Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM – Sesuatu yang sulit dipercaya sedang menimpa Inter Milan di Liga Italia saat ini.
Menang 12 kali dan tidak terkalahkan serta meraih 39 poin dari kemungkinan maksimal 45 dalam 15 pertandingan pertama Serie A, I Nerazzurri kemudian kolaps.
Dalam 10 pertandingan berikutnya, tim asuhan Luciano Spalletti hanya sekali menang dan mendapatkan 9 poin dari kemungkinan maksimal 30.
Kolaps yang dialami Inter Milan masuk kategori akbar karena sudah berlangsung terlalu lama.
(Baca Juga: Keterbukaan, Romantisme, dan Gairah Sepak Bola pada Piala Presiden 2018)
Sudah lewat dua bulan dengan La Beneamata bahkan tak mampu mengalahkan tim-tim lemah seperti Sassuolo, SPAL, Crotone, dan Genoa.
Sudah masuk kategori akbar karena Si Ular Raksasa, yang sempat memuncaki klasemen, akhirnya sekarang terlempar keluar dari zona Liga Champions untuk pertama kalinya musim ini.
Sudah masuk kategori akbar juga karena pemain terbaik mereka, Milan Skriniar, bisa mendapatkan angka rapor 4 dari Sportmediaset setelah terlibat dalam stand up comedy proses terjadinya gol bunuh diri komikal Andrea Ranocchia saat melawan Genoa, Sabtu (17/2/2018).
Ini bukan lagi blip di tengah performa bagus. Inter Milan memang sedang berada dalam masalah besar.
Saya tidak tahu persis apa penyebabnya. Seperti sudah saya sebut di atas, kejadian ini sesuatu yang sulit dipercaya.
Jadi, saya tidak bisa menjelaskan secara persis apa yang menjadi sumber permasalahan Tim Biru-Hitam.
Taktik Luciano Spalletti sudah terbaca lawan dan sang pelatih tidak punya plan B? Mungkin.
Performa Ivan Perisic-Antonio Candreva anjlok, padahal tadinya mereka adalah sumber serangan tim? Barangkali.
Inter Milan kekurangan fantasi karena semua figur yang dicoba di posisi “pemain nomor 10” mengecewakan? Boleh jadi.
FT Genoa 2-0 Inter #GenoaInter ends here. pic.twitter.com/HLIPUEgM9e
— Inter (@Inter_en) February 17, 2018
Nerazzurri mulai kelelahan? Kepercayaan diri runtuh? Tim ini sebenarnya over-rated? Semuanya cukup sahih dijadikan alasan.
Karena kolaps Inter Milan ini sulit dipercaya bisa terjadi, saya akan coba mengambil sisi lain untuk mencari penyebabnya.
Dari sisi dunia fiksi. Kendati begitu, rasanya pas sekali dengan kondisi yang dialami Mauro Icardi dkk.
Pembaca mungkin pernah menonton film komedi olahraga The Replacements (2000).
Film tentang american football itu dibintangi Keanu Reeves sebagai Shane Falco, seorang quarterback alias pemimpin tim Washington Sentinels.
Falco bilang bahwa ketakutan terbesarnya adalah quicksand, pasir hisap.
“Kau bermain dan kau berpikir semuanya berjalan baik-baik saja. Kemudian satu hal salah. Lalu satu kesalahan lagi. Dan satu lagi. Kau mencoba melawan balik.
Tapi, semakin keras kau melawan, semakin dalam kau tenggelam. Sampai kau tidak bisa bergerak, kau tidak bisa bernapas. Karena kau sudah di luar batas kemampuanmu. Seperti pasir hisap.”
(Baca Juga: Diego Michiels Sebut Muhammad Ridho Sebagai Kiper Paling Top di Bumi Setelah Dapat Panggilan dari Timnas)
Inter Milan mungkin sudah masuk pasir hisap ala Shane Falco.
Sampai 15 pertandingan pertama, mereka baik-baik saja. Kemudian satu hal salah.
Mungkin kesalahan itu bukan laga pekan ke-16 Liga Italia, 9 Desember 2017.
Nerazzurri memang gagal menang, tapi skor 0-0 di kandang Juventus adalah hasil yang masih sangat kredibel.
Momen terceburnya pasukan Luciano Spalletti dalam pasir hisap adalah pertandingan setelah Juventus.
Inter Milan bertemu Pordenone Calcio di babak 16 besar Coppa Italia, 12 Desember 2017.
La Beneamata menang, tapi hanya lewat adu penalti setelah gagal mencetak gol dan mengalahkan Pordenone dalam laga selama 120 menit.
Hasil itu adalah sebuah kesalahan yang boleh jadi benar-benar menggoyang kesolidan Inter Milan.
“Mengapa kami tidak bisa mencetak gol dan menang mudah atas tim dari divisi tiga?” Begitu mungkin pertanyaan yang mengisi kepala pemain-pemain I Nerazzurri.
Teori pasir hisap Shane Falco kemudian benar-benar terjadi pada Inter Milan.
Setelah kesalahan pertama di laga melawan Pordenone Calcio itu, hasil-hasil mengecewakan berikutnya datang.
Kalah dua kali beruntun di Liga Italia dari Udinese dan Sassuolo.
Lantas disingkirkan AC Milan di babak 8 besar Coppa Italia, padahal rival sekotanya tersebut saat itu juga tidak dalam grafik performa yang bagus.
Semakin Inter Milan meronta, semakin dalam mereka tenggelam.
Kemenangan 2-1 atas Bologna (11/2/2018) sempat dianggap sebagai momen kebangkitan.
Tapi, pasir hisap menarik Nerazzurri lagi dalam rupa kekalahan 0-2 dari Genoa.
(Baca Juga: Diam Mematikan, Formasi Sementara Persipura Cukup Menakutkan)
Shane Falco tidak pernah bilang kepada rekan-rekan setim bahwa teori pasir hisapnya akan membuat perjalanan di sisa pertandingan atau kompetisi menjadi hancur total.
Artinya, ada harapan bahwa sedotan pasir hisap itu bisa dikalahkan untuk kemudian bangkit mendapatkan hasil-hasil bagus lagi.
Belum terlambat bagi Inter Milan untuk melakukannya, dimulai dari partai “wajib menang” melawan Benevento pada akhir pekan nanti.
Kemenangan atas Benevento bisa mengembalikan Tim Biru-Hitam ke jalur zona Liga Champions, menyelamatkan musim yang diwarnai kolaps dua bulan ini.
Tapi, kalau sampai gagal menang lagi, mungkin Inter Milan memang sudah benar-benar tenggelam dalam pasir hisap ala Shane Falco.