Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Masih lekang diingatan tentang tragedi Heysel pada tahun 1985 yang menyebabkan klub Liga Inggris terkena hukuman dan larangan bermain selama 5 tahun.
Di Euro 2016, fans Rusia, Inggris, dan Kroasia terlibat dalam kekerasan hingga memaksa pihak kepolisian mengatasi kerusuhan tersebut.
Hal ini bisa di prediksi bahwa yang terjadi dulu dan sekarang dilakukan oleh kelompok kriminal yang terorganisir.
UEFA dan FIFA sadar bahkan mengatan pada Marca, klub yang sedang mendapat perhatian adalah Spartak Moscow, KS Cracovia, Legia, Feyenord, Ferenvaros, Marseille, Nice, dan Lille.
Hanya West Ham United yang mendapat perhatian lebih sebagai wakil dari Premier League, selebihnya dapat dikuasai dengan aman.
Mengapa kemudian UEFA tidak mengambil tindakan, mereka mengeluh bahwa posisi dan klub lokal tidak bekerja cukup keras dalam masalah ini.
Sebagai contoh, terbunuhnya perwira polisi saat terjadi bentrok antara Ultras Athletic dan Spartak Moscow di luar San Mames, juga seorang fans ditikam sebelum pertandingan Atletico Madrid dan Sevilla, setelah beberapa minggu belum juga dapat diselesaikan.
(Baca Juga: Gadis 3 Tahun Jadi Korban Ant McPartlin)
Spanyol belum bebas dari kekerasan antar suporter, namun sebuah laporan menunjukkan bahwa jumlah fans fanatik yang yang pergi ke pertandingan turun 53% dan jumlah fans yang ditahan telah meningkat menjadi 130 dari 66 fans yang diusir dari stadion.
Pihak berwenang telah mengidentifikasi enam kelompok pendukung utama: Frente Atletico (Atletico Madrid), Riazor Blues (Deportivo), Biris Norte (Sevilla), Malaka dan Frente Bokeron (Malaga) dan Iraultza (Alaves).
Yang juga diidentifikasi adalah bahwa kelompok-kelompok ini tidak hanya bersatu melalui sepak bola namun juga memiliki ideologi politik sayap kanan yang serupa.