Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di tengah antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola, aksi kaum hawa di lapangan hijau nyatanya belum mendapatkan apresiasi yang cukup.
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah unggahan di Facebook yang berisi foto-foto Stadion Bumi Sriwijaya Palembang yang akan digunakan untuk menggelar pertandingan Piala Pertiwi 2017.
Ada sebuah komentar salah satu pengguna dalam unggahan tersebut yang menarik perhatian saya.
"Buat pertandingan perempuan stadionnya tidak perlu bagus-bagus." demikian kira-kira isi komentar itu.
Entah apa alasan si pengguna menulis komentar demikian. Namun yang jelas, hal itu bisa menjadi gambaran awal bahwa memang sepak bola perempuan belum cukup diapresiasi di Indonesia.
(Baca Juga: Terens Puhiri Bakal Satu Tim dengan Bomber yang Golnya Lebih Banyak dari Sylvano Comvalius)
Berkaca dari negara lain
Si penulis komentar mungkin tidak tahu jika sebenarnya sepak bola perempuan bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi suatu negara. Jepang dan Amerika Serikat adalah contoh yang bagus untuk hal ini.
Pada saat timnas putra Jepang dan AS masih jauh dari meraih gelar juara Piala Dunia, tim putri mereka mampu melakukannya berkali-kali. Keduanya pun menjadi bagian dari jajaran tim elite di kancah sepak bola perempuan saat ini.
Jika dua contoh di atas dirasa terlalu jauh maka baiklah, kita tengok saja negara tetangga.
Thailand pernah menjadi juara Asia pada tahun 1983. Singapura dan Malaysia juga mampu meraih peringkat ketiga pada 1977 dan 1983.
Indonesia sebenarnya di masa lalu pernah memiliki pencapaian cukup apik dengan menyabet peringkat keempat pada tahun 1977 dan 1986.
Namun, setelah itu gaung sepak bola perempuan Tanah Air seakan meredup.
Tahun 1989 bahkan menjadi tahun terakhir timnas putri Indonesia tampil di Piala Asia.
Berbeda dari Indonesia, negara tetangga terus mampu menunjukkan aksi ciamiknya di pentas internasional.
Thailand dan Vietnam bahkan tidak pernah absen dalam Piala Asia sejak 1999.
Untuk Piala Asia tahun depan di Yordania pun, keduanya akan kembali ambil bagian.
(Baca Juga: Juergen Klopp Konfirmasi Kabar Transfer Pemain Seharga Rp 868,6 Miliar)
Di balik pencapaian cemerlang negara-negara tersebut, tentu saja ada apresiasi tinggi dari publiknya terhadap sepak bola perempuan.
Bagaimana sepak bola perempuan sebuah negara begitu diapresiasi bisa tercermin dari jumlah penonton yang hadir dalam pertandingan timnasnya.
Amerika Serikat misalnya. World Soccer Talk mencatat sepanjang tahun 2017 timnas putri AS melakoni 13 pertandingan kandang dan jumlah penonton terendah dalam satu pertandingan adalah 9.371 orang, yaitu pada saat menjamu Korea Selatan dalam laga uji coba di Stadion Mercedes-Benz Superdome, 20 Oktober 2017.
Sementara itu, penonton terbanyak ada dalam laga kontra Selandia Baru pada 20 September 2017, di mana terdapat 30.596 penonton yang memadati Stadion Nippert.
Bagaimana dengan Indonesia?
Lantas, bagaimana agar sepak bola perempuan di Indonesia bisa lebih diapresiasi publik dan terpacu untuk semakin berkembang?
Sebagaimana lazimnya pengembangan sepak bola, penyelenggaraan kompetisi reguler jelas adalah hal yang mutlak dibutuhkan. Namun, hal itu belum bisa ditemukan di Indonesia saat ini.
Idealnya adalah setiap klub kontestan Liga Indonesia juga memiliki tim perempuan yang berlaga secara rutin di kompetisi layaknya tim laki-laki.
Hal inilah yang ada di Eropa, di mana tim perempuan dari setiap klub biasanya memiliki embel-embel seperti "Ladies", "Feminine", "Femeni", dan sebagainya.
Dengan adanya tim perempuan dari klub-klub Liga Indonesia, diharapkan akan lebih mudah dalam menarik perhatian dan animo publik.
Hal ini mengingat betapa dekatnya klub-klub tersebut dengan masyarakat plus keberadaan suporter yang umumnya memiliki basis massa besar.
(Baca Juga: Alasan Klub asal Brunei Darussalam Ingin Berkompetisi di Liga 1 Musim Depan)
PSSI sendiri sudah merencanakan akan menggelar Liga 3 Perempuan pada 2019 mendatang.
Kehadiran klub-klub Liga Indonesia tentu akan memberi daya tarik lebih bagi kompetisi.
Meski demikian, harus diakui kita masih jauh dari sana. Sudah jamak diketahui jika klub-klub Liga Indonesia yang sudah lama berdiri bahkan belum memiliki tata kelola yang baik.
Mengurus tim laki-laki yang sudah eksis sejak puluhan tahun lalu saja masih tertatih-tatih, bagaimana mau ditambah tim perempuan?
Saat ini saja klub Liga Indonesia yang memiliki tim perempuan masih bisa dihitung dengan jari, misalnya Persimura Musi Rawas dan Persitoli Tolikara.
Atau ada pula Persijap Jepara yang yang namanya lebih akrab di telinga penggemar sepak bola Indonesia.
Di kancah sepak bola perempuan, klub asal kota ukir ini mengusung nama "Persijap Kartini".
Tim nasional menjadi jalan paling realistis untuk membuat sepak bola perempuan Indonesia lebih diapresiasi publik di tengah keterbatasan yang ada.
Seperti halnya klub di liga, timnas selaku representasi negara di kancah internasional jelas selalu menjadi perhatian masyarakat.
Hal penting yang harus menjadi perhatian terkait hal ini adalah publikasi.
. @fbernardeschi : «Teniamo molto alla Coppa Italia» https://t.co/UWiUDcGgG1 #JuveGenoa #TIMCup pic.twitter.com/hGDAABvBba
— JuventusFC (@juventusfc) December 20, 2017
Dengan adanya publikasi yang memadai bagi timnas putri, diharapkan publik bisa lebih mengenal tim lebih dekat.
Tentu PSSI dan media massa tidak bisa bekerja sendirian di sini.
Setiap pencinta sepak bola secara individu pun perlu ikut berpartisipasi dalam menyebarluaskan informasi khususnya melalui media sosial.
Lebih khusus lagi terkait publikasi, diperlukan juga kemudahan akses dalam menyaksikan pertandingan.
Akan sangat bagus apabila pertandingan timnas putri bisa ditayangkan di stasiun televisi nasional.
Namun, hal ini memang jelas bukan perkara sederhana karena kepentingan bisnis pemegang hak siar juga sangat berperan di sini.
Kebetulan tahun depan timnas putri Indonesia berkesempatan tampil di ajang internasional di rumah sendiri.
Indonesia akan menjadi tuan rumah dari tiga ajang, yaitu Piala AFF Perempuan, Piala AFF Perempuan U-15, serta Asian Games.
Jadi, siapkah kita menyaksikan mereka berlaga dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya bagi para srikandi lapangan hijau?