Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Segiat apapun Anda menghibur Loris Karius setelah sepasang blunder di final Liga Champions, Sabtu (26/5/2018), penyesalan besar bakal tetap tersisa di benak kiper Liverpool itu. Wajar.
Jerman ialah negara produsen kiper-kiper top sejak masa lampau.
Popularitas kiper di sana kira-kira sama derajatnya dengan penyerang di Brasil atau Argentina.
Karena itu, wajar bila pers Jerman ramai membahas sosok Loris Karius sejak 1-2 hari menjelang duel Liverpool kontra Real Madrid di final Liga Champions.
Kiper klimis berumur 24 tahun itu masih mengisi halaman muka media Jerman 1-2 hari pascafinal, sayangnya secara negatif.
Kesalahan yang disebut setara sirkus membuat Karius berperan melahirkan dua dari tiga gol Real Madrid ke gawangnya.
Dia ibarat musuh di negara sendiri karena mungkin mencoreng predikat Jerman sebagai bidan kiper-kiper tangguh.
(Baca Juga: Siklus Emas Tim Spanyol di Atap Eropa, Siapa Berikutnya?)
Eks penjaga gawang galak Die Mannschaft, Oliver Kahn, sampai bilang, "Saya belum pernah melihat hal sebrutal itu dari sudut pandang kiper".
"Penampilan seperti itu bisa menghancurkan karier. Anda akan butuh waktu lama buat melupakannya," ujar Kahn.
Sebagai opini yang terkesan autokritik, ucapan Kahn wajib ditelaah lagi.
Pasalnya, sejago apa pun kiper termasuk Kahn, peluang melakukan kesalahan pasti terbuka.
Apesnya bagi kiper, sepercik saja kelalaian mereka bisa menghapus segunduk kebajikan yang telah dilakukan.
12 - Jerman mengirim kiper terbanyak yang tampil di final Liga Champions dengan jumlah 12 kali. Jumlah itu setara dengan Spanyol.
Sebelum dianggap menjadi pesakitan di final, Karius membukukan 6 clean-sheet di Liga Champions musim ini, lebih daripada kiper-kiper lain.
Beralih ke masa lalu Oliver Kahn, dia seperti mengantar timnas Jerman sendirian ke final Piala Dunia 2002 yang lolos cuma dari babak play-off.
Di final kontra Brasil, kepahlawanan Kahn sepanjang turnamen hangus saat tangkapannya tidak lengket mengamankan sepakan Rivaldo.
Bola lepas dari dekapannya, memantul, dan disambar kilat oleh Ronaldo kuncung hingga melahirkan gol pertama Brasil.
Pemain yang sama menjebol gawang Kahn kembali hingga Brasil menang 2-0.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Alhasil, Kahn menjadi bulan-bulanan media negaranya.
"Kesalahan tragis dari Kahn," tulis Bild ketika itu.
"Kahn membuka gerbang untuk Brasil menjuarai Piala Dunia kelima," tulis koran Frankfurter Allgemeine Zeitung.
Bagaimana reaksi Kahn?
"Menjadi kiper seperti menari di atas silet. Olahraga ekstrem. Seperti mendaki gunung. Oksigen terasa tipis, jalan sempit, dan kesepian. Seperti kurungan. Selnya selebar 7,32 meter dan tinggi kandang 2,44 meter. Tanpa tempat tidur karena (mereka) tak diperbolehkan terlelap sedetik pun." Welt.de
"Sungguh hal itu kesalahan terburuk yang pernah saya lakukan sepanjang karier," ujar Kahn, yang dulu juga sangat terpukul seperti halnya Loris Karius.
Lebih kekinian, kiper lain Jerman tak kalah disorot negatif di final Liga Champions 2006 antara Arsenal versus Barcelona.
Dialah Jens Lehmann, yang diusir akibat kartu merah pada menit ke-18 setelah menjatuhkan Samuel Eto'o.
Arsenal kalah 1-2 dan embel-embel dosa tetap melekat pada diri Lehmann.
"Saya merasa seperti orang paling kesepian di planet ini," katanya curhat.
Setitik kesalahan fatal yang dilakukan Lehmann itu bak membakar jasanya membantu Arsenal tak kebobolan dalam 10 partai beruntun menuju final!
Jauh sebelum ratapan kesalahan Karius, Kahn, dan Lehmann terjadi, Harald "Toni" Schumacher adalah dedengkot kiper Jerman yang kondang dengan kontroversi serta blunder di masa lalu.
Pada semifinal Piala Dunia 1982 versus Prancis, dia menerjang pemain lawan, Patrick Battiston hingga kolaps tak sadarkan diri, kehilangan tiga gigi, serta patah tulang rusuk dan punggung.
Empat tahun berikutnya, Schumacher melakukan blunder fatal pada final Piala Dunia 1986, di mana Jerman (Barat) ditekuk Argentina pimpinan Diego Maradona 2-3.
Dalam situasi tendangan bebas, Jorge Burruchaga mengirim bola ke kotak penalti Jerman.
Schumacher serampangan meninggalkan gawang buat memotong umpan itu, tetapi bola jauh dari jangkauannya dan disundul masuk Jose Luis Brown guna menghasilkan gol pertama Tim Tango.
Butuh contoh lain soal blunder kiper legendaris?
Kesalahan ganda Lev Yashin di Piala Dunia 1962 mungkin di luar akal sehat buat ukuran legenda besar sepertinya, tetapi demikianlah adanya.
Bukan sekali, Yashin bahkan melakukan dua blunder ketika Uni Soviet bermain imbang 4-4 dengan Kolombia di fase grup.
Eror pertama terjadi ketika Yashin membiarkan bola lemah dari sepak pojok Marcos Coll bergulir di antara dia dan rekannya hingga masuk ke gawang. Yashin tampak marah-marah.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Jerman di Fase Grup)
Hingga saat ini, itulah satu-satunya gol dari sepak pojok langsung yang lahir di Piala Dunia.
"Semua bahagia karena saya mencetak gol ke gawang kiper terbaik di dunia," kata sang pencetak gol, Marcos Coll, dikutip BolaSport.com dari FIFA TV.
Blunder kedua Si Macan Kumbang Hitam melahirkan gol terakhir Kolombia. Yashin keluar sarang dengan maksud menyapu bola sebelum mencapai pemain lawan, Marino Klinger.
Namun, kaki Yashin malah menyangkut dan bola diteruskan Klinger menuju gawang. Gol.
Video blunder salah satu kiper terbaik dalam sejarah sepak bola itu bisa disaksikan di tautan FIFA TV ini.
Ikhtisarnya, sehebat apa pun kiper, dia tetap manusia yang tak luput dari kesalahan.
Bedanya, blunder Karius kali ini terjadi pada zaman di mana media dan penggemar punya akses seluas-luasnya buat mengkritik dan menghakimi kesalahan.
Andai kegilaan Harald Schumacher terjadi pada era yang sama, saya yakin dia bakal dicemooh seperti Loris Karius hingga dicerca habis mirip Sergio Ramos, karena dosanya juga dobel kan?
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on