Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Petenis tunggal putra Swiss, Roger Federer, menceritakan bagaimana dirinya pernah disergap kepanikan setelah menjalani operasi lutut pada tahun 2016.
Kala itu, Federer mengalami kekalahan dari Novak Djokovic pada semifinal Australian Open 2016.
Selain dikalahkan, Federer juga menderita cedera yang mengharuskannya beristirahat selama enam bulan.
Pernah merasakan posisi yang tidak nyaman, Federer pun menceritakan bagaimana dia berusaha untuk mengatasi kepanikannya dan akhirnya kini berhasil untuk kembali ke puncak olahraga tenis.
(Baca Juga: Piala Thomas 2018 Kedatangan Peserta Baru)
"Saya adalah pemikir yang sangat positif. Jadi. saya selalu berusaha melihat gelas itu setengah penuh, meski terkadang sulit," kata Federer dikutip BolaSport.com dari Express.
"Saya juga terkadang tidak sabar pada waktu itu untuk melihat kemajuan dari cedera lutut yang saya alami, terutama setelah Wimbledon," tutur Federer.
Petenis berusia 36 tahun itu lalu menceritakan bagaimana setelah Wimbledon 2016, dirinya merasa akan pulih dengan segera.
"Setelah Wimbledon, saya benar-benar merasa mungkin saya baik-baik saja dalam dua bulan, mungkin tiga, tetapi tim saya berkata lain," ujarnya.
"Saya memerlukan kebugaran setelah menjalani empat bulan rehab. Saya cukup terkejut dan sulit bersikap positif kala itu," aku Federer.
Di saat-saat seperti itulah Federer merasa panik dan mulai menerapkan filosofi hidupnya bahwa dia harus melihat segala sesuatu dalam sudut pandang "gelas setengah penuh."
"Saya pergi rehab dan melihat perbaikan setiap hari dan itu menjadi lebih mudah. Ketika keadaan mandek, saya melakukan pembicaraan dengan istri dan teman-teman saya," tutur Federer.
Kepanikan yang dialami Federer akhirnya mereda.
Terbukti, pasca-cedera, Federer bisa tampil gemilang pada 2017.
Pada awal 2018, Federer kembali puncak peringkat tenis dunia setelah memenangkan Rotterdam Open edisi kali ini.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on