Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mengapa Harga Kiper Tak Semahal Pemain Lain? Ini Penjelasannya

By Taufan Bara Mukti - Sabtu, 10 Februari 2018 | 12:23 WIB
Aksi kiper Juventus, Gianluigi Buffon (kanan), saat menggagalkan penalti pemain Atalanta, Alejandro (MARCO BERTORELLO / AFP)

Sepak bola kini telah menjadi industri yang melibatkan investasi jor-joran dari pemilik klub. Akibatnya, harga para pesepak bola meroket dan semakin tak masuk akal.

Bursa transfer musim panas lalu, Neymar memecahkan rekor pemain termahal dunia ketika ditransfer Paris Saint-Germain (PSG) dari Barcelona dengan nominal 222 juta euro.

Enam bulan kemudian, atau tepatnya pada bursa musim dingin, Philippe Coutinho menjadi transfer termahal kedua dengan 160 juta euro.

Sepasang sahabat yang berasal dari Brasil itu dinobatkan menjadi pemain termahal pertama dan kedua sepanjang sejarah sepak bola.

Namun, tak ada satupun dari jajaran pemain-pemain mahal yang merupakan seorang penjaga gawang.


Kiper Juventus, Gianluigi Buffon, merayakan kemenangan atas Sassuolo dalam laga Liga Italia di Stadion Allianz, Turin, pada 4 Februari 2018.(MARCO BERTORELLO/AFP)

Rekor kiper termahal dunia saat ini masih dipegang oleh kiper Juventus, Gianluigi Buffon.

Buffon dibeli Juventus dari Parma dengan harga "hanya" 52 juta euro.

Terbilang sedikit jika dibandingkan nominal transfer Neymar dan Coutinho yang mencapai tiga digit.

Lalu, apa alasan yang membuat kiper-kiper di lima liga top Eropa memiliki harga yang lebih murah ketimbang pemain lain? Berikut penjelasan yang dikutip BolaSport.com dari The Economist.

Kiper tak memiliki harga yang mahal karena kurangnya penghargaan yang diterima.

(Baca Juga: Sindir Wayne Rooney, Jose Mourinho Bingung dengan Konsep Box-to-Box yang Kekinian)

Buktinya, data-data yang mencatat performa seorang penjaga gawang sepanjang pertandingan masih sangat kurang.

Bagi pemain lain ada catatan gol, assist, umpan, dan tekel, namun tidak untuk penjaga gawang.

Tak ada yang tahu persis berapa kali Lev Yashin, kiper legendaris Uni Soviet, menggagalkan peluang gol lawan.

Bagi penjaga gawang, yang bisa diamati adalah kemampuan menjaga gawang agar tak kebobolan lebih dari rata-rata.


Kiper Manchester United, David De Gea, menepis tembakan pemain Arsenal, Sead Kolasinac, dalam laga Liga Inggris di Stadion Emirates, London, pada 2 Desember 2017.(IAN KINGTON/AFP)

Untuk urusan menjaga keangkeran gawang, Buffon masih menjadi yang terdepan.

Berdasarkan penelitian Colin Trainor dari The Economist, Buffon kebobolan 20 persen lebih sedikit dari rata-rata jumlah kebobolan kiper liga top Eropa.

Di posisi kedua dan ketiga, David de Gea dan Manuel Neuer mencatatkan 17 persen lebih sedikit dari rata-rata.

Data-data statistikal tersebut menjadi pegangan utama dalam menentukan kualitas sekaligus harga seorang pemain sepak bola.

Dengan kata lain, peran penjaga gawang dalam sebuah pertandingan nyaris tak terlihat dan tak teramati dengan baik oleh para penonton sepak bola.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P