Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Indonesia sudah cukup lama tidak menjuarai Piala Thomas. Skuat Merah Putih kali terakhir berdiri di podium tertinggi pada 2002.
Tahun tersebut menjadi yang terakhir bagi Indonesia berhak menggenggam Piala Thomas, lambang supremasi tertinggi bulu tangkis beregu putra.
Saat itu, tunggal putra Hendrawan menjadi pahlawan kemenangan Piala Thomas setelah menaklukkan wakil Malaysia, Roslin Hashim 8-7, 7-2, 7-1, perhitungan skor saat itu masih memakai 7 poin untuk satu set.
Hendrawan tak kuasa menahan tangis saat diarak sebagai penentu kemenangan Indonesia atas Malaysia.
Saat itu, Hendrawan mengatakan bahwa sebelum bermain. dia sudah mengatakan kepada diri sendiri untuk membuat sejarah bagi Indonesia dan Piala Thomas.
Hasil tersebut membuat Indonesia menumbangkan Malaysia 3-2 pada partai final yang mendebarkan di Tiange Sport Centre, Guangzhou.
Melalui kemenangan ini, Indonesia menorehkan rekor menjadi kampiun dalam lima periode berturut-turut sejak 1994.
Kemenangan di Tianhe Sport Centre merupakan kejayaan keenam Indonesia dari delapan kali pertemuan dua rival klasik Asia Tenggara itu setelah 1958, 1970, 1976, 1994, dan 1998.
Adapun Malaysia menjadi pemenang pada 1967 dan 1992.
(Baca juga: Kejuaraan Asia Beregu 2018 - Tim Putri Indonesia Akan Hadapi China Setelah Kalahkan Singapura 3-0)
Tahun 2002 menjadi momen paling manis bagi tim Thomas Indonesia dan belum tergantikan hingga sekarang.
Dalam kurun waktu 16 tahun, pencinta bulu tangkis Indonesia menahan rindu untuk bisa kembali memegang trofi yang diperebutkan sejak 1949 itu.
Indonesia punya sejarah apik dalam keikutsertaan pada Piala Thomas dengan koleksi 13 titel juara.
Gelar tersebut didapat pada 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002.
Saat itu, komposisi pemain yang masuk dalam tim merupakan pemain terbaik di zamannya. Tak mengherankan karena Indonesia menjadi yang terbaik dalam cabang olahraga tepok bulu ini.
Setelah itu, prestasi tim Thomas Indonesia menurun pada enam edisi berikutnya.
Prestasi terendah yang diraih Indonesia yaitu menjadi semifinalis pada 2004, 2006, dan 2014.
Pencapaian Indonesia pada 2016 memberikan harapan baru. Meski saat itu tidak didominasi pemain yang peringkatnya masuk 10 besar dunia, performa tim Thomas Indonesia tidak terlalu mengecewakan.
Mereka menjadi runner-up di bawah Denmark pada Piala Thomas 2016.
Menilik sejarah saat Indonesia untuk kali pertama merebut Piala Thomas, Merah Putih menjadi negara yang tidak diperhitungkan dalam peta kekuatan bulu tangkis dunia saat itu.
Namun, Indonesia membuat kejutan dengan mengalahkan Denmark 6-3 dan Muangthai (saat ini Thailand) 8-1 pada babak interzone.
Kemenangan tersebut membuat Indonesia berhak melawan Malaya (saat ini Malaysia) yang telah menunggu sebagai juara bertahan pada babak challenge round.
Sebelum undian pertandingan dilangsungkan pada 12 Juni 1958 sore hari di Hotel Ocean Park, Indonesia mengubah susunan salah satu pemain gandanya dengan menggantikan Lie Po Djian dengan Ferry Sonneville.
Indonesia selanjutnya menang 6-3 atas Malaya yang saat itu merupakan juara bertahan.
Kemenangan itu disambut penuh suka cita lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan oleh suatu orkes tentara Inggris.
Kapten Malaya saat itu, Eddy Chong akhirnya menyerahkan Piala Thomas kepada Indonesia.
(Baca Juga: Cuma Marcus Fernaldi/Kevin Sanjaya yang Bisa Buat Sensasi Membanggakan Seperti Ini)
Tahun ini, Indonesia akan kembali berjuang membawa pulang Piala Thomas.
Sebelum melaju ke putaran final, tim Merah Putih harus berjuang pada Kejuaraan Asia Beregu 2018 yang saat ini berlangsung di Alor Setar, Kedah, Malaysia, 6-11 Februari.
Dari ajang ini akan dipilih 4 tim teratas yang berhak melaju ke putaran final.
Jika melihat kekuatan di atas kertas, tim putra yang berstatus sebagai juara bertahan berpeluang kembali menjadi juara dan melaju ke putaran final.
Kembalinya Hendra Setiawan ke pelatnas menambah kekuatan sektor putra.
Hendra yang berpasangan dengan Mohammad Ahsan masih menjadi ganda putra yang disegani dalam persaingan bulu tangkis dunia.
Pemain senior itu memang dipersiapkan pelatih ganda putra nasional, Herry Iman Pierngadi, untuk putaran final Piala Thomas.
Selain kemampuan, pengalaman, dan prestasi, dia merupakan pemain yang menjadi panutan di pelatnas.
Optimisme pada Piala Thomas juga dilontarkan salah satu ganda putra terbaik Tanah Air, Marcus Fernaldi Gideon setelah menjuarai Indonesia Masters 2018.
Dia menilai peluang Indonesia pada Piala Thomas tahun ini jauh lebih bagus daripada edisi sebelumnya yakni 2016.
Tunggal putra Indonesia sudah lebih kuat yang dibuktikan dengan gelar juara pada Korea Terbuka 2017 dan Indonesia Masters 2018 atas nama Anthony Sinisuka Ginting.
Jonatan Christie juga menjadi runner-up pada Korea Terbuka 2017. Selain itu, Jonatan dan Ihsan Maulana Mustofa juga menjadi pemain yang menyulitkan para tunggal putra level atas dunia.
Kekuatan ganda putra Indonesia juga sudah merata. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo saat ini berada di peringkat pertama dunia.
Pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang menjadi pemain pelapis menyumbang gelar pada Malaysia Masters bisa menjadi salah satu pilihan PBSI pada putaran final Piala Thomas.
Tiga tim yang saat ini berada di jajaran teratas adalah China, Denmark, dan Indonesia.
Tahun ini, ajang turnamen beregu Piala Thomas dan Uber akan kembali digelar pada 20-27 Mei di Bangkok, Thailand.
Persaingan yang kian merata dan prestasi pebulu tangkis Indonesia pada awal 2018 memberi secercah harapan baru.
Selain perhitungan di atas kertas, Indonesia punya semangat dan kekompakan yang bagus dalam kejuaraan beregu.
Hal ini menjadi modal tambahan untuk menampilkan performa terbaik di lapangan demi merebut Piala Thomas.
Piala Thomas memang belum kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi saat ini. Tidak Tahu pada Mei 2018 nanti, tunggu saja!
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on