Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Hasil Referendum Catalonia, 850 Orang Luka, Barcelona Berpotensi Pindah ke Liga Ini, Cek Videonya

By Lola June A Sinaga - Senin, 2 Oktober 2017 | 16:48 WIB
Para pemain FC Barcelona merayakan gol ke gawang Las Palmas dalam laga Liga Spanyol di Stadion Camp Nou, Barcelona, Minggu (1/10/2017), bersamaan dengan hari referendum Catalonia. (JOSE JORDAN/AFP)

Suasana politik Spanyol akhir-akhir ini tengah panas menyusul pelaksanaan referendum Catalonia pada 1 Oktober 2017 waktu setempat.

Dalam sebuah pernyataan Minggu (1/10/2017) malam waktu setempat atau Senin (2/10/2017) WIB, pemimpin wilayah Catalonia menyatakan, warga Catalan telah memenangi hak untuk membentuk sebuah negara berdaulat lewat referendum.

Referendum itu terjadi setelah bentrokan antara polisi dan pemrotes yang menyebabkan 850 orang terluka.

Otoritas Spanyol di Madrid menyatakan referendum itu ilegal.

Dalam pernyataan yang diposting pada Senin (2/10/2017) dini hari WIB, Pemimpin Catalonia Carles Puigdemont mengatakan, Pemerintah Catalonia akan mengirimkan ke Parlemen Catalan, tempat duduk dan ungkapan kedaulatan rakyat, hasil referendum, sehingga dapat bertindak sesuai undang-undang referendum.

(Baca Juga: Kisah Sylvano Comvalius Berlabuh di Bali United)

"Catalonia telah memenangi kedaulatan dan rasa hormat dan institusi-institusinya memiliki kewajiban untuk menerapkan hasil referendum," tegas Puigdemont, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Express.co.uk, Senin (2/10/2017).

Puigdemont menambahkan, "Spanyol telah menulis halaman baru yang memalukan dalam sejarahnya terhadap Catalonia."

Menurut pria kelahiran Amer, Girona, Spanyol, 54 tahun lalu, itu, serangan oleh polisi terhadap pemilih dalam referendum adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.

Puigdemont meminta para pemimpin Eropa bersikap, karena masalah Catalonia ini tidak lagi masalah internal Spanyol.

(Baca Juga: China Bisa Jegal Langkah Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia)

Pejabat Catalonia mengatakan, 90 persen dari 2,26 juta suara memilih kemerdekaan.

Namun, Puigdemont tak mengumumkan hasil resmi apa pun dalam pernyataannya tersebut.

Juri bicara Pemerintahan Catalonia Jordi Turull mengumumkan segera setelah referendum pada Minggu malam, ada 2.262.424 kertas suara yang dipakai.

Sebanyak 2.020.144 dari jumlah kertas suara itu mengatakan "ya" dan hanya 176.565 menyatakan "tidak".

(Baca Juga: Penyerang Persija Jakarta Ungkap Cerita Unik Saat Pesan Ojek Online)

Hasil resmi referendum akan diumumkan beberapa hari ke depan.

Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy langsung bereaksi dan menegaskan, "Tidak ada referendum kemerdekaan di Catalonia hari ini."

Rajoy menambahkan, "Spanyol adalah sebuah demokrasi yang matang dan negara besar."

Nasib Kompetisi

Keinginan besar warga Catalonia untuk merdeka dan terbebas dari Spanyol sebenarnya sudah sangat lama bergejolak.

Jika itu terjadi, Spanyol akan sangat dirugikan, terutama dari aspek persepakbolaannya.  

Timnas Spanyol, misalnya, akan kekurangan banyak pesepak bola hebat dan berbakat yang selama ini membela La Furia Roja.

Banyak pemain Timnas Spanyol saat ini adalah kelahiran dan pro-Catalonia seperti Gerard Pique, Cesc Fabregas, Hector Bellerin, Marc Bartra, dan Jordi Alba.

Tidak hanya sampai di situ, persoalan besar sepak bola di tingkat klub atau kompetisi domestik juga akan mencuat.

Pasalnya, di Liga Spanyol ada tiga klub yang berbasis di Catalan, yaitu Barcelona, Espanyol, dan Girona.

Jika Catalonia merdeka, maka pertanyaannya, apa yang akan terjadi pada tiga klub yang bermain di level tertinggi kompetisi Liga Spanyol itu?

Menteri Olahraga Catalonia Gerard Figueras yakin bahwa ketiga tim yang berbasis di Barcelona itu berhak memilih di liga mana mereka ingin bersaing.

Sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Talk Sport, Barcelona dan dua tim lainnya bisa saja memilih untuk bermain di Liga Inggris.

"Dalam kasus kemerdekaan Catalonia, tim Catalan di La Liga harus memutuskan di mana mereka ingin bermain, di Liga Spanyol atau negara tetangga seperti Italia, Prancis dan Inggris," ungkap Figueras.

Figueras pun mengatakan hal tersebut mengacu pada tim dari Andorra, FC Andorra, yang kini tergabung dalam Liga Spanyol, baik sepak bola maupun basket.

"Monaco bermain di Prancis, di Inggris ada klub dari Wales, saya tidak berpikir bahwa UEFA tidak bisa membantah melihat permainan klub lain di liga yang berbeda dari negara mereka," tambah Figueras.

Meski begitu, keputusan juga tetap berada di pihak Liga Spanyol.

Sebab, jika Catalonia jadi merdeka, Barcelona bisa saja mendaftar kembali untuk bergabung dengan Liga Spanyol.

Liga Spanyol juga mungkin akan mempertimbanghkan soal keberadaan Barcelona mengingat pamor mereka sebagai salah satu klub terbesar di Eropa.

Ketidakberadaan Barcelona di Liga Spanyol akan menjadi pengaruh besar bagi keuntungan hak siar Liga Spanyol.

Bayangkan jika Liga Spanyol tanpa Barcelona.

Siapa pun pasti bisa menebak bahwa Real Madrid akan menjai satu-satunya tim yang menarik disaksikan di Liga Spanyol, meski beberapa tim lain Spanyol mulai menarik perhatian, sebut saja Atletico Madrid dan Sevilla.

Opsi lain, Catalonia bisa saja membentuk liga baru.

Namun, liga bentukan Catalonia akan menjadi kompetisi baru di mata UEFA.

Otomatis tim dari Liga Catalonia wajib berjuang dari bawah untuk bisa tampil di Liga Champions dan Liga Europa karena harus mengumpulkan koefisien UEFA dari awal.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P