Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Isu soal siapa pengisi kursi kepelatihan Arsenal setelah Arsene Wenger terus berembus kuat. Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, masuk daftar kandidat.
Meski diberitakan menolak peluang melatih Arsenal, Massimiliano Allegri tetap ramai mencuat sebagai salah satu opsi pengganti Arsene Wenger.
Selain dia, ada pula sederet kandidat kuat seperti Patrick Vieira, Mikel Arteta, hingga Unai Emery dan Luis Enrique.
Kalau ditelaah, Allegri cocok guna meneruskan tugas Wenger memandu Arsenal.
Berikut empat alasan yang mendasari asumsi tersebut sekaligus menjadi modal Allegri mencicipi persaingan di Liga Inggris.
1. Mentalitas juara
Pelatih bermental juara adalah sosok yang dibutuhkan Arsenal demi mengakhiri paceklik gelar Liga Inggris sejak 2004.
Jangan ragukan lagi kecakapan Allegri dalam hal ini.
(Baca Juga: Sederet Rekor Buruk Arsenal Usai Ditekuk Leicester City)
Peramu taktik berusia setengah abad itu tak pernah absen menyumbangkan gelar bagi Juventus tiap musim sejak bergabung pada 2014.
Total, dia mempersembahkan 9 trofi buat Juve.
Jangan lupakan pula bahwa dialah pelatih pemberi gelar juara Liga Italia terakhir untuk AC Milan (2010-2011).
Kalaupun ada yang kurang, prestasi yang belum tercapai Allegri ialah juara di kompetisi Eropa.
[PILIHAN] Mo Salah Bisa Selamatkan Son Heung-min dari Ancaman Penjara Tanpa Perlu ke Indonesia https://t.co/yP8WMTBuAG
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 26 April 2018
2. Adaptasi kilat
Siapa pun penerus Arsene Wenger di Arsenal, dia bakal mengemban tugas berat melestarikan hal-hal positif yang diwariskan dalam tim.
Petualangan baru dengan materi tim serbabaru di kancah sekeras Premier League juga bakal menghadirkan tantangan berat.
Rekam jejak Massimiliano Allegri menunjukkan dia tidak alergi terhadap perubahan.
Eks gelandang Napoli dan Pescara itu meneruskan proyek sukses Antonio Conte di Juventus dengan segenap kendala tak ringan.
Pada 2015, dia harus mengatasi kepergian pemain penting seperti Andrea Pirlo, Arturo Vidal, dan Carlos Tevez.
Tahun berikutnya giliran Paul Pogba dan Alvaro Morata meninggalkan kapal Juventus.
(Baca Juga: Mauro Icardi, Pemain Tertajam Inter Milan dalam Semusim sejak 1959!)
Musim lalu, Allegri juga mesti memutar otak menambal lubang sepeninggal Leonardo Bonucci dan Dani Alves.
Semua kejadian itu bukannya melemahkan Juve, tetapi malah membuat mereka semakin kompak dengan racikan tepat guna Allegri.
Dia beradaptasi dengan pemain-pemain baru tanpa menghilangkan komponen inti dalam tim, yaitu soliditas yang telah dibangun dari musim ke musim.
3. Kecerdasan taktik
Arsene Wenger berkali-kali dikritik publik lantaran terlalu memaksakan strategi yang tidak relevan lagi dengan tren masa kini.
Kalau Massimiliano Allegri jadi direkrut, Arsenal sepertinya tak akan pusing menghadapi masalah tersebut.
Max, panggilan akrabnya, dikenal memiliki level kecerdasan di atas rata-rata pelatih di Italia.
Dia tidak saklek dalam pemilihan satu jenis formasi, sebaliknya sangat eksperimental dan revolusioner disertai perhitungan yang tepat.
[TERPOPULER] Final Belum Digelar, Situs UEFA Sudah Umumkan Juara Liga Champions 2017-2018 https://t.co/xXDQl1QiTF
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 8 Mei 2018
Musim ini, Allegri menggunakan variasi formasi melimpah, dari 4-2-3-1, 4-3-3, 3-4-2-1, 4-4-1-1, 3-5-2, hingga 4-4-2.
Dia berani membongkar pakem 3-5-2 yang jadi identitas kesuksesan Juve era Antonio Conte dengan menerapkan pola yang lebih sukar ditebak musuh.
Tentu segala perubahan itu dibarengi materi tim yang dalam dan mendukung setiap strategi Allegri.
4. Ahli manajemen pemain
Pelatih yang hebat adalah mereka yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain.
Massimiliano Allegri termasuk dalam kategori tersebut.
Di bawah racikannya, Paulo Dybala semakin bersinar. Paul Pogba meroket sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.
(Baca Juga: Resmi, Asia Tenggara Punya Wakil di Premier League Musim Depan)
Penemuan besar Allegri yang termutakhir dan tak disangka-sangka adalah menggeser Mario Mandzukic dari posisi alaminya sebagai penyerang tengah menjadi penyerang sayap.
Hasilnya pun tokcer. Mandzukic yang pada awalnya bersaing ketat dengan Gonzalo Higuain di pos target man justru piawai menjadi inisiator serangan dari sayap penyerangan.
(Baca Juga: Ternyata Jose Mourinho Lebih Buruk daripada David Moyes)
Allegri juga dipuji berhasil memadukan para pemain anyar dengan fondasi tim yang sudah bertahun-tahun menopang tim Juventus.
Kelebihan lain, dia tidak alergi terhadap pemain muda. Moise Kean, Rolando Mandragora, hingga Rodrigo Betancur mendapatkan peluang berharga mentas berbaju Juventus.
Hal ini selaras dengan visi Arsenal untuk tetap berjaya sembari mempertahankan tradisi Wenger membangun skuat yang ramah bagi pemain muda.