Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ungkapan banyak teman banyak rezeki rasanya pas buat menggambarkan keuntungan yang didapat panitia pelaksana (panpel) laga di kompetisi Tanah Air.
Penulis: Ovan S./Gonang S./Suci R.
Alangkah indahnya jika suporter damai tanpa bentrok. Persahabatan antarsuporter tentu berdampak positif buat pemasukan klub. Pihak panpel pastinya menyediakan tempat buat suporter tim tamu.
Fenomena tersebut terjadi di Liga 1. Salah satunya ialah di partai kandang Arema FC. Hubungan baik Arema dengan Persija dan Persela membuat jumlah penonton di Stadion Kanjuruhan meningkat.
LA Mania (suporter Persela) yang hadir di Stadion Kanjuruhan dalam pertandingan Sabtu (16/9/2017) berkisar 1.000 suporter. Mereka mendapat tempat khusus di sektor 14.
Angka paling fantastis ialah saat Arema menjamu Persija, Minggu (24/9/2017). Sekitar 5.000 Jakmania (suporter Persija) hadir di Stadion Kanjuruhan.
Sebanyak 3.000 lembar tiket ekonomi dijual seharga Rp 40.000 karena merupakan laga besar. Jika dikalkulasi, panpel Arema sudah mengantongi pendapatan sebesar Rp 120 juta.
“Memang untuk pemasukan tiket dari suporter tim tamu sejauh ini cukup signifikan meski jumlahnya tetap tidak bisa melebihi suporter tim tuan rumah."
(Baca Juga: Tak Disangka, Putri Rian D'Masiv Punya Keterikatan Erat dengan Raksasa Liga Inggris)
"Namun, paling penting hal tersebut menunjukkan bahwa Malang dan Aremania ini terbuka dan bersahabat kepada suporter tim tamu. Ini yang harus kita apresiasi,” ujar Abdul Haris, Ketua Panpel Arema.
Lantas bagaimana jika Aremania bertandang ke markas klub lawan? Keuntungan yang jauh lebih besar sepertinya juga akan didapatkan oleh panpel tim tuan rumah.
Misalnya dalam waktu dekat Aremania bertandang ke Bali United, Minggu (8/10/2017).
Panpel Bali United berancang-ancang menyambut Aremania dengan menaikkan harga tiket menjadi 75 ribu rupiah dengan kuota 2.000 suporter.
(Baca Juga: Promosikan Bulu Tangkis Denmark di China, Viktor Axelsen Dapat Sambutan di Luar Dugaan)
Tidak hanya di Bali, arena lain yang berpotensi dihadiri oleh Aremania juga demikian. Apalagi di daerah yang banyak perantau asal Malang, seperti di Borneo FC, Mitra Kukar, hingga Barito Putera.
Bahkan panpel terkadang sengaja menempatkan Aremania di tribun VIP, yang punya harga berbeda jauh dengan tiket kelas ekonomi.
Memanfaatkan Kondisi Kondisi yang dialami Aremania itu memang menjadi momok buat kelompok suporter besar.
Loyalitas suporter yang rela mendukung tim kesayangannya di mana saja bisa dimanfaatkan panpel tuan rumah.
(Baca Juga: Karisma Tukang Sihir Arema FC Ternyata Tercium oleh Bocah Papua, Ini Buktinya!)
Fenomena demikian terjadi juga di Liga 2. Pencinta sepak bola tak perlu meragukan loyalitas dan massa besar dari suporter PSS Sleman.
“Hal itu terjadi jika PSS datang. Stadion tuan rumah sudah pasti penuh. Bahkan panpel kerap menaikkan harga tiket bila PSS bertanding,” kata Rumadi, Direktur Operasional PT Putra Sleman Sembada.
Lucunya, menaikkan harga tiket tak ada gunanya buat laga kandang PSS. Menurut Rumadi, tidak banyak pendukung tim lawan yang datang ke Stadion Maguwoharjo.
“Mereka tenggelam oleh suporter PSS yang memenuhi stadion. Tidak peduli pertandingan PSS disiarkan secara langsung. Suporter tetap datang ke stadion. Jadi, tanpa ada suporter tamu. Stadion tetap penuh dan pemasukan dari tiket pun cukup besar,” kata Rumadi.
PSS sudah menjadikan tiket pertandingan sebagai salah satu sumber pemasukan tim. Apalagi penonton memiliki kesadaran membeli tiket pertandingan PSS.
Sementara itu, situasi lain terjadi di Liga 2 soal sumber pemasukan klub dari tiket. Mojokerto Putra mematok harga tiket sesuai kondisi terbaru.
(Baca Juga: Kalahkan Bayern Muenchen, Bocah Ajaib Milik PSG Turut Angkat Bicara)
“Kalau di Mojokerto harga tiket dipatok cuma Rp 30 ribu. Kami tidak mau menaikkan harga tiket buat tim tamu. Namun, kemarin saat melawan Persik Kediri kondisinya di luar perkiraan." tutur Pitung Hariono, panpel Mojokerto Putra.
"Saat pertemuan teknis, suporter Persik melaporkan cuma datang 400 orang. Kenyataannya lain. Mereka datang lebih dari 400 orang. Alhasil, kami sulit menjamin keamanan suporter. Kami kudu membengkakkan pengeluaran untuk pengamanan,” kata Pitung.