Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Angkat besi Indonesia memiliki sejarah yang manis di Olimpiade.
Penulis: Aprelia Wulansari
Para lifter putri bahkan langsung meraih prestasi bagus ketika angkat besi putri pertama kali digelar di Olimpiade pada 2000.
Adalah Lisa Rumbewas yang menggebrak dan menorehkan catatan sejarah angkat besi Indonesia di Olimpiade.
Ya, lifter asal Papua yang saat itu diragukan kualitasnya untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Sydney 2000 berhasil membuktikan bahwa usia muda dan minim pengalaman bukan sebuah kendala.
Hasilnya, Lisa yang kala itu masih berusia 20 tahun meraih perunggu di kelas 48 kg putri dengan angkatan total 185 kg (snatch 80 kg dan clean & jerk 105 kg) pada 17 September 2000.
Hasil ini sekaligus membuat dia menjadi perebut medali pertama bagi Indonesia di Sydney 2000.
Emas diraih oleh Izabela Dragneva dari Bulgaria dan perak direbut lifter Amerika Serikat, Tara Nott.
Namun, emas Dragneva harus dicopot oleh IOC (Komite Olimpiade Internasional) beberapa hari kemudian karena lifter tersebut terbukti positif menggunakan zat doping, furosemide, yang berfungsi untuk meningkatkan kebugaran.
Pencopotan tersebut membuat Nott diberi emas dan Lisa akhirnya didaulat sebagai peraih perak di kelas tersebut.
Sri Indriyani, yang semula bercokol di posisi keempat, juga terkena dampaknya.
Indri, sapaan akrabnya, menerima medali perunggu. Selanjutnya, Lisa mewakili Indonesia di Olimpiade Athena dan sekali lagi dia meraih medali.
Ya, Lisa meraih perak di kelas 53 kg dengan angkatan snatch 95 kg, clean & jerk 115 kg, dan total 210 kg. Kali ini, tak ada perubahan raihan medali karena para peraih medali dari negara lain bersih dari segala zat doping.
Lisa, yang merupakan perempuan kelahiran 10 September 1980 ini, pun sekali lagi membela Indonesia di Olimpiade Beijing 2008.
Hasilnya, anak dari eks binaragawan Levi Rumbewas ini duduk di posisi keempat kelas 53 kg putri dengan raihan snatch 91 kg, clean & jerk 115 kg, dan angkatan total 206 kg.
Emas diraih Prapawadee Jaroenrattanatarakoon (Thailand), perak direbut Yoon Jin-hee (Korsel), dan perunggu diraup Nastassia Novikava dari Belarusia.
Akan tetapi, hasil itu kembali berubah.
Novikava terbukti positif menggunakan zat doping yang mengandung steroid pada 2016.
Perunggu lifter berusia 36 tahun itu akhirnya dicopot oleh IOC.
IOC menyerahkan perunggu kepada Lisa sesuai dengan keputusannya pada Oktober 2016.
Pekan lalu, KOI menyerahkan perunggu Olimpiade Beijing 2008 kelas 53 kg putri itu pada Lisa.
Raihan ini membuat Lisa menjadi lifter putri pertama Indonesia yang meraih tiga medali di tiga Olimpiade beruntun.
Dalam usianya yang telah menginjak 37 tahun, Lisa tetap terlihat bugar.
Sang ibu, Ida Korwa, pun terus setia mendampingi sang putri, yang juga merupakan peraih perunggu di Asian Games Busan 2002 itu.
“Terima kasih. Lisa tak menyangka bisa meraih medali ini,” ucap Ida.
Ya, sang ibu mewakili Lisa dalam memberikan ucapan karena epilepsi Lisa kambuh lantaran perasaan yang menggebu-gebu setelah menerima medali.
(Baca Juga: Media Asing Soroti Perjuangan Marc Klok Tempuh 12.000 Kilometer demi Indonesia)
Selalu Maksimal Lisa, yang meraih dua perak dan satu perunggu di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2006 di kelas 53 kg putri ini, memang mengidap epilepsi dan bisa kambuh apabila dia mengalami perubahan emosi.
Akan tetapi, hal itu tak memengaruhi kemampuannya.
Mendapatkan medali di Olimpiade sekaligus menjadi tanda bahwa Lisa adalah Olimpian sejati yang mengusung sportivitas, nilai-nilai Olimpiade, dan tentu saja atlet yang bersih.
“Lisa adalah salah satu lifter putri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dia disiplin dan memiliki teknik yang baik,” ucap Dirdja Wihardja, pelatih kepala pelatnas angkat besi.
“Lisa memiliki kekuatan dan teknik yang baik. Karena itu, dia bisa meraih hasil-hasil yang luar biasa,” ucap Alamsyah Wijaya, Kabid Binpres PABBSI.
Dukungan dari orang tua serta pelatih dan kedisiplinan yang dimiliki Lisa menjadi salah satu kunci kesuksesan lifter putri berpembawaan pendiam ini.
Yang pasti, Lisa tak menjadikan kesehatannya sebagai alasan.
Ya, Lisa selalu maksimal dalam apa yang dia kerjakan.
Dengan kata lain, prestasi Lisa yang menorehkan sejarah manis bagi angkat besi putri Indonesia ini semoga bisa menjadi inspirasi bagi para lifter putri lainnya.