Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
hari.
Hingga hari ini saya masih mendengungkan Ampar-Ampar Pisang dan berbagai lagu tradisional lain yang dinyanyikan di Opening Ceremony Asian Games 2018 pada Sabtu (18/8/2018).
Efek lanjutan acara pembukaan itu masih sangat terasa bagi saya.
Telah beberapa kali saya pulang dari Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan perasaan besar hati setelah melihat timnas Indonesia bertanding.
Akan tetapi, tak ada yang mendekati kebanggaan saya pada acara pembukaan Asian Games ke-18 tersebut.
Pun, saya yakin saya bukan satu-satunya yang merasakan hal serupa.
Hanya perlu berkelana sedikit ke media sosial untuk menemukan banyak akun yang masih belum move on dari Opening Ceremony tersebut.
Video Presiden Joko Widodo naik moge menuju stadion, tarian massal Ratoh Jaroe, lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan dengan sangat mengharukan oleh Tulus, dan penampilan Via Vallen yang membuat seluruh GBK (termasuk Presiden Jokowi) bergoyang, muncul bergantian di timeline saya.
Tema besar Opening Ceremony dan juga Asian Games secara keseluruhan, Unity in Diversity, dipertontonkan secara luar biasa sepanjang upacara meriah yang berlangsung selama lebih dari dua jam tersebut.
Kita diingatkan kembali apa yang membentuk Tanah Air: Rangkaian 17 ribu pulau dan 300 etnis bangsa yang dirajut oleh semangat kebersamaan dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika.
“Indonesia ingin memberikan contoh, bagaimana negeri dengan umat Islam terbesar di dunia, kehidupan sosial rakyatnya hidup damai dalam harmonis,” ujar Ketua Panitia Pelaksana Erick Thohir, dalam sambutannya di depan para hadirin.
"Kehidupan damai ini tercipta karena bangsa Indonesia diikat oleh satu nilai kebangsaan yang sama, kami menyebutnya Bhinneka eka Tunggal Ika," tuturnya lagi.
Keberagaman ini yang sudah seharusnya membuat kita patut bangga menjadi Bangsa Indonesia, bukan karena kita semua sama tetapi karena kita kuat dalam perbedaan.
Sportivitas Tinggi Presiden Joko Widodo
Presiden Jokowi patut mendapatkan apresiasi karena mau saja menjadi bagian skenario "gila" di Opening Ceremony.
Sportivitas tinggi yang ditunjukkan oleh Jokowi mendapat apresiasi setinggi langit dari media-media negara tetangga, mulai dari Xinhua di China, India Times, hingga media-media Korea Selatan.
Seingat saya, beliau merupakan petinggi negara kedua yang mau “seru-seruan” di laga pembuka event olahraga seperti ini setelah Ratu Elizabeth II setuju untuk meramaikan pembukaan Olimpiade 2012 dengan “lompat” bersama James Bond dari helikopter di atas Olympic Stadium, London.
Jika membandingkan, eksekusi transisi video ke kemunculan sang sosok masih jauh lebih bagus di acara asuhan Wishnutama ini ketimbang pembukaan Olimpiade 2012 besutan Danny Boyle itu.
(Baca Juga: Wow, Opening Ceremony Asian Games 2018 Jadi Trending Topic Dunia!)
Satu hal lagi, upacara pembukaan kemarin juga jauh lebih berwarna dan megah ketimbang upacara di awal Piala Dunia 2018 kemarin yang saya juga hadiri secara langsung.
Rusia boleh menggelar turnamen sepak bola termahal di dunia, tetapi opening ceremony mereka sangat tidak berkesan bagi saya.
Tidak ada momen "wow" pada sore hari di Stadion Luzhniki tersebut.
Pun, upacara pembuka itu akhirnya lebih banyak diingat oleh insiden jari tengah yang Robbie Williams, sang artis pengisi acara utama, acungkan ke kamera televisi.
Kebanggaan tiada batas.
Mungkin itu kata cocok yang bisa menggambarkan perasaan saya sepulang dari Stadion Gelora Bung Karno pada hari Sabtu sore tersebut.
Kebanggaan bahwa kita semua menjadi bagian dari event olahraga terbesar di Tanah Air dalam lebih dari setengah abad.
Highlight opening ceremony ini buat saya pribadi:
- Panggung
— Firzie A. Idris (@firzieidris) August 18, 2018
- Tarian Saman massal
- Tema Unity in Diversity
- Tarian api dan kecak dance
- Prosesi penyalaan cauldron
- Apresiasi terhadap atlet2 senior kita
- Video intro Jokowi
- Anggun C Sasmi
- Joey Alexander pic.twitter.com/xhFiH0Khps
Pembukaan Opening Ceremony tersebut menunjukkan betapa kuatnya kita dalam melakukan soft power diplomacy.
Korea Selatan dan Korea Utara berjalan sebagai satu dalam defile atlet, momen bersejarah bagi kedua negara yang secara teknis masih dalam kondisi perang tersebut.
"Perasaan luar biasa melihat mereka akan bekerja dan bermain bersama, bahkan berjalan bersama dalam satu seragam dan bendera," ujar Hwang Miri, salah satu penonton asal Korea seperti dikutip BolaSport.com dari news.com.au.
Tak hanya kedua Korea, kontingen Palestina, Suriah, China, dan Taiwan juga mengikuti defile dan mendapat sambutan sangat meriah dari para hadirin.
Kehadiran mereka sekaligus menunjukkan bagaimana olahraga dapat menjadi alat untuk memperkuat hubungan diplomatis antara kedua negara.
(Baca Juga: Cerita Korban Tsunami Aceh yang Akhirnya Tampil di Asian Games 2018 sebagai Atlet Balap Sepeda)
Apa yang terjadi di Jakarta merupakan kebalikan dari sisi lain olahraga yang dapat menjadi jurang pemisah seperti kala Indonesia dan 65 negara lain di bawah tekanan Amerika Serikat memboikot Olimpiade Moskow 1980.
Semoga bukan hanya pembukaan saja yang berkesan dari Asian Games 2018, tetapi juga keseluruhan penyelenggaraan.
Saya berharap Asian Games 2018 menjadi langkah awal bagus bagi kesiapan kita untuk menuju mimpi besar PSSI, yakni menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama negara-negara ASEAN lain.
Harapan lain adalah agar momen ini kembali mengingatkan kita untuk cinta bangsa.
Persatuan bangsa Indonesia tengah menghadapi tanjakan berat akhir-akhir. Ke depannya, juga masih ada tantangan tak kalah susah dalam tenun kebangsaan kita menjelang Pemilu Presiden 2019.
Kebersamaan dan kesatuan kembali akan melewati ujian besar.
Namun, mulai sekarang dan selamanya, setiap kali salah satu dari kita lupa apa artinya menjadi orang Indonesia, kita bisa membuka laman Youtube dan memasukkan kata kunci "Opening Ceremony Asian Games 2018".