Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Erick Thohir di Balik Proyek Perbasi

By Persiana Galih - Minggu, 1 April 2018 | 13:22 WIB
Presiden Inter Milan, Erick Thohir, berbicara soal Inter Academy Indonesia dalam konferensi pers di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (14/2/2018). (SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

Rencana Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dalam mendatangkan maksimal sepuluh orang Afrika menurut sumber BolaSport.com, menyangkut nama anggota FIBA Asia, Erick Thohir.

Nama Ketua Umum Panitia Asian Games 2018 (Inasgoc) ini pula yang menjadi faktor mengapa FIBA memercayakan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023.

Di mata FIBA, Erick memang punya posisi yang baik. Dia adalah pemilik dari tim basket Indonesia, Satria Muda.

Tak hanya itu, pada 2011 ia pun sempat menjadi anggota konsorsium kepemilikan tim basket kenamaan AS, Philadelphia 76ers.

Saat ditanya BolaSport.com, Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Danny Kosasih mengakui bahwa dia telah membicarakan wacana tentang merekrut para pemuda Afrika dengan Erick sejak empat tahun lalu.

"Waktu itu, rencana ini enggak bisa dilakukan karena kami enggak punya duit. Tapi, sekarang memang harus dipaksakan karena kami butuh," kata Danny.

(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Perbasi Warganegarakan Sepuluh Orang Afrika untuk Timnas)

"Dengan kedatangan orang Afrika ini, mas Erick minta kami masuk enam besar di kejuaraan FIBA Asia U-16,supaya ranking FIBA timnas kita naik terus" ujar Danny.

Namun, Erick merasa belum pernah membicarakan proyek tersebut dengan Danny. Tapi, ia tak menolak jika Indonesia benar-benar membutuhkan jasa orang Afrika.

"Realitanya, kami pernah membahas bahwa saat ini Perbasi harus menyiapkan tim usia 16 tahun untuk kualifikasi 2021. Katanya. Perbasi sudah mengumpulkan sekitar 20 pemain dengan tinggi rata-rata dua meter," ucap Erick.

"Apakah masih perlu pemain asing? Mungkin saja, tapi saya belum tahu detailnya seperti apa," kata Erick, saat ditemui BolaSport.com pada 23 Maret lalu.

Saat ini, Perbasi memang sudah mengumpulkan 24 pemuda Indonesia dari seluruh daerah berusia di bawah 18 tahun untuk masuk dalam program pengembangan menjelang Piala Dunia Basket 2023.

"Saya menghubungi jaringan di tiap daerah. Dalam sekejap mereka menyetor pebasket usia dini dengan postur yang membuat saya senang," katanya.

(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Komentar Menpora soal Rencana Perbasi Datangkan Warga Afrika)

Bagaimana tak sumringah, 24 pebasket itu memiliki postur di atas rata-rata orang Indonesia. Bahkan, dalam foto yang ditunjukkan Danny kepada BolaSport.com terdapat salah satu pebasket dengan tinggi 2,04 meter.

Pemuda itu berdiri di samping pebasket naturalisasi asal AS, Jammar Johnson, yang memiliki tinggi 1,96 meter. Jammar terlihat kecil di sampingnya.

Sementara itu, sepuluh pebasket muda Afrika yang akan direkrut Danny pun akan masuk dalam program pengembangan itu. Pada awal April mendatang, Perbasi akan terbang ke Mali, Afrika Barat, untuk memulai misi perekrutan tersebut.

Mereka mengambil sepuluh pebasket untuk memperkuat timnas Indonesia yang mesti lolos kualifikasi Piala Dunia Basket 2023 pada 2021.

Kebutuhan untuk memiliki tim yang kuat muncul setelah Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023 bersama Jepang dan Filipina.

Baca Liputan Khusus Tabloid BOLA dan BolaSport.com:

Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia

 

Apa persiapan Perbasi menyambut Piala Dunia Basket tahun 2023 di Jakarta? Salah satunya mendatangkan sepuluh pebasket Under 15 (U15) Afrika. Danny Kosasih, Ketua Umum Perbasi, menganggap para pebasket Afrika memiliki potensi yang luar biasa untuk membantu timnas Indonesia bersaing di Piala Dunia. Rencananya, sepuluh pebasket Afrika itu akan dijadikan warga negara Indonesia. Tentunya, lewat sistempembayaran yang telah disepakati dengan agen pemain. Kerjasama ini tak lepas dari jasa menantu Raja Dangdut Rhoma Irama, Mehmet Cetin sebagai penyambung lidah antara Perbasi dan agen. Danny mengaku penjualan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Setidaknya menurut Perbasi, mendatangkan pemuda asing usia di bawah 15 tahun jauh lebih mudah daripada menaturalisasi pemain. ditambah adanya aturan orang asing di bawah 15 tahun dapat memilih kewarganegaraan tanpa perlu melalui proses birokrasi yang berbelit. Apa pendapat Bolamania? Sudah seputus asa itukah Perbasi akan kemampuan pebasket di negaranya sendiri? Akankah Pemerintah mau bekerjasama dan mendanai mega proyek Perbasi yang konon menelan biaya hingga ratusan milyar rupiah ini? Sila nikmati penelusuran BOLA di edisi Jumat yang sudah terbit hari ini. #CintaiprodukIndonesia Backsound: @iwaktherockfish

A post shared by TABLOID BOLA (@tabloid_bola) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P