Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Terakhir saya menulis kolom tentang Blackburn Rovers adalah pada 14 Agustus 2017. Sudah lama ternyata. Tulisan itu saya buat dua hari setelah Rovers kalah 1-3 dari Doncaster Rovers.
Kekalahan pada pekan ke-2 League One itu terjadi setelah Blackburn Rovers takluk pada Southen United, satu pekan sebelumnya.
Memalukan memang. Akibat dua kali kalah, Rovers pun berada di urutan ke-22 dari 24 klub peserta League One.
Hal itu berarti Rovers akan degradasi ke League Two pada akhir musim, jika keadaannya tidak berubah.
Pada saat itu, suporter Rovers pun sudah menyerukan agar manajer Tony Mowbray dipecat.
Pemilik Rovers, sebuah perusahaan poultry alias peternakan unggas yang berbasis di Maharashtra, India, Venky’s London Ltd., juga menjadi sasaran suporter.
Venky’s London Ltd., yang merupakan anak perusahaan Venkateshwara Hatcheries Group, memiliki 99,9 persen saham Rovers. Dengan kata lain, Venky adalah pemilik penuh.
(Baca Juga: Eric Cantona Sosok Legenda Sekaligus Seniman Sejati)
Akan tetapi, Venky tetap mempertahankan Mowbray. Sejak dua kekalahan itu, peruntungan Rovers mendadak berubah.
Dalam 17 pertandingan berikut, hanya dua kali Rovers meraih hasil merah alias kalah. Sisanya dilalui dengan warna hijau alias menang dan biru alias seri.
Dengan 10 kali hasil hijau dan lima kali hasil biru, Rovers kini ada di urutan ke-5! Elok nian, bukan?
Pada akhir musim, League One mengirim peringkat pertama dan kedua promosi otomatis ke Divisi Championship.
Kemudian, klub-klub yang ada di urutan ke-3 hingga ke-6 akan ikut dalam play-off untuk memperebutkan satu tiket promosi.
Seandainya ada istilah fastest lap atau sejenisnya di sepak bola, maka Rovers bisa menjadi salah satu kandidat.
Mereka telah melewati 16 anak tangga dalam waktu kurang lebih tiga bulan.
(Baca Juga: Pelatih Asal Jerman Disiapkan Real Madrid untuk Jadi Pengganti Zinedine Zidane)
Lalu, apa sih yang membuat Blackburn tiba-tiba menjadi digdaya seperti itu? Salah satunya adalah formasi.
Sejak tragedi “Nightmare on Elm Street”, saya memakai istilah itu untuk situasi di mana Rovers ada di zona degradasi, Mowbray mulai memakai formasi 4-4-2. sebuah formasi tradisional klub yang berdiri pada 1875 itu.
Belakangan, Mowbray lumayan sering juga memakai 4-2-3-1. Namun, menurut saya formasi menjadi latar belakang. Yang penting adalah pemain yang diturunkan oleh Mowbray.
Rovers punya striker pinjaman dari Leeds United, pemain asal Swedia, Marcus Antonsson.
Pemain berusia 26 tahun itu menjadi pencetak gol terbanyak sementara buat Rovers. Antonsson membuat 6 gol dari 16 kali main. Data itu hingga 25 November 2017.
Kadang, oleh Mowbray, Antonsson diturunkan di sayap, di sebelah gelandang serang, Bradley Dack.
Nah, kedua pemain ini, saking kompaknya, oleh suporter Rovers dijuluki sebagai “Ant & Dack”, pelesetan dari nama sebuah grup musik Inggris zaman old, “Ant & Dec”.
Belakangan, Mowbray punya pilihan pemain lain untuk menyerang. Per 31 Oktober lalu, masuk pemain muda dari Rovers U-23 bernama Joseph “Joe” Nuttall.
Joe Nuttall juga bisa kompak ketika dimainkan sebagai tombak kembar bersama Marcus Antonsson. Kedua pemain itu lantas membentuk segitiga penyerang bersama Bradley Dack.
Tetapi, gol-gol Rovers tidak hanya datang dari bagian serangan. Dari total 30 gol yang sudah dibuat, 5 biji di antaranya dibuat oleh kapten merangkap bek, Charlie Mulgrew.
Rovers menjadi klub yang punya gol lumayan banyak. Bahkan, tim yang ada di urutan kedua, Shrewsbury, masih kalah banyak jumlah golnya. Mereka baru membuat 26.
Karena itu, saya ingin Rovers bisa melampaui tiga tim di atasnya: Shrewsbury, Scunthorpe United, dan Bradford City.
Dengan ada di posisi runner-up, Rovers tak perlu lagi ikut play-off, tho?
Kalau perlu sih rebut juga posisi pertama dari Wigan Athletic. Mengapa tidak? Menjadi juara League One bisa menjadi ajang menambah trofi, bukan?
Tanpa meremehkan ketiga klub saingan itu, rasanya Rovers bisa menyingkirkan mereka. Rovers sudah bertemu ketiga klub itu di kandang mereka.
Rovers bisa menang atas Bradford dan Scunthorpe, serta seri melawan Shrewsbury.
Harapan saya, ketika menjamu ketiganya di Ewood Park, Rovers bisa menang. Sebab, peluang Rovers untuk menang di kandang sendiri lebih besar ketimbang main di kandang lawan.
(Baca Juga: Keren! 8 Atlet Cantik Ini Punya Perut Sixpack, Nomor 5 Pasti Kenal)
Walau, menurut saya, Rovers kuat ketika bermain di mana saja. Kandang dan tandang.
Hanya, semoga suporter Rovers yang ada di Inggris sana tidak terbuai dengan sukses sementara ini. Masih ada 27 laga lagi yang harus dihadapi. Jalan masih panjang menuju akhir musim.
Selain itu, jangan harap Venky bisa tenang-tenang saja, meski Rovers bisa promosi sekali pun.
Sebab, tetap saja kualitas pemain Rovers yang ada saat ini memang mumpuni untuk League One, namun tidak untuk Divisi Championship, apalagi Premier League.
Kalau memang Venky dipandang tak lagi layak menjadi pemilik, sebaiknya Rovers mulai mencari investor potensial sebagai pengganti. Mungkin salah satu biliuner dari China ada yang tertarik.