Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Fenomena Direktur Sepak Bola dan Peran Edwin van der Sar di Manchester United

By Theresia Simanjuntak - Kamis, 16 Agustus 2018 | 20:49 WIB
Edwin van der Sar sebagai Direktur Teknik Ajax Amsterdam saat memeringati meninggalnya legenda Ajax, Piet Keizer, menjelang laga melawan Sparta di Amsterdam, 12 Februari 2017. (ROBIN VAN LONKHUIJSEN/AFP)

Musim panas 2018, jabatan Direktur Sepak Bola alias Director of Football (DOF) sebuah klub ramai diperbincangkan.

Tiga figur yang ramai dibicarakan kebetulan sama-sama bertugas di Italia: Fabio Paratici (Juventus), Ramon Rodriguez Verdejo alias Monchi (AS Roma), dan Leonardo Araujo (AC Milan).

Ketiga sosok tersebut menjadi bintang utama di balik keseruan lantai transfer musim panas 2018 di Liga Italia.

Ya, salah satu tugas dari DOF ialah negosiasi jual-beli pemain.

Paratici (46), yang memegang jabatan tersebut di Juventus sejak 2010, berperan besar dalam kedatangan nama-nama besar di Juve seperti Andrea Pirlo, Gonzalo Higuain, hingga yang terkini Cristiano Ronaldo.

(Baca Juga: Cristiano Ronaldo, Carlo Ancelotti dan Parma, Pertanda Kebangkitan Gairah Liga Italia?)

Berkat kejelian pria berusia 46 tahun itu pula Juventus dapat menjual pemain dengan harga tinggi, seperti saat melepas Arturo Vidal, Paul Pogba, dan Leonardo Bonucci.

Monchi (49) tak kalah jenius. Reputasinya telah mendunia sejak ia masih bertugas di Sevilla.

Kini, di Roma, Monchi mendatangkan sejumlah pemain top dan calon bintang masa depan seperti Justin Kluivert, Javier Pastore, dan Steven N'Zonzi.

Leonardo (48) juga bikin sensasi. Hanya dalam hitungan hari setelah ditunjuk sebagai DOF, ia memboyong Higuain dan Tiemoue Bakayoko.

Paratici, Monchi, dan Leonardo melecut opini di publik bahwa klub sepak bola zaman sekarang membutuhkan DOF, satu hal yang belum terjadi di Liga Inggris.

Untuk diketahui, manajer sepak bola klub Inggris tak cuma bertugas meracik strategi untuk diimplementasikan di lapangan, juga mendeteksi pemain bidikan termasuk talenta.

Tak jarang, seorang manajer turut terlibat dalam negosiasi atau malah membujuk pemain jika memang dibutuhkan.

(Baca Juga: Mengenal Istilah 'Pemain Didikan Lokal' di Premier League)

Contoh, Sir Alex Ferguson yang turun tangan menghubungi Robin van Persie secara langsung agar mau meninggalkan Arsenal dan bergabung ke Manchester United pada 2012.

Dalam transfer pemain, sosok yang bertugas dalam negosiasi biasanya ialah chairman di klub itu.

Misalnya, di United adalah Ed Woodward sang Executive Vice-Chairman.

Bila klub Inggris memiliki DOF, para manajer tak perlu lagi terlibat langsung dalam transfer pemain. Dengan demikian, mereka dapat sepenuhnya fokus mengangkat prestasi tim di lapangan.

Hal ini yang baru saja disinggung oleh Manajer United, Jose Mourinho.

"Saya pikir sepak bola telah berubah. Para manajer kini seharusnya dipanggil dengan sebutan pelatih kepala," ucap pelatih asal Portugal itu seperti dilansir Manchester Evening News.

Manchester United sepertinya menyadari pentingnya DOF.

Sejak Sir Alex pensiun pada 2013, mereka bak tak punya kehebatan dalam bernegosiasi.

Dalam 5 tahun terakhir, klub itu bisa merekrut satu pemain dengan harga selangit, suatu hal yang langka terjadi di era United.

Menurut Sky Sports, dalam waktu dekat, mereka akan menunjuk Direktur Sepak Bola pertama sepanjang sejarah klub yang bakal membuat Woodward hanya fokus pada bisnis dan marketing dan tak lagi berkutat pada transfer pemain.

Yang menarik, figur yang dimaksud kemungkinan besar adalah salah satu legenda Iblis Merah, Edwin van der Sar (47).

(Baca Juga: Selebrasi Unik Dele Alli Sangat Mudah Dilakukan oleh Para Pemain Manchester United)

Mantan kiper asal Belanda yang memperkuat United pada 2005-2011 itu saat ini menjabat sebagai Chief Executive Officer di Ajax Amsterdam.

Artinya, bila menerima tawaran pekerjaan di United, Van Der Sar bakal turun pangkat.

Mantan kiper Juventus dan Fulham itu memiliki setidaknya 3 hal yang membuatnya layak sebagai DOF pertama di United.

Pertama, Van der Sar telah memahami seluk-beluk manajemen klub, hal yang ia pelajari sebagai CEO Ajax.

Di klub Belanda itu, ia bertanggung jawab pada semua operasi di klub, termasuk bisnis, pemasaran, hingga transfer pemain.

Kedua, status sebagai legenda klub membuat Van der Sar punya ikatan emosional dengan klub.

Dia mengenal Manchester United sehingga punya visi terbaik agar klub bisa kembali ke era kejayaan.

Memiliki legenda sebagai salah satu petinggi di klub yang pernah dibela sudah dijalani beberapa klub Eropa.

Contoh paling sukses ialah Juventus yang menggunakan jasa bekas gelandang mereka, Pavel Nedved, sebagai Wakil Presiden.

Ketiga, sebagai mantan pesepak bola, Van Der Sar akan lebih memahami pemain seperti apa yang dibutuhkan oleh United, insting yang mungkin tidak Woodward miliki karena ia murni seorang pebisnis.

Untuk dicatat, Paratici, Monchi, dan Leonardo juga pernah berkarier sebagai pesepak bola.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P