Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM – Pentas Sepak bola Piala Dunia selalu menyajikan banyak warna. Memesona, menghipnotis miliaran pasang mata sampai kepada fenomena yang membuat kita ternganga tak percaya.
Begitu juga pergelaran empat tahunan yang kini tengah berlangsung di Rusia. Mulai dari babak penyisihan grup hingga laga babak 16 besar, tersaji berbagai daya tarik yang kadang juga mengusik emosional kita.
Sebelum hajatan itu dimulai, sebenarnya sudah memunculkan nuansa baru yang kadang juga sulit dipercaya.
Seperti masuknya negara kecil Islandia. Negara dengan populasi 300 ribu jiwa dan hanya bisa menikmati cahaya matahari selama empat bulan dalam setahun.
Juga munculnya kekuatan baru yang selama ini dipandang sebelah mata. Sebut saja Tunisia dan Panama.
(Baca Juga: Jadwal Live Trans TV Fase Knockout Piala Dunia 2018, Perempat Final Sisakan 4 Tiket)
Serta kembalinya Senegal, negara dari daratan Afrika Barat yang pada pentas Piala Dunia di Korea Selatan-Jepang 2002 mampu merobek kekuatan besar dan lolos sampai babak perempat final.
Di sisi lain, dua raksasa sepak bola dunia, Belanda dan Italia, adalah bagian dari fenomena awal. Mereka kandas di babak kualifikasi.
Rusia, negara dengan julukan Beruang Merah, juga mencatatkan sejarah penting yang kadang tak bisa diterima akal sehat.
Namun, karena ini adalah pentas "hipnotis" para selebritis lapangan hijau, pastilah memberikan sajian-sajian yang mencengangkan.
Lima wakil Asia yang mentas di bekas negara Adi Kuasa itu, hanya menyisakan Jepang di babak 16 besar. Selebihnya pulang usai babak penyisihan grup.
Namun, selain Arab Saudi, empat Asia lainnya tampil bagus dan mampu bersaing dengan kekuatan Eropa dan Amerika Latin.
Tetapi, kepulangan wakil Asia tentu tak seburuk nasib juara dunia empat tahun lalu, Jerman.
Tim Panser yang menjadi salah satu favorit juara di Rusia, balik kandang bersama Korea Selatan yang menghajarnya di partai terakhir penyisihan grup.
Tim Negeri Gingseng itu mampu "mengajak" tim asuhan Joachim Low pulang bareng dengan kemenangan dramatis 2-0. Meski kemenangan tim asal Asia Timur itu tak membawa mereka lolos ke babak 16 besar.
(Baca Juga: Courtois: Jangan Pandang Sebelah Mata Jepang, Mereka Tim Berbahaya)
Namun, inilah sebuah catatan besar dalam ajang Piala Dunia Rusia.
Di babak 16 besar, nasib Tim Panser menjadi mimpi buruk bagi negara lain. Meski sejarah mencatat mereka punya kekuatan sepak bola yang maha dahsyat, Jerman juga harus menelan pil pahit.
Mimpi buruk itu diawali dengan tumbangnya finalis Piala Dunia Brasil empat tahun silam, Argentina.
Lionel Messi dan kawan-kawan harus angkat koper dari negara yang dulu bernama Uni Soviet. Mereka takluk dari Negeri Mode, Prancis, dengan skor menyakitkan 3-4.
Lalu, disusul Portugal. Tim penuh bintang itu juga tak berdaya menjinakan kekuatan klasik, Uruguay. Mereka kalah dengan angka yang tak kalah sakitnya, 1-2. Cukup?
Sehari kemudian, fenomena tumbangnya negara-negara raksasa sepak bola dunia terus berlanjut.
Mantan juara dunia 2010, Spanyol, juga pulang dengan kepala menunduk. Langkah mereka dihentikan tuan rumah Rusia lewat drama adu penalti.
Tim Dinamit Denmark juga mengubah prediksi banyak pengamat sepak bola dunia. Negara pecahan Yugoslavia, Kroasia, menghentikan langkah mantan juara Eropa 1988 itu, juga melalui drama titik putih.
(Baca Juga: Brasil Jadi Satu-satunya Harapan Para Pemuja Penguasaan Bola)
Lantas, akankah semua kejutan dan hasil di luar perkiraan banyak penggemar sepak bola dunia itu bakal terus berlanjut?
Tak ada yang tak mungkin. Apalagi melihat negara-negara yang lolos ke babak gugur itu harus menghadapi kekuatan yang mungkin selama ini tak terdeteksi dan di luar batas perkiraan.
Misalnya Inggris. Juara Piala Dunia 1966 itu bersua wakil Amerika Latin, Kolombia.
Benar, sejarah pertemuan kedua negara masih menjadi milik negara Britania itu. Namun, Falcao cs adalah senjata yang mampu melesat secepat kilat dan membabat kekuatan negara kerajaan tersebut.
Hampir semua pemain Kolumbia berkarier di luar negaranya, termasuk klub-klub besar di Liga Inggris, Italia, Prancis, dan Jerman.
Sementara Hary Kane dkk sebagian besar adalah mereka yang kenyang di kompetisi negara sendiri.
Memang, fakta ini bukan takaran untuk mengukur kekuatan keduanya. Namun, catatan-catatan tersebut bisa membuat buruk perjalanan negara sebesar Inggris.
Nasib sama juga bisa dialami Brasil. Negara yang takluk di babak semifinal Piala Dunia 2014 oleh Jerman (1-7) bertemu sesama tim satu daratan, Meksiko.
Negeri Sombrero itu memiliki materi yang tak kalah mentereng dibanding Neymar dan kawan-kawan. Sebut saja Cladio Suarez, bintang yang punya jam terbang dan pengalaman yang luar bias bersama timnas negara tersebut.
Predikat juara 7 kali Piala Emas Concacaf adalah salah satu alasan Tim Samba agar selalu mewaspadai lawannya. Apalagi melihat penampilan juara lima kali Piala Dunia itu pada babak fase grup.
Satu grup dengan Swiss, Serbia, dan Kosta Rika, Selecao memang mampu finis sebagai juara grup dengan tujuh poin.
Tetapi, penampilan Thiago Silva dan kawan-kawan tak begitu fenomenal, seperti apa yang dikenal selama ini.
Mereka nyaris kehilangan "tari samba" sehingga hanya mampu bermain imbang 1-1 saat mengawali laga pembuka.
Dua kuda hitam dari Skandanavia, Belgia dan Swedia, diyakini akan melangkah ke babak perempat final.
Belgia bertemu wakil Asia, Jepang. Lalu, Swedia bertemu tim satu daratan, Swiss.
Nah, akankah masih tersisa kejuatan baru dari kedua laga ini?
Yang menarik tentu pertemuan wakil Eropa dan Asia.
Japang lolos ke fase gugur setelah bersaing amat ketat dengan wakil Afrika, Senegal , serta Kolombia dan Polandia.
Dengan koleksi 4 poin, Negeri Samurai bertengger posisi kedua setelah Kolombia karena hanya unggul head to head dengan Senegal dengan agregat gol 4-4.
Prestasi tertinggi juara Asia empat kali itu di pentas Piala Dunia adalah babak 16 besar pada pergelaran 2002 dan 2010.
Sementara Belgia kini menjadi salah satu negara yang difavoritkan bakal melaju ke empat besar.
Namun, semua adalah prediksi yang akan diuji dalam partai-partai besar babak 16 besar Piala Dunia Rusia.
Yang pasti, kejutan demi kejutan akan terus tersaji sampai pesta ini berakhir pada 15 Juli.
Akankah FIFA akan mencatat sejarah baru ketika Piala Dunia di Rusia memunculkan juara baru yang tak terduga? Allahu'alam.