri karena harganya mahal.
AC Milan harus merogoh kocek 42 juta euro untuk merekrutnya. Sementara pada 2006, Bonera dibeli hanya dengan harga 3,3 juta euro, tak sampai sepersepuluh Bonucci.
Benarkah AC Milan "tertipu", membayar mahal hanya untuk mendapatkan Daniele Bonera 2.0? Amit-amit, mudah-mudahan tidak.
Mengingat reputasi Leonardo Bonucci, keterlaluan jika Milanisti sampai bilang: "Wah, gawat! Dia bermain", jika melihat bek utama timnas Italia ini ada di starting XI Il Diavolo.