Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mengenang Pak Sumohadi Marsis dan Era Perubahan

By Weshley Hutagalung - Jumat, 29 Desember 2017 | 11:46 WIB
Mantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA, Sumohadi Marsis, di meja kerjanya. (DOK. TABLOID BOLA)

Walau dengan nada ringan, ucapan Pak Sumo sungguh layak dicermati.

Katanya, bila sebuah media tidak berpihak kepada salah satu kubu saat terjadi pertikaian, dapat dipastikan media tersebut akan “dimusuhi” oleh kedua pihak. Rugi atau untung?

Di situlah posisi Tabloid BOLA. Di posisi itulah sebuah media bisa menjadi wakil masyarakat yang mencari dan membutuhkan kebenaran.

Karena, berpihak kepada satu kubu tidak akan pernah membuat media massa melihat kebenaran.

Lagi pula, siapa yang menjamin kubu yang dibela itu akan menjalankan tugas dengan benar serta bertahan selamanya?

Tak hanya dari saya, dalam pertemuan itu saya pun menyampaikan pertanyaan rekan-rekan dari unit lain yang juga menjalani sekolah bisnis. Teknologi membuat kita bisa menyimpan data selama bertahun-tahun.

Tahun 2010, pertanyaan yang dititipkan ke saya aneh-aneh dan tergolong berat bagi Pak Sumo untuk menjawab dengan tenang.

Berikut empat dari 9 pertanyaan tersebut:

Pertama, bagaimana cara Pak Sumo melihat ketidakpastian waktu media yang ia kelola berubah dari sisipan Harian Kompas menjadi Tabloid BOLA yang berdiri sendiri?

Kedua, apakah beliau pernah merasa “dizolimi” anak buah dan rekan sejawat serta pimpinan di atas? Lalu, bagaimana beliau menyiasatinya?