Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bukan Judul Skripsi, Hubungan Lightning McQueen terhadap Karier Valentino Rossi

By Ignatius Wijayatmo - Sabtu, 18 November 2017 | 16:14 WIB
Valentino Rossi saat meraih podium dua pada balapan MotoGP Australia, Minggu (22/10/2017) (MOTOGP.COM)

BOLASPORT.COM – Seperti judulnya, ini bukanlah tulisan membahas soal karya ilmiah yang sering digunakan sebagai syarat kelulusan jenjang pendidikan strata satu.

Ini hanyalah tulisan yang akan membahas tentang tokoh film animasi, Lightning Mcqueen, dan hubungannya dengan perjalanan karier Valentino Rossi.

Karena melalui film animasi tersebut penggemar balap MotoGP bisa melihat persamaan McQueen dan Valentino Rossi.

Bahkan melalui film animasi karya Pixar tersebut penggemar balap MotoGP bisa sedikit melihat kemungkinan bagaimana The Doctor pada akhir kariernya nanti.

Setidaknya ada tiga sekuel film Cars dan pada tulisan kali ini, Lightning Mcqueen yang akan dibahas adalah film Cars 3.

Lightning McQueen adalah tokoh utama di film animasi sekuel, Cars.

Ia adalah idola balap dalam film tersebut dan tentu saja memenangi banyak gelar (meski dalam film itu tidak disebutkan berapa jumlah gelar McQueen).

Film Cars 3 menceritakan tokoh animasi mobil balap, Lightning McQueen, sedang mengikuti balapan Nascar bertajuk Piston Cup.

(Baca Juga: Ketika Casey Stoner Berkata kepada Valentino Rossi: Ambisimu Melebihi Bakatmu!)

Pada film tersebut diceritakan McQueen sedang mengikuti balapan dan sedang bersaing dengan pebalap papan atas, Bobby Swift dan Cal Leathers.

Ketiganya sedang bersaing ketat dan memenangi balapan secara bergantian.

Namun suatu ketika munculah anak baru bernama Jackson Storm, mobil yang lebih cepat dan pelan-pelan memenangi banyak balapan.

Akibatnya Bobby Swift dan Cal Leathers pun pensiun karena sudah tidak bisa kompetitif dalam balapan.

Sebaliknya, Lightning McQueen tetap mengikuti balap Piston Cup.

Nahas di satu balapan, McQueen mengalami kecelakaan parah ketika sedang mengejar Storm saat memperebutkan posisi pertama.

McQueen kemudian mendapat perbaikan dan absen beberapa balapan karena kecelakaan.

Suatu ketika, McQueen berencana untuk kembali ke arena balap dan bertemu Cruz Ramires, seorang pelatih mobil balap generasi muda.

(Baca Juga: Manunggaling Valentino Rossi-MotoGP, Rossi adalah MotoGP Itu Sendiri! )

McQueen berharap supaya Ramires membantunya tampil kompetitif saat balapan.

Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Ramires seolah malah mendapat pelatihan dari McQueen bahkan bisa mengalahkannya saat latihan balap di tanah liat.

Singkatnya, McQueen kembali ke lintasan balap Piston Cup dan berusaha menantang juara bertahan Jackson Storm.

Namun, saat balapan tersebut McQueen menyadari jika ia sudah tidak lagi kompetitif.

Kecelakaan yang dialami pebalap lain pun terjadi saat comeback Lightning McQueen.

Hal tersebut membuat beberapa mobil balap kembali ke pit stop untuk mengganti ban termasuk McQueen.

Pergantian ban pun dilakukan, tetapi mobil yang berganti ban bukanlah McQueen melainkan Cruz Ramires.

McQueen menyuruh Ramires untuk menyelesaikan balapan, karena ia tahu mimpi Ramires adalah menjadi seorang pebalap.

Ramires sempat ragu sampai akhirnya bersedia menggantikan karena diyakinkan oleh McQueen.

(Baca Juga: Melihat Posisi Valentino Rossi dan Marc Marquez pada Daftar 10 Besar Perolehan Gelar Juara Dunia Semua Kelas)

McQueen kemudian memandu Ramires dari pit stop melalui koneksi radio, berusaha menjadi mentor Ramires saat balapan.

Pada akhirnya, Ramires mengalahkan Jackson Storm dan memenangi balapan.

Pada akhir cerita film itu, Lightning McQueen memutuskan untuk pensiun dan memilih menjadi pelatih serta crew balap Ramires.

Cruz Ramires menjadi murid Lightning McQueen dan memenangi Piston Cup.

Valentino Rossi

Sama halnya dengan Lightning McQueen, Rossi adalah idola dunia balap.

Bedanya yang satu roda empat yang satu roda dua.

Selain itu, Lightning McQueen ada di dunia animasi dan Rossi adalah kenyataan.


Valentino Rossi memamerkan desain helm spesialnya di MotoGP San Marino 2015.(MOTOGP.COM)

Sama halnya dengan McQueen, Rossi juga memenangi banyak gelar setidaknya sembilan gelar juara telah diraih di semua kelas.

Rossi juga mengalami apa yang McQueen alami.

Pesaing datang sili berganti, mulai dari sebelum era MotoGP; Sete Gibernau, Max Biaggi, sampai era MotoGP; Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Dani Pedrosa.

Kemudian datanglah Jackson Storm dalam versi kenyataan, yaitu Marc Marquez.


Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, melakukan selebrasi setelah memastikan diri menjadi juara dunia MotoGP 2017 pada GP Valencia yang berlangsung di Sirkuit Ricardo Tormo, Cheste, Valencia, Spanyol, Minggu (12/11/2017).(JOSE JORDAN/AFP PHOTO)

Ia benar-benar pebalap luar biasa.

Juara dunia di debutnya pada tahun 2013, berlanjut kemudian dengan 10 kemenangan beruntun serta juara dunia pada tahun 2014.

Dia juara lagi pada musim balap 2016 dan 2017.

Tidak bermaksud mengesampingkan pesaing yang lain.

Tetapi, setidaknya enam gelar Marquez di semua kelas jadi bukti jika pencapaian gelarnya mendekati capaian gelar Rossi.

Apalagi, saat ini Marquez juga tercatat sebagai pebalap termuda yang meraih empat gelar kelas MotoGP.

Namun, Rossi memutuskan tetap membalap seperti McQueen saat pesaing di eranya memutuskan untuk pensiun.

Sebut saja, Sete Gibernau, Max Biaggi, Colin Edwards, Loris Capirossi, dan Alex Baros.

Bahkan saking lamanya ikut balapan, Andrea Dovizioso pernah berkelakar, “Tentu Rossi akan melanjutkan balapan. Mungkin kami akan pensiun lebih dulu daripada dia.”

(Baca Juga: Max Biaggi Punya Cara Tersendiri untuk Memuji Marc Marquez dan Andrea Dovizioso)

Terbaru saat komentator MotoGP, Nick Harris, memutuskan pensiun

Valentino Rossi masih dengan passion yang sama tetap mengikuti balapan di umur 38 tahun.

Rossi juga sempat mengalami kecelakaan buruk saat latihan bebas di Mugello tahun 2010 dan saat latihan motor enduro tahun 2017.

Ia juga berusaha kembali balapan seperti McQueen.

Bedanya saat kembali dari kecelakaan Rossi masih terlihat kompetitif.

Setelah cederanya pada tahun 2010 di Mugello, Rossi masih kompetitif sampai berebut gelar dengan Jorge Lorenzo di tahun 2015 (kecuali saat di Ducati tahun 2011-2012, karena semua orang tahu motor asal Italia itu memang sedang memburuk).

Belum lama ini ia bahkan bisa berada di posisi kelima pada balapan Aragon usai cedera motor enduro, dan juga meraih podium kedua saat di Australia.

Valentino Rossi dan Murid Balap

Kecintaan Valentino Rossi terhadap balapan juga ia tularkan kepada orang lain.

Ia mendirikan akademi balap VR46 Rider Academy.

Idenya adalah Rossi prihatin dengan semakin sedikitnya pebalap asal Italia yang mengikuti MotoGP.

Maka dari itulah, ia mendirikan VR46 Rider Academy untuk melatih anak muda Italia yang punya mimpi menjadi pebalap MotoGP.

(Baca Juga: Inilah Daftar Pebalap Akademi Valentino Rossi yang Mengikuti Semua Kelas MotoGP Musim 2018)

Tercatat ada 11 pebalap didikan Valentino Rossi yang berlaga di semua kelas pada musim 2018.

MotoGP
Franco Morbidelli tim Marc VDS

Moto2
Francesco Bagnaia tim Sky VR46 Racing
Stefano Manzi tim Sky VR46 Racing
Luca Marini tim Sky VR46 Racing
Lorenzo Baldassarri tim Pons HP 40

Moto3
Andrea Migno tim Aspar
Nicolo Bulega tim Sky VR46 Racing
Nicolo Antonelli tim SIC58 squadra corse
Marco Bezzecchi tim PrustelGP

Beberapa di antaranya sudah menjadi juara dunia Moto2, Franco Morbidelli, dan Rookie of The Year Moto2, Francesco Bagnaia.

Sampai saat ini Rossi pun masih membalap pada usia 38 tahun dan ada kemungkinan perpanjang kontrak di musim 2018 atau membalap di usia 39 tahun.

Bahkan, sebuah rumor menyebutkan jika MotoGP dan Yamaha meminta Rossi bertahan sampai 2019.

"Saya tahu sesuatu tentang masa depan Valentino. Dari informasi yang saya miliki, dia telah menandatangani kontrak untuk 2019 dengan Yamaha. Dorna menekan (Yamaha) karena Valentino sangat penting untuk MotoGP," ujar pengamat MotoGP, Carlo Pernat.

"Jujur saja, meski saya tidak melihat kontraknya, secara pribadi saya yakin dengan apa yang saya katakan. Jadi Anda bisa mengatakannya, bahkan jika dia mungkin akan mengatakan sebaliknya saat Anda mengajukan pertanyaan kepadanya."

"Dia akan menjawab bahwa dia belum mengetahuinya.Dia menandatangani kontrak hanya untuk tahun 2019," tuturnya menambahkan.

Ini berarti jika kabar itu benar maka penggemar Rossi bisa melihatnya balapan dua tahun lagi, dan setelahnya mungkin ia akan pensiun.

Kemudian, pertanyaannya, apa yang akan dilakukan Rossi setelah pensiun?

“Saya sedang mempertimbangkan untuk beralih ke mobil. Saya tahu Formula 1 tampak terlihat mudah untuk dicoba. Namun, jika mencoba F1 setelah pensiun dari MotoGP, saya takut terlalu tua,” ujar Rossi dikutip BolaSport.com dari Express.

Jika melakukan balap mobil maka kemungkinan ia akan mengikuti balap mobil Monza Rally, seperti yang pernah dilakukan Rossi sebelumnya.

(Baca Juga: Pengamat MotoGP Prediksi ada Eksodus Besar-besaran pada Tahun 2019)

Jika itu tidak dilakukan, maka kemungkinan Rossi seperti Lightning McQueen di akhir kariernya.

Rossi akan menyaksikan anak didiknya di pinggir lintasan, menyaksikan “jagoannya” membalap di setiap kelas.

Ikut merasakan semangat dan adrenalin balapan di pinggir lintasan.

Sesekali akan menjadi mentor ketika latihan motor di tanah liat di ranch pribadinya.

Penggemar Rossi masih bisa menyaksikan semangat Rossi yang dibawa oleh murid VR46 Rider Academy, dan bukan tidak mungkin mereka menjadi idola baru selepas Rossi pergi.

"Harus diakui, dia (Rossi) sangat hebat sebagai seorang pebalap. Dia selalu bertarung di barisan depan. Dia akan terus balapan selama dia menyukainya," ujar CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta. 

"Menurut saya selamanya dia akan berkecimpung di balap MotoGP sebagai pebalap atau hal lain. Seperti anda lihat, dia sudah membuat tim sendiri Sky VR46 Team di Moto3 dan juga VR46 Academy. Dan keduanya proyek sangat bagus," tuturnya.

Namun, bukan tidak mungkin ia mencoba hal lain di luar pilihan-pilihan tadi.

Sekali lagi, ini bukan judul skripsi. Ini hanyalah tulisan tentang sebuah film yang terkadang bisa menggambarkan karier balap seseorang.

Tetapi, terlepas dari semua itu yang tidak bisa saya bayangkan adalah, bagaimana jika seandainya selepas pensiun Rossi malah menjadi dosen penguji skripsi?

Apakah dia akan jadi dosen yang biasa saja? Atau jadi dosen killer yang punya pertanyaan sulit?  Yang bisa membuat ujian skripsi 30 menit seolah terasa 30 tahun.

Oke, sebenarnya bagian terakhir ini hanyalah curhat. Curhatan tentang bagaimana saya merasakan sulitnya ketika menjadi seorang mahasiswa.

Tabik :) 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P