Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Petenis nomor satu dunia asal Spanyol, Rafael Nadal, mengaku sedih setelah mengetahui aksi kekerasan yang terjadi saat Catalunya menggelar referendum kemerdekaan, Minggu (1/10/2017).
Tim Medis Catalunya melaporkan setidaknya 844 orang terluka setelah terjadi bentrokan dengan pihak kepolisian Spanyol.
Menurut pemerintahan Spanyol, referendum kemerdekaan yang dilakukan para warga Catalunya tersebut ilegal.
Alhasil, para petugas dari kepolisian nasional dan Garda Sipil mengambil surat dan kotak suara di tempat pemungutan suara.
Di Barcelona, para polisi bahkan menggunakan baton (pentungan) dan menembakkan peluru karet saat menghadapi demonstrasi pro-referendum.
"Saya ingin menangis ketika melihat negara yang telah ketahui hidup berdampingan dan menjadi teladan baik bagi dunia sampai ke situasi seperti ini. Saya pikir, citra yang kami sajikan ke dunia adalah citra negatif," tutur Nadal yang dilansir JUARA.net dari BBC, Rabu (3/10/2017).
"Peristiwa itu menyedihkan, hati saya tenggelam sepanjang hari. Saya telah menghabiskan banyak bagian hidup saya di Catalunya, di saat-saat penting, dan melihat orang-orang bisa begitu radikal, itu mengejutkan dan melukai saya," kata Nadal lagi.
Nadal lahir dan besar di Manacor, Mallorca, tetapi dia juga merupakan salah satu sosok yang sangat dekat dengan Catalunya.
Kedekatan dan kenyamanan Nadal akan Catalunya terlihat dengan catatan prestasi dia yang begitu luar biasa pada turnamen Barcelona Terbuka.
10 veces campeón! 10 times champion! @RafaelNadal #bcnopenbs pic.twitter.com/3Q1soyqCds
— BcnOpen BancSabadell (@bcnopenbs) April 30, 2017
Tercatat, Nadal telah memenangi turnamen lapangan tanah liat tersebut sebanyak 10 kali.
Pimpinan Catalunya Carles Puigdemont mengatakan negara bagiannya memenangkan hak untuk melepaskan diri dari Spanyol setelah hampir 90 persen suara yang masuk memilih untuk merdeka.