Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur diketahui rutin menulis tentang sepak bola pada ajang Piala Dunia 1994 di harian Kompas. Salah satu tulisannya yang terkenal berjudul "Antara Kebanggan dan Kekecewaan" merupakan proses analisis tim underdog dalam Piala Dunia 1994.
Dilansir BolaSport dari Kompas, tulisan Gus Dur berjudul "Piala Dunia, Eskapisme Berskala Raksasa" di Harian Kompas tanggal 11 Juli 1990 membahas mengenai Piala Dunia 1990 yang berkualitas lebih rendah bila dibandingkan dengan dua ajang Piala Dunia sebelumnya.
"Keterampilan individual tinggi ternyata tidak diimbangi dengan seni olah bola dan strategi brilian. Penurunan kualitas di dua bidang itu juga diperburuk oleh penampilan emosional banyak pemain," tulis Gus Dur.
Mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia ini juga diketahui pernah mengirimkan tulisannya untuk Tabloid Bola pada tahun 1994.
"Piala Eropa lebih sangar, lebih berat dari Piala Dunia. Kualitas tim peserta putaran-final di Piala Eropa lebih teruji, lebih merata, dan persaingan yang muncul begitu ketat, tajam," tulis Gus Dur di Tabloid Bola, April 1994.
Diketahui dari laman Gusdurian, pada tahun 1994 memang Gus Dur banyak menulis tentang analisis sepak bola dalam ajang Piala Dunia di Amerika Serikat itu.
Salah satu tulisan mantan pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng adalah pembahasannya mengenai kuda hitam di Piala Dunia 1994 yang telah tampil membanggakan, mekipun akhirnya tetap kalah.
VIDEO - Evan Dimas Dapat Mobil usai SEA Games 2017 https://t.co/aApn8CU08N lewat @tribunSUPERBALL
— BolaSport.com (@BolaSportcom) September 7, 2017
Swedia dan Mesir bukanlah tim unggulan dalam ajang empat tahunan itu.
Melansir dari laman Gusdurian, tulisan berjudul "Antara Kebanggan dan Kekecewaan" bercerita bagaimana timnas Swedia yang pulang karena hasil kekalahannya dalam semi final Piala Dunia.
Gus Dur menulis, "Ketika Belgia dikalahkan dalam pertandingan semifinal putaran akhir piala dunia beberapa tahun yang lalu rakyat Belgia justru menyambut kepulangan mereka dengan penuh antusiasme. Mereka bersyukur atas kemampuan tim kesayangan mereka untuk sampai ke putaran tersebut, dan tidak melihat lebih jauh dari itu".
"Kekalahan pada level yang tidak terduga sebelumnya dapat diraih, adalah sebuah kehormatan" tulis Gus Dur.
Bagaimana pun timnas Swedia tetap pulang membawa kebanggan pada publik Swedia ketika itu. Pasalnya dalam laga itu, Swedia telah menampilkan raihan usaha yang luar biasa.
Mantan presiden Mesir Husni Mubarak, pernah mengadakan hari libur Nasional untuk merayakan keberhasilan timnas Mesir menahan imbang skuat Belanda yang tampil dengan formasi penuh.
Menahan timnas Belanda bukan perkara mudah saat itu. Timnas Mesir dianggap melakukannya dengan sangat baik.
Tulisan Gus Dur mengingatkan kita bahwa kemenangan bukanlah hal utama dalam sepak bola. Ssebut saja performa timnas Indonesia U-22 pada ajang SEA Games yang takluk dari tuan rumah Malaysia dengan skor tipis 0-1.
Publik Indonesia tetap berbangga atas raihan medali perunggu pada cabang sepak bola putra SEA Games 2017.
Menurut Gus Dur, Piala Dunia 1994 memberikan suasana pragmatis yang mementingkan kemenangan. Di sisi lain, tim- tim underdog seperti Rumania, Swedia, dan Mesir justru menunjukkan kualitas perjuangannya, meskipun akhirnya tetap kalah.
Timnas Indonesia U-19 akan berlaga dalam ajang pertandingan Piala AFF U-19 melawan Fillipina pada penyisihan Grup B.
Indonesia Vs Fillipina akan diselenggarakan di stadion Thuwunna, Yangon pada Kamis (7/9/2017).
Bila mengingat tulisan- tulisan Gus Dur, kebanggaan merupakan modal yang sangat penting bagi timnas Indonesia U-19 dalam melakoni laga- laga selanjutnya.