Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bermain di Klub Luar Negeri Itu Dijamin UUD 1945

By Taufik Batubara - Senin, 18 Desember 2017 | 22:39 WIB
Evan Dimas Darmono dan Ilham Udin Armaiyn siap membela Merah-Putih kapan pun dibutuhkan. (INSTAGRAM.COM/EVHANDIMAS)

satunya klub yang menyanggupinya. Jadi, begitu Barcelona menawarkannya, langsung saya terima.

UNTAIAN kalimat itu adalah ucapan Lionel Messi dalam wawancara dengan majalah Match of the Day pada 2010.

Messi hijrah ke Barcelona pada usia 13 tahun.

Striker bernama lengkap Lionel Andres Messi Cuccittini itu meninggalkan Newell's Old Boys, klub yang bukan saja dibelanya mulai umur 6 tahun, melainkan juga didukung sejak mengenal sepak bola hingga menjadi superstar saat ini.

Di Argentina dan hampir seluruh permukaan Bumi ini, tak ada larangan secuil pun terhadap warganya untuk berkompetisi di luar negeri.

Bahkan, Korea Utara yang overprotective terhadap warganya juga mendukung pesepak bola mereka bermain di klub luar negeri.

Tengoklah skuat tim nasional Korea Utara saat ini, terdapat beberapa pemainnya yang berkompetisi di luar negeri, seperti Swiss, Serbia, dan Jepang.

Namun, apa yang terjadi di Indonesia sekarang sungguh menggelikan.

 

A post shared by Evan Dimas Darmono (@evhandimas) on

Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi kecewa terhadap Evan Dimas Darmono dan Ilham Udin Armaiyn karena memilih Selangor FA sebagai klub baru untuk berkompetisi di musim 2018.

Edy Rahmayadi lalu mendesak kedua pemain Timnas Indonesia itu untuk membatalkan ikatan kontrak dengan klub Liga Super Malaysia yang pernah diperkuat beberapa bintang Merah-Putih, termasuk Andik Vermansah, tersebut.

Padahal, menurut agen kedua pemain itu, Mulyawan Munial, Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn sudah meneken kontrak satu musim sejak akhir November 2017.

Muly Munial, sapaan sang agen, sangat khawatir jika kontrak itu dibatalkan secara sepihak, apalagi dengan alasan yang tak masuk akal.

"Selangor FA bisa menuntut Evan Dimas dan Ilham Udin," ucap Muly Munial.

Federasi Sepak Bola Malaysia pun ikut bersuara dan berharap tak ada pembatalan kontrak.

Reaksi terhadap keputusan Evan Dimas dan Ilham Udin meninggalkan Bhayangkara FC untuk bergabung dengan Selangor FA sebetulnya sudah ramai sejak November 2017.

Mayoritas pencinta sepak bola Tanah Air, termasuk para legenda, mendukung langkah Evan Dimas dan Ilham Udin itu.

Sepertinya hanya Edy Rahmayadi yang menentang langkah itu, sehingga selalu menuai kritikan dari warga.

Edy Rahmayadi berargumen, Evan Dimas dan Ilham Udin tak mengedepankan rasa nasionalisme.

Edy Rahmayadi seolah ketakutan, kehadiran Evan Dimas dan Ilham Udin di Malaysia bisa membuat tim Negeri Jiran itu hapal akan gaya permainan sepak bola Indonesia.

Setiap kali BolaSport.com dan SuperBall.id berkabar tentang kedua pemain itu dan klub barunya, selalu banyak komentar mengarah ke Edy Rahmayadi.

Bahkan, akun resmi Instagram Edy Rahmayadi pun selalu dibanjiri komentar miring dan pedas dari netizen, padahal tema yang ditulis dalam keterangan fotonya bukan tentang sepak bola, melainkan mengenai Sumatera Utara yang hendak dipimpinnya melalui pencalonan sebagai gubernur.

Jaminan UUD

Pasti banyak faktor yang mengantarkan Evan Dimas dan Ilham Udin ke Malaysia.

Tak semua faktor itu muncul ke permukaan.

Muly Munial menegaskan, keputusan Evan Dimas dan Ilham Udin ke Malaysia bukan karena gaji yang tinggi.

Ya, gaji mereka di sana memang sangat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan di Bhayangkara FC.

Sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Harian Metro Malaysia, Selangor FA siap menggaji Evan Dimas 83.000 ringgit atau sekitar Rp 270 per bulan.

Selama memperkuat Bhayangkara FC, Evan Dimas konon cuma digaji sekitar Rp 10 juta per bulan.

Itu artinya Evan Dimas menerima gaji 26 kali lebih besar dari uang yang diperolehnya di Bhayangkara FC, juara Liga 1 2017.

Tekad untuk menimba pengalaman berkompetisi di negara lain, imbuh Muly Munial, adalah faktor lain di balik keputusan Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn.

Kalaupun semata-mata soal uang, seperti ditempuh Lionel Messi, itu sah-sah saja.

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 melindungi dan menjamin hak setiap warga negaranya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 Ayat 2).

Konstitusi dasar Republik Indonesia itu juga menjamin hak untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas hidup (Pasal 28C Ayat 1).

Masih adakah alasan lain yang bisa diterima akal sehat untuk mencegah Evan Dimas dan Ilham Udin bermain di Liga Super Malaysia?

 

A post shared by Bhayangkarafc (@bhayangkarafc) on

Konon, ada yang menyebut liga di Malaysia tidak lebih baik alias lebih buruk dari Indonesia.

Oleh karena itu, Edy Rahmayadi tak rela jika pemain Indonesia pindah ke klub Malaysia, tapi masih bisa menerima jika pilihannya adalah Thailand.

Alasan itulah yang membuat Ryuji Utomo Prabowo tak direcoki setelah memilih PTT Rayong, klub kasta kedua kompetisi di Thailand.

Apa dasar pernyataan liga di Malaysia lebih buruk dari Indonesia?

Agar fair, mari kita berpedoman kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (Asian Football Conderation/AFC), induk yang menaungi PSSI dan seluruh federasi sepak bola Asia.

Mengutip Fourfourtwoarabia.com, berdasarkan peringkat terakhir kompetisi domestik antarklub di Asia yang dirilis AFC 15 Desember 2017, Arabian Gulf League menempati posisi pertama.

Liga domestik kasta tertinggi Uni Emirat Arab itu duduk di urutan pertama kompetisi terbaik hingga empat kali beruntun selama 2017 dalam rilis Februari, Juni, Oktober, dan Desember.

Korea Selatan berada di urutan kedua, diikuti China, Arab Saudi, dan Jepang.

Peringkat ini didasarkan pada hasil tim-tim yang berpartisipasi dalam empat tahun terakhir di Liga Champions Asia dan Piala AFC, serta anggota asosiasi Peringkat Dunia FIFA.

Di posisi berapa Indonesia?

Dari 46 negara dalam peringkat kompetisi antarklub AFC itu, Indonesia di urutan ke-24.

Jangan kaget, peringkat Malaysia malah jauh lebih baik dari Indonesia, yakni urutan ke-13.

Thailand berada di urutan ke-10.

Di level Asia Tenggara, Thailand nomor 1, disusul Malaysia, Vietnam, Filipina, Singapura, barulah Indonesia.

PERINGKAT KOMPETISI ASIA TENGGARA

1. Thailand      42.568 Poin
2. Malaysia      29.566
3. Vietnam      27.426
4. Filipina        21.405
5. Singapura    17.084
6. Indonesia    16.871
7. Myanmar     14.753
8. Laos              3.439
9. Kamboja        3.312
10. Brunei         0.564
11. Timor Leste  0.401

Jadi, alasan apa lagi yang mau dipaksakan?

Soal nasionalis atau tidak, tak perlu lagi diragukan.

Evan Dimas dan Ilham Udin, melalui agennya, telah berikrar setia membela Merah-Putih tiap kali ada panggilan.

Kesetiaan itu telah dibuktikan Andik Vermansah dan para pendahulunya selama memperkuat Selangor FA.

Selamat berkompetisi, Evan dan Udin.

Jangan kuncupkan layar yang telah terkembang.

Tampilkan yang terbaik di negeri orang atas nama bangsa Indonesia.

Tulisan ini tidak hendak mengajari siapa pun, tapi sekadar mengingatkan.

Wassalam.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P