Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tim Nasional Indonesia yang tengah dipersiapkan untuk turun di Asian Games 2018 tak kaget ketika BolaSport.com menanyakan rencana Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dalam merekrut sepuluh pebasket U-15 Afrika.
Pelatih timnas, Fictor Roring, yang ditemui pada Rabu (14/3/2018) di tengah sesi latihan Pelita Jaya, mengatakan nahwa ia telah diundang beberapa kali untuk melakukan pembahasan terkait perekrutan pebasket muda Afrika tersebut.
Tak hanya itu, grup whatsapp-nya yang menghimpun para pelaku basket nasional pun kerap membahas wacana itu.
Ito, sapaan akrab Fictor, enggan mempermasalahkan penarikan pebasket muda Afrika.
"Mari kita sesuaikan dengan target. Kalau targetnya timnas Indonesia main di Piala Dunia 2023, ya, harus itu jalannya," kata dia.
BolaSport.com pun mencoba melayangkan dua pilihan kepada Ito: memanfaatkan dana ratusan milyar untuk memaksimalkan pembinaan pebasket Indonesia U15, atau merekrut pemuda Afrika. Jawabannya, Ito pilih yang kedua.
"Mau semaksimal apa pun, ada hal-hal yang tak bisa dilakukan para pebasket Indonesia. Hal itu salah satunya menyangkut genetika dan bersifat lahiriah. Pebasket Afrika memang sudah dari lahir memiliki serat urat yang menunjang," ucap Ito.
"Atau, jangan jauh-jauh, lihat saja tangan mereka yang memiliki ukuran lebih panjang dari orang-orang kita (Arm spend),” ujar direktur teknik Pelita Jaya ini.
Meski sepakat dengan program Perbasi, Ito memberi beberapa syarat. Di antaranya, ialah Perbasi menggunakan pelatih asing selama melakoni program pengembangan.
(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Perbasi Warganegarakan Sepuluh Orang Afrika untuk Timnas)
Ito menilai bahwa hasil dari pelatih lokal tak akan memuaskan untuk membina para pebasket muda Afrika.
Syarat kedua adalah tidak melibatkan para pebasket muda Afrika di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua yang digelar pada 2020.
"Kalau mereka dilibatkan di PON, itu tentu akan merusak sistem pembinaan usia dini di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, sumber BOLA dan BolaSport.com mengatakan bahwa para pebasket Afrika itu bisa saja diturunkan di PON.
Syaratnya, tiap daerah yang hendak merekrut mesti siap membiayai uang saku mereka yang berkisar Rp 5-7 juta per bulan (belum termasuk uang makan dan biaya akomodasi lainnya).
"Para pemain Afrika yang dihendaki daerah, hanya akan datang beberapa hari sebelum tanding di PON. Jadi, mereka tak bisa rutin melakoni latihan bersama daerahnya," kata sumber BOLA dan BolaSport.com.
(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Mantu Rhoma Irama di Balik Proyek Perbasi)
Ketua Umum Perbasi Danny Kosasih tidak menampik kesempatan orang-orang Afrika itu beraksi di PON.
"Mereka punya hak untuk bermain di PON, karena mereka WNI (Warga Negara Indonesia) juga," katanya.
Sebelumnya, Pada awal April mendatang, Perbasi akan terbang ke Mali, Afrika Barat, untuk memburu maksimal sepuluh orang pebasket.
Mereka mengambil sepuluh pebasket Afrika usia Under 15 (U15) untuk memperkuat timnas Indonesia yang harus lolos kualifikasi Piala Dunia Basket 2023 pada 2021.
Kebutuhan Perbasi untuk memiliki tim yang kuat muncul setelah Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023 bersama Jepang dan Filipina.
Baca Liputan Khusus Tabloid BOLA dan BolaSport.com:
Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia