Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hal lain yang perlu Buffon ingat adalah reputasi. Bahwa ada kenikmatan tersendiri bila pensiun ketika ia berada di puncak, suatu hal yang telah terjamin saat ini dan belum mendapat garansi apabila ia memutuskan terus bermain.
Saat ini, reputasi Buffon sebagai salah satu kiper terbaik sepanjang masa sedikit tercoreng kartu merah yang ia terima di leg II perempat final Liga Champions kontra Real Madrid (11/4/2018).
Protes berlebihan dari Buffon, plus beberapa wawancaranya yang secara terbuka mengkritik wasit Michael Oliver membuat sejumlah pihak menilainya sebagai sosok yang arogan.
Bayangkan, apa komentar publik lainnya jika Buffon melempem di klub barunya?
Mungkin Buffon dapat melihat pengalaman sesama kiper, Victor Valdes. Setelah sepanjang kariernya membela Barcelona, ia memutuskan meninggalkan Liga Spanyol demi bergabung dengan Manchester United pada 2015.
Hasilnya, karier Valdes, yang meraih 21 gelar termasuk tiga titel Liga Champions di Barca, merosot tajam.
(Baca Juga: 4 Alasan Massimiliano Allegri Cocok sebagai Penerus Arsene Wenger di Arsenal)
Tampil dua kali pada 2015-2016, Valdes kemudian dipinjamkan ke Standard Liege sebelum pindah secara permanen di Middlesbrough.
Boro kemudian terdegradasi ke divisi Championship pada akhir 2016-2017. Valdes pun memutuskan pensiun sebelum usianya genap 36 tahun dengan reputasi yang jauh dari cemerlang.
Kembali ke Gianluigi Buffon. Fan Juve tentu saja cuma ingin mengingat idola mereka sebagai sosok yang mempersembahkan total 19 gelar di berbagai ajang.
Buffon yang memilih setia, merelakan usia emasnya untuk terus membela Si Nyonya Tua saat terdegradasi ke Serie B pada 2006.
Jadi, pensiun saja, Gigi Buffon. Biarkan publik mengenangmu di masa puncakmu.