Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam usia 30 tahun, ketika sudah memenangi hampir segalanya dan diperdebatkan sebagai yang terbaik sepanjang masa, Lionel Messi ternyata masih bisa berevolusi.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Tak pernah terlambat untuk belajar sesuatu yang baru. La Pulga pun begitu.
Ia masih bisa berevolusi, yang ternyata menjadi lebih baik lagi secara individual maupun secara tim.
(Baca Juga: Harry Kane Cetak Perfect Hat-trick, Apa Maknanya?)
Perkembangan permainan pria mungil asal Argentina itu di berbagai posisi lini depan dalam arahan sejumlah pelatih hebat membuatnya semakin fleksibel.
Mulai dari era Frank Rijkard sampai masa kejayaan Luis Enrique.
Musim ini, Messi bersama Ernesto Valverde. Bareng pelatih berusia 53 tahun itu, Messi seperti diberikan tugas lamanya.
Valverde lebih mengeksplorasi kecerdasan dan insting predator La Pulga ketimbang kemampuannya dalam mengkreasi permainan.
Sebuah kiriman dibagikan oleh TABLOID BOLA (@tabloid_bola) pada
Statistik menunjukkan Messi lebih jarang terlibat dalam kreasi permainan di lini tengah, tapi terfokus di sektor berbahaya rival, area muka gawang lawan.
Situasi ini bisa jadi diputuskan Valverde usai Barcelona kehilangan Neymar.
(Baca Juga: GALERI FOTO - Perkenalkan Alica Schmidt, Wanita yang Digadang-gadang sebagai Atlet Terseksi di Dunia)
Messi tak konstan mengokupasi sisi penyerang kanan, tapi balik lagi bermain lebih menengah, sedikit di belakang Luis Suarez.
Valverde secara cerdas membebaskan bek kiri Jordi Alba untuk naik membombardir pertahanan lawan.
Situasinya agak mirip peran Messi di era Josep Guardiola.
Kini Messi punya cakupan ruang permainan lebih luas sedikit di belakang penyerang.
Hasilnya brilian, dari sisi ketajaman. Messi menikmati periode terbaik dalam beberapa tahun terakhir.