Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
“Peraturan diskualifikasi yang menyatakan kombinasi technical foul dan unsportman di diskualifikasi dan larangan 1 kali bermain baru ada di peraturan FIBA terbaru 2017 dan sudah disosialisasikan dan di setujui saat managers meeting 8 Maret," kata Direktur IBL, Hasan Gozali, seperti yang terlampir di akun Instagram resmi IBL Indonesia.
Balasannya: “Kami dari Pacific Caesar Surabaya berpegang tegas pada prinsip yang dimana kami hanya mengikuti peraturan pelaksanaan IBL 2017-2018 yang ada, dan tidak bersedia mengikuti peraturan yang dirubah2 di tengah musim demi keuntungan pihak2 tertentu,” tulis Pacific Caesar dalam akun Instagram resmi mereka.
Alami Periode Sulit, Bagaimana Pandangan Persipura Menuju Liga 1 2018? https://t.co/gdxxpYyYlX
— BolaSport.com (@BolaSportcom) March 15, 2018
Begitu kurang lebih isi perang siaran pers mereka. Terlepas dari itu semua, pejabat Perbasi yang saya temui di Jakarta bilang bahwa Pacific tidak menghargai pertandingan. Padahal, walk out adalah tindakan haram di mata FIBA.
“Kalau ada tim yang walk out di pertandingan internasional, maka negaranya dicekal tak boleh lagi bermain di kejuaraan FIBA internasional. Itu hukumannya,” ujar dia.
Bayangkan, dengan walk out itu, IBL mesti mengganti kerugian kontrak yang dibangun dengan iNews, stasiun televis swasta yang berhak menyiarkan IBL 2018. Belum lagi kontrak dengan sponsor-sponsor lainnya, dan ganti rugi tiket penonton yang sudah datang.
“Duit tiket penonton bisa dikembalikan, tapi transportasi dan waktu mereka menuju arena pertandingan tak bisa terganti,” katanya.
IBL menangguhkan kerugian tersebut pada Pacific sebagai terdakwa walk out. Hingga saat ini, kisaran kerugian belum resmi terakumulasi.
Siapa yang salah? Entahlah, Saya tidak berhak menilai meski jurnalisme selalu berpihak pada kebenaran.
Yang pasti, kedua belah pihak punya pelajaran banyak untuk kasus-kasus seperti ini. Terutama IBL, sebagai pemegang aturan liga basket profesional Indonesia.
Karena bagaimana pun, walk out merupakan bentuk protes terkeras yang berhak dilakukan sebuah tim, meski kerugian besar pasti membuntuti.