Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Piala Dunia 2018 akan segera datang, bulan penuh berkah bagi penikmat sepak bola ini punya potensi yang sangat besar menjadi alat yang efektif untuk mempersatukan bangsa kita.
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan berakhir. Tanggal 14 Juni 2018 kemungkinan besar akan menjadi hari di mana takbir mulai bergema di langit-langit malam hampir semua daerah di Indonesia untuk menyambut Idul Fitri.
Selain menjadi hari yang spesial bagi umat muslim, 14 Juni 2018 juga menjadi hari yang penuh berkah bagi para penikmat sepak bola.
Semarak bunyi takbir akan dibarengi dengan keriuhan pembukaan Piala Dunia 2018.
Pertandingan antara tuan rumah, Rusia kontra Arab Saudi, akan menjadi laga pembuka turnamen yang berlangsung empat tahun sekali ini.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Setelah sebulan lalu, kita semua sibuk mengucapkan "marhaban ya Ramadan", kini saatnya kita patut mengucapkan "marhaban ya Bal-balan" atau selamat datang sepak bola.
Marhaban berasal dari bahasa Arab yang berarti selamat datang.
Sedangkan bal-balan adalah bahasa sehari-hari dalam bahasa Jawa yang biasa digunakan untuk menyebut sepak bola.
Sebulan penuh tepatnya pada tangga 14 Juni hingga 15 Juli, penikmat sepak bola akan dimanjakan dengan tayangan Piala Dunia 2018.
Sama seperti umat muslim, penikmat sepak bola di Indonesia adalah kaum mayoritas di negeri tercinta ini.
Dikutip BolaSport.com dari Nielsen Sport, Indonesia berada di urutan kedua sebagai negara dengan penduduk yang memiliki ketertarikan terhadap sepak bola tertinggi di dunia yaitu, sebesar 77 persen.
Jumlah tersebut hanya kalah dari Nigeria yang merupakan negara paling gila sepak bola di dunia dengan 88 persen penduduknya menggemari olahraga ini.
Presentase penikmat sepak bola di Indonesia yang berjumlah 77 persen ini masih berpeluang bertambah saat Piala Dunia berlangsung dengan hadirnya penggemar dadakan.
Para wanita yang menanyakan: "Eh itu pemainnya yang ganteng siapa?", berpeluang masuk kedalam lingkaran penikmat sepak bola dalam sebulan penuh selama Piala Dunia.
Layaknya Ramadan, Piala Dunia biasanya juga disambut dengan tradisi khusus oleh para penikmat sepak bola di Indonesia.
Nonton bareng atau membeli jersey negara favorit menjadi tradisi yang kerap dilakukan para penikmat sepak bola Indonesia selama Piala Dunia.
Jangan heran bila keramaian saat berbuka puasa dan santap sahur pada dini hari selama Ramadan akan berganti dengan keriuhan nonton bareng Piala Dunia 2018.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Jerman di Fase Grup)
Tradisi nonton bareng atau lebih sering disingkat nobar itu berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir Indonesia.
Hampir seluruh kota besar di Indonesia pernah mengadakan acara nobar.
Dari kafe kecil, gedung pusat perbelanjaan, bahkan lapangan di kampung menjadi tempat utama tumbuhnya tradisi nobar para penikmat sepak bola di Indonesia
Nonton bareng ini seperti menjadi akulturasi budaya dari budaya lokal kita sebagai bangsa yang suka berkumpul atau dalam tradisi Jawa disebut guyub rukun dengan budaya populer yaitu sepak bola.
Fanatisme sepak bola, tradisi nonton bareng, dan Piala Dunia 2018, punya potensi besar untuk menjadi alat yang efektif untuk kembali mempererat persatuan bangsa kita yang sebelumnya tercabik oleh bentuk fanatisme lain yang berusaha memecah belah bangsa.
Seperti yang banyak diketahui sebelumnya, negara kita diguncang oleh tindakan teror yang dilakukan oleh para kelompok fanatik yang ingin mengubah ideologi bangsa kita.
Mulai dari kejadian di Mako Brimob hingga teror tiga bom yang meledak di Surabaya. Semua berusaha untuk menggoyahkan bangsa kita dengan rasa takut.
Masih jauh dari Pemilu 2019, bangsa ini kerap kali di adu domba dengan isu SARA.
Dengan adanya momentum Piala Dunia 2018, nonton bareng bisa menjadi simbol bahwa rakyat Indonesia bisa bersatu dan berkumpul tanpa memandang latar belakang, suku, ras, maupun agama dengan perasaan bahagia tanpa disertai rasa takut.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Argentina di Fase Grup, Ada Satu Penghalang Serius)
Duapuluh tahun lalu, bangsa kita sudah membuktikan bahwa Piala Dunia bisa menjadi obat yang mujarab untuk mengembalikan persatuan pascadidera konflik reformasi.
Piala Dunia 1998 menjadi sebuah oase bagi rakyat Indonesia yang saat itu sedang dilanda kekacauan akibat lengsernya Presiden Soeharto.
Dikutip BolaSport.com dari artikel "Soeharto, Persib dan Piala Dunia 2018" yang diterbitkan oleh Repulika, aktivis Mahasiswa 1998, Arya Wicaksana mengungkapkan bagaimana Piala Dunia 1998 bisa menjadi juru selamat Indonesia untuk menghentikan konflik saat itu.
Zidane: I was still tense after my first goal against Brazil in the 1998 World Cup Final, it shows, I didn’t even smile. In the second, I was free. It was a joy, I kept saying to myself, “Yes, you scored in a final and, in addition, you scored twice!” [L'equipe] pic.twitter.com/Nv5OiKqT4Q
— SB (@Realmadridplace) May 31, 2018
"Harus diakui, saat itu Piala Dunia 1998 sangat signifikan dalam meredakan eskalasi kerusuhan di masyarakat. Fokus menjadi teralih ke sepak bola," ujar Arya Wicaksana dikutip BolaSport.com dari Republika.
"Memang, lepas 10 Juni 1998, nyaris tak ada lagi kerusuhan besar yang pecah di ibu kota. Api konflik mendadak padam. Fokus sebagian rakyat Indonesia selama sebulan penuh teralihkan ke layar kaca."
Pada saat itu, orang-orang lebih memilih membicarakan kejutan Kroasia atau cedera misterius Ronaldo Nazario menjelang laga final Piala Dunia 1998 daripada membahas konflik yang baru saja dialami bangsa ini.
Hal yang sama tentu berharap juga terjadi pada Piala Dunia 2018.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Inggris di Fase Grup, Berat di Akhir)
Aksi Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Mohamed Salah di Rusia lebih asyik untuk dinikmati dan dibahas di media sosial daripada aksi teror, ujaran kebencian maupun caci-maki mengenai agama dan ras yang selama ini berusaha memecah belah kita.
Satu hal yang mungkin patut kita benci dan caci-maki selama Piala Dunia 2018 berlangsung adalah ketika ada politisi yang sok merasa paling mencintai sepak bola dan menggunakan Piala Dunia 2018 sebagai alat pengumbar janji kampanye mereka.
Akhir kata, mari kita nikmati Piala Dunia 2018 dengan penuh kebahagian dan suka cita, marhaban ya bal-balan, mari kita nonton bareng!