Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pencinta sepak bola di Indonesia, atau mungkin beberapa negara di Asia, rela melek sampai dini hari untuk menyaksikan partai pekan ke-21 Liga Spanyol 2017-2018 antara FC Barcelona dan Deportivo Alaves. Alasannya adalah Philippe Coutinho.
Pertandingan yang berlangsung pada Senin (29/1/2018) pukul 02.45 dini hari WIB itu terasa spesial karena menjadi debut Philippe Coutinho bersama Barcelona di kasta teratas sepak bola Spanyol.
Sebelumnya, gelandang timnas Brasil itu sudah tampil pada leg kedua perempat final Copa del Rey.
Lalu, apa yang didapat pemirsa dari melihat aksi perdana Philippe Coutinho di liga bareng FC Barcelona?
Beberapa orang mungkin menjawab: mengecewakan!
Philippe Coutinho bermain sebagai starter dalam laga tersebut. Namun, ia ditarik keluar pada menit ke-66 dengan digantikan oleh Paco Alcacer.
(Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Barcelona Bersedia Membeli Mahal Philippe Coutinho)
Sang gelandang dianggap gagal menunjukan kemampuan terbaiknya sehingga harus digantikan oleh pemain lain.
Jika melihat catatan statistik, performa Coutinho memang layak dibilang buruk.
Menurut data dari Squawka yang dikutip BolaSport.com, ia empat kali gagal mengontrol bola dengan baik.
Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di skuat Blaugrana.
Coutinho juga cuma satu kali melepaskan tembakan, itu pun tidak mengenai sasaran.
Satu lagi, Coutinho cuma mencatatkan sekali dribel sukses selama di atas lapangan.
Philippe Coutinho's full Barcelona debut by numbers:
66 minutes
— WhoScored.com (@WhoScored) January 28, 2018
Shots(OT) 1(0)
Dribbles 1
Key Passes 0
Times Dispossessed 3
Unsuccessful Touches 4 #BarcaAlaves pic.twitter.com/RROfkj2AxX
Dengan catatan-catatan buruk di atas, apakah Coutinho sudah pantas dicap sebagai pembelian gagal? Menurut saya tidak.
Ingat, eks bintang Liverpool FC itu baru melakoni total dua pertandingan.
Anggaplah jika Barcelona tembus ke final Copa del Rey dan Liga Champions, berarti masih ada 27 partai yang bisa dimaksimalkan si pemain buat unjuk gigi.
Seperti kata pelatih Barcelona, Ernesto Valverde, seorang pemain bukan robot yang bisa langsung nyetel.
"Coutinho bukan mesin yang bisa segera bekerja dengan baik. Akan tetapi, saya melihat dia sudah berusaha maksimal," ucap Valverde.
Menurut saya, Philippe Coutinho bakal tetap bisa bersinar di FC Barcelona.
Mengapa? Alasannya bukan karena dari segi strategi atau alasan teknis.
Secara pribadi, saya bukan penggemar statistik. Ribet berurusan dengan angka.
Beberapa pembaca mungkin juga sudah pusing membaca berita-berita yang berkaitan dengan statistik.
Toh, hidup sudah susah. Buat apa semakin ditambah sulit dengan angka-angka. Mungkin sebagian akan berkata begitu.
(Baca Juga: Barcelona yang Mulai Tak Percaya Pada La Masia)
Jadi, saya akan membahas kecocokan Coutinho dengan Barca dari segi yang lain.
Menurut saya, pemain berpostur 172 cm itu akan bersinar di Barcelona karena dirinya memang dilahirkan untuk tim yang bersinggungan dengan air.
Coutinho lahir di Rio de Janeiro, kota yang memiliki banyak pantai. Copacabana dan Ipanema merupakan pantai paling populer di sana.
Lokasi Kota Barcelona pun berdekatan dengan air, yakni di pinggir Laut Balearik.
Sekarang coba lihat peta, di mana posisi Kota Liverpool?
Daerah kelahiran band legendaris The Beatles itu terletak di dekat Sungai Mersey yang bermuara ke Laut Irlandia.
Selama bermain di Liverpool FC, Coutinho tampil gemilang dengan torehan 54 gol dan 46 assist dari 201 laga.
Untuk memperkuat informasi, mengacu pada tahun kelahiran (1992), si pemain memiliki shio Monyet dengan elemen air.
Tarik ke belakang, Coutinho pernah mencoba peruntungan di Inter Milan selama tiga musim sejak 2010.
Kota Milan jauh dari laut atau sungai. Letaknya dikelilingi beberapa komune, termasuk Branzate dan Pero.
Hasilnya, Coutinho melempem dengan hanya mencatatkan 19 penampilan buat Inter.
(Baca Juga: Dahsyat! Lionel Messi dan Luis Suarez Lahirkan 16 Gol dalam 6 Laga)
Sebenarnya mantan pemain Vasco da Gama itu pernah gagal bersinar ketika membela Espanyol yang juga terletak di Kota Barcelona.
Namun, hal tersebut bisa dimaklumi karena Coutinho belum terlalu matang. Kala itu usianya baru 19 tahun.
Semua penjabaran di atas hanya itung-itungan versi bebas. Percaya atau tidak, terserah Anda.