Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto menilai penyelenggaraan Indonesia Masters 2018 di Istora Senayan, Jakarta telah berjalan lancar.
Budiharto yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Pelaksana Indonesia Masters 2018 menyatakan penyelenggaraan turnamen tersebut sudah melebihi ekspektasi.
Kendati demikian, dia juga tak menampik masih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi.
(Baca juga: Greysia Polii Ungkap Hal Mengharukan Setelah Jadi Runner Up Indonesia Masters 2018)
"Alhamdulillah kejuaraan ini sudah bisa kami selesaikan. Indonesia Masters sendiri merupakan ajang persiapan menuju Asian Games," kata Budiharto pada Minggu (28/1/2018) kemarin.
"Terkait evaluasi, memang ada beberapa hal yang masih menjadi catatan," tutur dia.
Budiharto menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi fokus dalam penyelenggaraan Indonesia Masters 2018 yakni venue, kapasitas penonton, dan persiapan organisasi.
Soal venue seperti pencahayaan, lantai, dan angin, Budiharto menyatakan bahwa hal tersebut sudah terakomodir dengan cukup baik.
Baik dari, peserta, wasit, pihak Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), maupun stasiun televisi tidak menyampaikan keluhannya soal venue.
Adapun dari aspek kapasitas penonton, Budiharto mengakui masih menjadi hal yang harus ditingkatkan lagi pada ajang selanjutnya.
Satu hal yang menjadi sorotan terkait kapasitas penonton adalah sistem nomor kursi di Istora.
"Total pengunjung yang tercatat pada laga final adalah 5.627. Jumlah itu dari yang membeli tiket maupun para suporter, ofisial, dan tamu undangan," kata Budiharto.
"Kapasitas venue ini menjadi pelajaran. Kami masih coba menata beberapa tempat yang masih belum ideal. Pengaturan penonton, gedung, dan seat number, kami masih raba-raba," tutur dia.
(Baca juga: Sarana dan Prasarana yang Membuat Istora Benar-benar Terlihat Baru)
Dari segi fasilitas pengunjung, hal yang masih menjadi sorotan adalah toilet dan musala (tempat ibadah salat).
Toilet di Istora memang masih baru, tetapi beberapa di antaranya ada yang belum bisa digunakan dan tidak tersedia tisu.
Untuk musala, sebagian pengunjung menilai terlalu kecil sehingga kerap terjadi antrean panjang.
Dengan segala keluhan dan catatan tersebut, Budiharto masih optimistis penyelenggaraan turnamen berikutnya bisa lebih baik.
Hal itu akan dibuktikan saat penyelenggaraan Indonesia Open 2018 yang bakal berlangsung pada awal Juli mendatang.