Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Muryati menceritakan, Banu tinggal bersama kakaknya di Tangerang. Sementara dirinya tinggal di Tegal untuk berdagang. Sejak kecil, korban yang dikenal pendiam oleh keluarganya itu sangat hobi sepakbola.
"Anak saya itu pendiam, waktu hari Rabu (11/10/2017) pas hari kejadian minta izin ke kakaknya mau main, tapi sampai malam ga pulang," kata Muryati.
Muryati sendiri mendapat kabar anaknya menjadi korban keributan antar suporter dari kakaknya yang menelpon.
Ia diminta ke Bogor untuk menjenguk anaknya yang mengalami kecelakaan.
"Saya tidak berani melihat jenazahnya, langsung lemas. Saya cuma melihat kaki dan alis matanya yang lebam," tuturnya.
Muryati mengaku belum tahu pasti kenapa anaknya bisa tewas seusai menyaksikan pertandingan Persita Tangerang melawan PSMS Medan di Stadion mini Persikabo Bogor.
Dirinya hanya ingin pelaku cepat ditangkap sehingga bisa diproses hukum.
"Penginnya cepet ketangkap terus dihukum berat. Anak saya sehat kok tiba-tiba meninggal," pungkasnya.
Lalu bagaimana kelanjutan kasus danu saat ini?
A post shared by Seputar Tangsel (@seputartangsel) on
Meski belum ada oknum yang ditangkap pihak kepolisian, baik PSMS Medan maupun Persita Tangerang telah menerima hukuman dari komdis PSSI atas kasus ini.