Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Arsenal bermain imbang 1-1 dengan Liverpool pada laga Liga Inggris di Stadion Emirates, Sabtu (3/11/2018).
Liverpool memimpin lebih dulu dari Arsenal lewat tembakan keras James Milner (61'). Namun, Arsenal menyamakan skor lewat tembakan yang tak kalah indah dari Alexandre Lacazette (82').
Berikut adalah 5 hal menarik dari laga Liga Inggris antara Arsenal dan Liverpool tersebut.
1. Arsenal Mengambil Mantel Liverpool Musim Lalu
Gol Lacazette merupakan yang ke-25 bagi Arsenal di Liga Inggris musim ini, empat lebih banyak dari Liverpool. The Gunners pun membuktikan kegarangan dengan menciptakan beberapa peluang emas pada babak pertama dan pergerakan-pergerakan serta interplay impresif dari para pemain mereka.
Tertajam dari semua pemain Arsenal adalah Pierre-Emerick Aubameyang yang mencetak gol dari 33,3 persen tembakan musim ini. Namun, pada laga ini Aubameyang tak bisa berbuat banyak.
Ia ditarik keluar pada menit ke-73 tanpa mencatatkan satu pun tembakan tepat sasaran dari 3 usaha sepanjang laga.
Saat Aubameyang terbenam, Alexandre Lacazette naik panggung. Ia mencetak gol penyama kedudukan lewat ketenangan dan tembakan keras yang merobek gawang Alisson.
2. Performa Kendur Trio Firmansah
Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah, trio yang dikenal di Indonesia dengan sebutan "Firmansah" menjadi starter secara bersama untuk kedua kalinya secara beruntun. Kombinasi ketiga pemain itu memang jarang dimainkan bersama oleh pelatih Juergen Klopp dalam beberapa pekan terakhir.
Namun, malam ini bukan penampilan terbaik mereka. Roberto Firmino tak mencatatkan tembakan tepat sasaran dalam empat Gameweek sebelum bersua Arsenal dan ia kembali hampa lagi. Mohamed Salah mencatatkan 3 gol dan sebuah assist dari dua laga Liga Inggris kontra Arsenal sejak membela panji The Reds tetapi tak bisa berbuat banyak pada duel kali ini.
Sadio Mane sebenarnya sempat mencatatkan gol pada babak pertama. Namun, wasit menganulir gol tersebut karena dianggap off-side. Sadio Mane pun tak lagi menciptakan tembakan tepat sasaran hingga akhir laga.
Ketiganya gagal menciptakan tembakan tepat sasaran di Stadion Emirates.
3. Gairah Arsenal di Bawah Unay Emery
Unay Emery mengambil pekerjaan maha berat dengan menjadi penerus pelatih legendaris Arsenal, Arsene Wenger. Namun, permainan The Gunners di bawahnya, setidaknya dalam laga ini, mengingatkan kita semua terhadap filosofi sepak bola menyerang dan transisi cepat Arsenal pada masa-masa terbaik di bawah Arsene Wenger.
"Saya tak peduli apabila kami tak mendapat hasil. Kami berani hadap-hadapan dengan tim-tim top lagi. Kami mendapatkan Arsenal kami lagi!" ujar seorang komentator di situs BBC.
"We Are Arsenal FC," pun berkumandang berkali-kali dari para suporter The Gunners di Stadion Emirates pada beberapa momen laga.
4. Apakah Ini Tahun Mereka?
Gairah yang disebut di atas membawa pertanyaan tambahan bagi para fans Arsenal. Apakah ini akan menjadi tahun mereka kembali bersaing memperebutkan takhta Liga Inggris?
Singunggan terdekat The Gunners dengan puncak klasemen adalah peringkat kedua pada 2015-2016 saat Leicester City mengejutkan dunia dengan menjadi jawara Premier League. Posisi tersebut adalah finish terbaik The Gunners di Liga Inggris sejak 2005-2006.
Kekalahan kontra Manchester City dan Chelsea tentu meredakan euforia berlebih fans Gunners tetapi penampilan Mesut Oezil cs pada laga ini tentu meningkatkan optimisme lagi bagi para pendukung Gunners.
5. Alergi Babak Pertama Arsenal Berlanjut
Arsenal di bawah Unay Emery mencetak mayoritas (75 persen) dari gol mereka pada babak kedua. Hanya enam kali musim ini, Arsenal mencetak gol pada babak pertama. Bahkan, mereka belum pernah merasakan memimpin laga sebelum masuk ruang ganti.
Lagi-lagi, pada laga di Emirates tersebut Emery harus melihat pasukannya turun minum tanpa membuka skor walau mencatatkan hingga 6 tembakan pada babak pertama dan berkali-kali membuka gembok lini pertahanan The Reds.