Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ketika Mathias Boe Angkat Bicara soal Aturan Baru BWF soal Servis

By Nugyasa Laksamana - Senin, 5 Maret 2018 | 13:46 WIB
Pasangan ganda putra Denmark, Mathias Boe (depan)/Carsten Mogensen, saat menjalani pertandingan melawan Nipitphon Phouangphet/Bodin Isara (Thailand) pada babak final Prancis Terbuka di Stadion Pierre de Coubertin, Paris, Minggu (30/10/2016). (MIGUEL MEDINA/AFP PHOTO)

Aturan baru Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) soal servis menuai kritik dari para pebulu tangkis kelas dunia. Salah satunya yakni Mathias Boe, pemain sektor ganda putra Denmark.

BWF menetapkan aturan baru yang mewajibkan setiap pemain untuk melakukan servis dengan tinggi maksimal kok 115 cm dari permukaan lapangan.

Aturan tersebut mulai diberlakukan pada turnamen All England 2018 yang akan berlangsung di Arena Birmingham, Inggris, 14-18 Maret.

Sebagai pemain berpengalaman, Boe mengaku keberatan dengan aturan servis yang baru. Ia mengungkapkannya melalui sebuah unggahan video slow motion di Instagram pada 2 Februari lalu.

(Baca juga: Pusarla V. Sindhu Menata Mimpi Tahun 2018 Mulai dari All England 2018)

Dalam video tampak jelas Boe harus sedikit menurunkan badannya untuk melakukan servis. Bagi pasangan Carsten Mogensen tersebut, aturan servis yang baru tidaklah ideal.

"Silahkan tertawa, teman-teman. Beginilah gaya servis saya pada All England," tulis Boe pada bagian keterangan unggahannya tersebut.

"Saya sangat menganjurkan @bwfbbadminton untuk mempertimbangkan kembali peraturan baru ini karena akan menyulitkan service judge untuk menentukan servis yang fault," tulis Boe melanjutkan.

Boe berpendapat bahwa aturan seperti ini juga berdampak terhadap kualitas pertandingan yang dinilainya bakal menurun.

Persoalan aturan servis yang baru juga sempat dikeluhkan pemain ganda putra Indonesia yang berpasangan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus Fernaldi Gideon.

Saat ditemui di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, Marcus menilai bahwa service judge pun masih sering berbeda pendapat soal fault atau tidaknya sebuah servis.

Ia menilai bahwa seharusnya aturan itu baru diberlakukan jika sudah ada alat sensor, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih adil.

"Kalau BWF mau buat peraturan seperti ini, seharusnya mereka punya alat semacam hawk eye untuk mendeteksi servis seorang pemain atau ada sensornya. Kalau enggak begitu ya enggak fair dong," kata Marcus.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P