Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Selamat Datang, Tahun Olahraga 2018

By Taufik Batubara - Sabtu, 30 Desember 2017 | 21:42 WIB
Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, landmark olahraga Indonesia, siap menyambut berbagai ajang sepanjang tahun 2018. (IRWAS RISMAWAN/TRIBUNNEWS.COM)

Peristiwa apa yang akan terjadi pada 27 Juni 2018?

Tanggal itu jatuh pada hari Rabu.

Para pelaku dan petualang politik Indonesia pasti mafhum dengan tanggal itu.

Betul, itu adalah hari pencoblosan Pilkada Serentak 2018, yang lebih besar dari sebelumnya.

Menurut rencana, ada 171 daerah yang mengikuti pesta politik itu.

Dari 171 daerah itu, terdapat 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten.

Tiga provinsi di Jawa mendapat perhatian khusus, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, karena pemilihan gubernur dan wakil gubernur di sana berisiko konflik sangat besar.

Ongkos politik yang harus dikeluarkan negara melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk hajatan akbar itu juga luar biasa, kini hampir mencapai Rp 20 triliun.

Belum lagi beragam ongkos lain yang harus ditanggung peserta pilkada, termasuk urusan atribut kampanye hingga iklan, dipastikan triliunan rupiah.

Itulah antara lain yang menggiring sebagian orang di negeri ini memberi label 2018 dengan Tahun Politik.

Tahun politik itu diantisipasi dengan berbagai persiapan oleh sejumlah pemangku kepentingan, terutama TNI dan Polri, karena di dalamnya ada benih kecemasan, ketakutan, dan segala potensi negatif lainnya.

Intinya, hampir selalu berkerut dahi ini menyimak atau memelototi segala informasi seputar tahun politik itu.

Namun, jangan murung menghadapi tahun politik itu, karena ada hajatan lain yang tak kalah serunya.

Tanggal 27 Juni 2018 itu baru setengah perjalanan pesta sebulan penuh Piala Dunia 2018.

Hiposentrum pesta sepak bola empat tahunan itu memang berada di Rusia, tapi getaran "gempa" kemeriahannya terasa ke seluruh pelosok jagat raya.

Apakah Pilkada Serentak 2018 terasa di pedalaman Zimbabwe? Tentu tidak!

Pada 27 Juni 2018 itu, tepatnya pukul 01.00 WIB, Lionel Messi akan membawa bendera Argentina meladeni Nigeria dalam laga ketiga penyisihan Grup D di Stadion Krestovskyi, St Petersburg, Rusia.

Pertandingan itu bakal seru jika duel kontra Argentina menjadi penentu lolos-tidaknya tim Amerika Selatan itu ke babak 16 besar. 

Pada jam yang sama, Islandia menghadapi Kroasia di Rostov Arena, Rostov.

Yang berkepentingan dengan Pilkada Serentak 2018 mungkin akan menanti "serangan fajar" pada jam itu.

Setelah itu, masih pada tanggal yang sama, tapi pukul 21.00 WIB, perhatian penggemar sepak bola akan tersedot ke duel Korea Selatan kontra juara bertahan Jerman.

Pada jam itu juga digelar Meksiko versus Swedia.

Penghitungan suara pilkada biasanya rampung sore hari, lalu dikumpulkan di kelurahan.

Namun, proses administrasinya bisa sampai malam, apalagi jika terjadi salah hitung, kartu suara hilang atau berkurang, dan sebagainya.

Di Jakarta atau daerah lain yang tak ikut menggelar pilkada, Piala Dunia 2018 pasti menjadi perhatian utama.

Suasananya berbeda dengan 2014, kala Piala Dunia di Brasil digelar bersamaan dengan pemilihan presiden (pilpres).

Piala Dunia 2014 boleh tetap berjalan, tapi pilpres harus terus menjadi perhatian, karena melibatkan seluruh daerah secara emosional.

Gaung dan gairah pilpres sangat berbeda dengan pilkada yang sektoral memilih "raja-raja" kecil.

Masih ingatkah Anda peristiwa besar pada 9 Juli 2014?

Pada tanggal itu Joko Widodo-Jusuf Kalla menang atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa versi hitungan cepat (quick count), yang berlanjut pada hitungan resmi KPU.

Beberapa jam sebelum pencoblosan tanggal itu, sekitar pukul 05.00 WIB usai duel semifinal, Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Brasil, banjir air mata.

Tuan rumah Brasil seolah baru bisa bermain bola, hancur-lebur digilas "roda-roda baja" Jerman dengan skor 7-1.

Terlalu Kecil

Pilkada Serentak 2018 memang unggul dari sisi negatif, karena membuat banyak orang cemas.

Piala Dunia 2018 unggul dari sisi positif, karena menyuguhkan tontonan menarik yang menyenangkan dunia.

Pilkada Serentak 2018 terlalu kecil jika dibandingkan dengan Piala Dunia 2018 dari sisi uang.

Mau tahu berapa uang yang harus dikeluarkan untuk bisa menggelar Piala Dunia?

Ongkos untuk bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia terus membengkak dari masa ke masa.

Mari kita lihat dua periode sebelumnya.

Sebagaimana dikutip BolaSport.com dari ESPN, Afrika Selatan merogoh 2,7 miliar dolar AS untuk Piala Dunia 2010.

Brasil menghabiskan 15 miliar dolar AS untuk Piala Dunia 2014, tapi habis-habisan diprotes rakyatnya.

Jumlah itu ternyata masih lebih kecil dibandingkan biaya untuk Piala Dunia 2018, apalagi 2022.

Rusia menghabiskan biaya sekitar 20 miliar dolas AS atau sekitar Rp 270 triliun untuk menghelat Piala Dunia 2018.

Piala Dunia 2018 menjadi ajang ampuh bagi Vladimir Putin untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pilpres 18 Maret 2019.

Bagaimana dengan Qatar yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022?

Negeri kaya-raya berpenduduk cuma sekitar 2,5 juta jiwa itu mengeluarkan biaya 10 kali lipat dari Rusia, yakni 200 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2,708 kuadriliun.

Qatar akan menghabiskan sebagian besar dari estimasi biaya 200 miliar dolar AS itu untuk infrastruktur, seperti memperbaiki jalan tol, membangun bandara, dan mengembangkan sistem kereta api cepat.

Estimasi biaya itu belum termasuk 12 stadion berteknologi tinggi dengan kapasitas gabungan hampir 700.000 kursi.

Piala Dunia juga selalu menjadi program unggulan TV.

Karena itulah, banyak pengelola TV berbagai negara membeli hak siarnya.

Untuk Piala Dunia 2018, setidaknya 84 negara telah mengantungi hak siarnya, termasuk Indonesia melalui TransMedia milik Trans Corp dan K-Vision milik Kompas-Gramedia.

Tak kecil biaya yang harus dikeluarkan TransMedia untuk membeli hak siar Piala Dunia 2018 itu, konon katanya sekitar Rp 1 triliun.

Sebagai perbandingan, Erick Thohir dulu membeli hak siar Piala Dunia 2014 untuk tvOne dan ANTV seharga Rp 658 miliar.

Asian Games 2018

Piala Dunia 2018 rupanya belum cukup untuk memuaskan para penikmat olahraga.

Kurang lebih satu bulan setelah perhelatan akbar itu, tepatnya 18.8.18, digelarlah Asian Games 2018.

Nah, kali ini Indonesia yang menjadi magnet dunia, terutama untuk bangsa-bangsa Asia.

Jakarta dan Palembang menjadi dua kota tuan rumah untuk ajang selama dua minggu itu, 18 Agustus-2 September 2018.

Ajang itu akan dilanjutkan dengan hajatan yang tak kalah seru dan menariknya, yakni Asian Para Games, 6-13 Oktober 2018.

Tentu saja, Asian Games 2018 yang menyajikan multi-events itu kalah heboh dari single-event Piala Dunia 2018, apalagi dari sisi biaya.

Wakil Presiden sekaligus Ketua Tim Pengarah Asian Games 2018 Jusuf Kalla mengungkapkan, penyelenggaraan Asian Games 2018 menyedot anggaran sekitar Rp 30 triliun.

Anggaran itu meliputi biaya penyelenggaraan, pembangunan infrastruktur, dan sarana transportasi pendukung Asian Games 2018.

"Biaya untuk infrastruktur hampir Rp 7 triliun, kemudian perbaikan di Palembang dan DKI Jakarta hampir Rp 3 triliun, keseluruhannya menjadi Rp 10 triliun," ujar Jusuf Kalla.

Menurut Jusuf Kalla, ada juga infrastruktur jangka panjang, seperti transportasi di Palembang yang menelan Rp 7 triliun dan di Jakarta Rp 10 triliun.

"Jadi, total keseluruhannya bisa mencapai Rp 30 triliun," ucap Jusuf Kalla.

Mungkin sudah bisa kita nikmati sekarang infrastruktur dan transportasi itu.

Sebutlah salah satunya kereta bandara dari Stasiun Sudirman, yang sedang diperpanjang dari Stasiun Manggarai, ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Perhelatan akbar seperti Asian Games rupanya menuntut percepatan dan pengadaan berbagai infrastruktur, sarana transportasi, dan sebagainya.

Bagaimana jika Indonesia menjadi tuah rumah Piala Dunia?

Bayangkan sendiri kemungkinannya dan manfaat apa lagi yang akan dirasakan bangsa Indonesia.

AFF & Piala Asia

Bagi Indonesia, tahun 2018 juga masih diisi sejumlah kejuaraan level ASEAN dan Asia.

Federasi Sepak Bola ASEAN (ASEAN Football Federation/AFF) baru saja memutuskan Indonesia menjadi tuan rumah tujuh kejuaraan sepak bola dan futsal tingkat Asia Tenggara.

Dikutip BolaSport.com dari Aseanfootball.org, Indonesia akan menggelar sederet kejuaraan dari berbagai kelompok usia sejak Mei hingga November 2018.

Kejuaraan sepak bola yang dipastikan berlangsung di Indonesia adalah Piala AFF U-16 Wanita (Juni), Piala AFF Wanita (21 Juni-4 Juli), Piala AFF U-19 (2-14 Juli), dan Piala AFF U-15 (29 Juli-11 Agustus).

Perhelatan futsal yang akan digelar adalah Piala AFF Antarklub (1-10 Mei) dan Piala AFF (6-15 September).

Ada juga kejuaraan sepak bola pantai yang akan berlangsung Oktober hingga November 2018.

Piala AFF 2018 yang dimainkan tim senior pria akan menggunakan format baru pada 8 November-15 Desember 2018.

Turnamen itu akan menggunakan sistem kandang dan tandang sejak babak penyisihan, sehingga tak akan ada lagi sistem tuan rumah.

Sebelum pasukan Luis Milla itu tampil, Egy Maulana Vikri dkk akan menghibur kita melalui Piala Asia U-19.

Indonesia menjadi tuan rumah ajang sepak bola Asia itu mulai 18 Oktober hingga 4 November 2018.

Jadi, sungguh seru dan menarik tahun 2018 ini bagi Indonesia, terutama para penikmat acara olahraga, jauh melebihi tahun politik.

Selamat datang, Tahun Olahraga 2018!

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P