Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jose Mourinho dan kondisi ruang ganti yang acak-acakan seperti dua hal yang tak bisa dipisahkan.
Jose Mourinho memang terkenal sebagai pelatih yang membuat banyak sensasi sepanjang kariernya.
Memulai kariernya sebagai pelatih Benfica pada 2000, nama Mourinho baru meroket pada 2004.
Setelah mengantarkan Porto menjadi juara Liga Champions musim 2003-2004, Mourinho mulai menjadi buah bibir.
Setelah mengantarkan gelar tersebut, pria asal Portugal itu pun memilih hengkang dari Porto.
Kepindahan sang pelatih ternyata meninggalkan kesan pengkhianatan dari Presiden Porto, Nuno Pinta da Costa.
"Pada 19 April 2004 Roman Abramovich bertemu dengan Jose Mourinho dan Jorge Mendes (agen Mourinho). Mereka mencapai kesepakatan untuk menjadikan Mourinho pelatih di Chelsea," ujar Nuno Pinta seperti dilansir BolaSport.com dari Standard.
Sang presiden tak tahu menahu tentang pertemuan itu hingga akhirnya Mourinho memutuskan untuk mengundurkan diri dan Mendes menjelaskan semuanya.
Dia pun pindah ke Chelsea pada 2004 dan meraih gelar Liga Inggris di musim pertama dia melatih.
Lalu pada 2008 dia hijrah melatih Inter Milan dan mempersembahkan gelar treble winner pada 2010.
(Baca Juga: Jose Mourinho Murka Gara-gara Kalah dari Liverpool, Anak Bayi hingga Wasit Jadi Korbannya)
Namun, kisah Mourinho di Nerazzurri diwarnai dengan beragam konflik dengan para pemainnya.
Dia pernah terang-terangan mengkritik pemain Inter, Ricardo Quaresma, di depan media.
"Quaresma harus banyak belajar, jika tidak dia tak akan bermain," kata Mourinho dilansir BolaSport.com dari ESPN.
"Saya yakin dia akan berubah dan menjadi lebih disiplin terhadap taktik. Sekarang dia sangat suka menendang bola dengan sisi kaki luar," tuturnya.
Komentar itu tak membuat Quaresma senang. Pemain asal Portugal itu lalu mengatakan bahwa penyesalan terbesar yang ia rasakan adalah bergabung dengan Inter Milan.
Mourinho juga dikabarkan beberapa kali terlibat konflik dengan pemain Inter lainnya seperti Ivan Cordoba dan Zlatan Ibrahimovic.
Pelatih yang kini berusia 55 tahun itu pun pindah ke Real Madrid usai mengantar Inter meraih tiga gelar dalam semusim.
Di Madrid pun keadaan masih sama. Mourinho terlibat konflik dengan para pemainnya.
Yang paling susah dilupakan adalah konflik Mourinho dengan kiper utama sekaligus kapten Real Madrid, Iker Casillas.
Dilansir dari ESPN, Mourinho kecewa dengan performa Casillas di bawah mistar gawang.
Mourinho juga tak senang Casillas memiliki hubungan akrab dengan pemain Barcelona yang jadi rival Madrid.
(Baca Juga: VIDEO - Kiper Ke-3 Manchester United Menjelma Jadi De Gea)
Selain itu, Mourinho tak mau ada sosok yang lebih besar dari dirinya di ruang ganti.
Walhasil, Casillas pun disingkirkan oleh Mourinho dan posisinya digantikan Diego Lopez.
Casillas akhirnya angkat kaki dari Real Madrid pada 2015 setelah Mourinho pergi dari Los Blancos.
Mourinho juga beberapa kali mengkritik pemain bintang Madrid seperti Mesut Oezil, Kaka, Pepe, dan bahkan Cristiano Ronaldo sekalipun.
Mourinho pernah menyebut Ronaldo sebagai pemain yang tak mau patuh pada aturan yang ia buat.
Hal itu sempat membuat hubungan keduanya merenggang.
"Saya hanya punya satu masalah dengannya. Dia berpikir tahu segalanya dan pelatih tak bisa membantu dia meningkatkan permainan," ujar Mourinho.
Setelah meninggalkan Madrid pada 2013, dia lalu kembali ke Chelsea.
Di sana Mourinho tega mencampakkan pemain terbaik Chelsea dalam dua musim beruntun, Juan Mata.
(Baca Juga: Jadi Rebutan 3 Raksasa Eropa, The New Zidane Pilih Bertahan di Lazio)
Mata dibangku cadangkan oleh Mourinho dan akhirnya dijual ke Manchester United pada 2014.
Mourinho juga mengkritik pemain yang kini jadi playmaker andalan Manchester City, Kevin De Bruyne, ketika memperkuat Chelsea.
"Jika Anda punya pemain yang selalu mengetuk pintu dan menangis minta pindah, Anda harus membuat keputusan," ucap Mourinho.
"Dia tak siap untuk berkompetisi. Dia adalah anak kecil yang menyedihkan, dia berlatih dengan sangat buruk," tutur pelatihn beralias The Special One itu.
Jelang masa-masa terakhir dia bersama Chelsea, konflik internal semakin memanas.
Setelah dikalahkan Leicester City 1-2 pada Liga Inggris musim 2014-2015, Mourinho menyebut para pemain mengkhianatinya.
"Saya rasa pekerjaan saya dikhianati. Saya bekerja empat hari di sesi latihan. Saya telah mengidentifikasi pergerakan Leicester yang sering berbuah gol. Dua dari empat situasi yang saya identifikasi berbuah gol ke gawang kami," ujar Mourinho.
Mourinho juga menyindir pemain bintang Chelsea, Eden Hazard, yang tak mau melanjutkan pertandingan dengan beralasan cedera.
"Saya tak tahu apa yang terjadi. Satu-satunya yang saya tahu adalah dalam 10 detik dia bisa membuat keputusan sendiri," ucapnya.
(Baca Juga: Kemenangan Liverpool atas Manchester United Diwarnai Perkelahian )
"Dia keluar dan langsung berkata dia tak bisa melanjutkan pertandingan. Dia mencoba tapi kemudian keluar lagi. Dia membuat keputusan untuk keluar. Jadi, itu pasti cedera yang serius," kata The Special One.
Mourinho kemudian dipecat oleh Chelsea pada 2016 dan bergabung dengan Manchester United.
Hingga kini, Mourinho masih juga terlibat konflik dengan pemain-pemain yang dia latih.
Luke Shaw, Paul Pogba, hingga Anthony Martial pernah merasakan komentar pedas dari Mourinho pada musim ini.
Yang terbaru, Mourinho bahkan menyalahkan pemain-pemain muda Manchester United ketika timnya kalah 1-4 dari Liverpool dalam ajang International Champions Cup (ICC) 2018.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on