Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jangan Main-main sama Orang Surabaya

By Persiana Galih - Kamis, 15 Maret 2018 | 22:29 WIB
Pelatih Pacific Cesar, Kencana Wungu (dua dari kiri), Direktur IBL, Hasan Gozali (tengah) dan asisten pelatih Stapac Jakarta, Antonius Ferry Reinaldo pada acara jumpa awak media, Kamis (8/3/2018) di Surabaya. (TB KUMARA/BOLASPORT.COM)

Tapi, Pacific kukuh ingin menurunkan Waters. Bukan soal seberapa penting pebasket AS itu bagi mereka, tapi soal integritas IBL dalam menerapkan peraturan. Pasalnya, pada babak reguler seri VII Cirebon, Waters mengalami hal yang sama namun tidak dicekal di pertandingan berikutnya.

Sementara IBL merasa sudah menyosialisasikan aturan tersebut kepada Stapac dan Pacific sebelum pertandingan play-off perdana dimulai.

Menurut salah satu petinggi Federasi Basket Indonesia (Perbasi) yang saya temui pada Selasa (13/3) di Jakarta Selatan, semestinya IBL sudah menerapkan peraturan tersebut sejak Sei VII Cirebon.

“Tapi IBL berasumsi ingin menghabiskan dulu babak reguler, baru menerapkan aturan baru tersebut di babak play-off,” kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.

Selama babak reguler, IBL masih menggunakan aturan lama di mana tak ada hukuman cekal satu pertandingan jika seorang pemain mendapat satu unsportmanlike foul dan satu technical foul.

Wasit tak bisa lagi menunggu Pacific. Mereka terpaksa mengakhiri pertandingan sebelum dimulai, dengan menjatuhkan status walk out pada Pacific. Stapac menang 2-0 dan berhak mendapatkan tiket semifinal melawan Pelita Jaya.

(Baca juga: Saksi Perjalanan Karier Lee Chong Wei Komentari Film Rise of The Legend)

Kedua belah pihak, IBL dan Pacific, sama-sama yakin pada argumen mereka.

Perang dingin dengan peluru berupa siaran pers pun dimulai di Media Sosial Instagram.

Kedua belah pihak saling menyerang, dan mengklaim bahwa masing-masing dari mereka memiliki alasan yang kuat.