Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dia orang Surabaya.
(Baca Juga : Enggan Bertanding, Pemain Pacific Caesar justru Habiskan Waktu di Restoran Pizza)
Tak hanya Nizar, Jazuli Juwaini, Ketua Fraksi PKS, pun mendukung walk out itu.
Pada Kompas.com ia mengatakan, “Kami berharap pimpinan rapat memahami etika rapat yang sudah diatura dalam tata tertib (DPR),” ujarnya.
Jazuli merupakan anggotan legislatif Dapil Banten II yang sangat aktif dengan kegiatan organisasi Islam sejak muda.
Ia bukan arek Surabaya, tapi memiliki hubungan erat dengan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Gus Sholah alias KH. Shalahuddin Wahid. Bahkan, kepada Tribunnews.com, anggota Komisi III DPR itu bilang bahwa PKS kerap meminta nasehat kepadanya.
Seperti kita semua tahu, NU merupakan organisasi islam terbesar di Surabaya bahkan mungkin di Indonesia.
Saking erat hubungan mereka, waktu pimpinan dan pengasuh Pondok Pasantren Tebuireng, Jombang, itu dirawat di RS. Soetomo, Jazuli menyempatkan diri terbang ke Jawa Timur
Saya mungkin terlihat memaksa untuk menyangkut-pautkan budaya walk out dan orang-orang Surabaya. Saking memaksanya, saya menghubungkan Jazuli yang bukan orang Surabaya dengan NU yang bermarkas di Surabaya.
Tapi keterpaksaan, bagi saya pribadi, adalah sebuah elegansi.
Sebagai jurnalis yang lebih sering menulis berita berdasarkan hasil wawancara, Saya terpaksa menulis artikel sepihak ini, sambil santai meminum kopi di Jakarta.
Sama halnya dengan para penggiat walk out di atas, yang terpaksa walk out sambil menikmati Pizza Hut.
Karena Walk out adalah bentuk protes keras untuk menyampaikan ketidaknyamanan secara elegan, baik kiranya dilakukan sambil makan pizza.
“Think of what you're saying
You can get it wrong and still you think that it's alright
Think of what I'm saying
We can work it out and get it straight, or say good night.”
“We Can Work It Out” yang dinyanyikan The Beatles terasa pas masuk ke telinga saya kali ini. Menemani mulut yang masih sibuk sibuk menyeruput kopi secara elegan dari tadi.