Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tim putra bola tangan Indonesia menyapu bersih seluruh pertandingan. Sedangkan tim putri Indonesia masih sulit mengimbangi tim lokal dari Thailand.
Rabu (2/5) sekitar Pukul 22.00 WIB, tim bola tangan putra dan putri Indonesia baru saja kembali ke Tanah Air dari Thailand.
Mereka pulang dengan buah tangan positif setelah satu minggi menjalani training camp (TC).
Dipimpin oleh pelatih asal Korea Selatan, Yoon Tai-il, sebanyak 32 pemain putra dan putri berlatih di Pathum Thani, Thailand.
Mereka melakukan sparing dengan tim-tim lokal di Pathum Thani dan Bangkok. Hasilnya cukup baik bagi tim putra karena menyapu bersih seluruh pertandingan.
Hasil berbeda didapat tim putri karena masih sulit mengimbangi tim lokal.
"Kalau tim putri memang agak berat. Kekuatan kita masih jauh dari tim-tim yang ada di sana," tutur asisten pelatih, Abdul Kadir, kepada BolaSport.com.
(Baca Juga: Resmi! Istora Senayan Berubah Nama Jadi Blibli Arena)
Abdul mengakui, Thailand sudah tertata dari segi pembinaan dan fasilitas lapangan bola tangan yang terdapat di seluruh daerah.
Dia pun berharap Indonesia bisa meniru perkembangan pesat Thailand.
Maklum, sebenarnya kualitas tim nasional bola tangan Thailand masih bisa diimbangi oleh Indonesia.
"Kendala terbesar kita adalah sumber daya atletnya yang kurang," ucap Abdul Kadir.
Meski begitu, Abdul membawa buah tangan oke saat kembali ke Tanah Air, yakni belajar banyak dari latihan dan pertandingan.
Selanjutnya, para atlet harus semakin memperbaiki teknik dan fisik menuju Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, 18 Agustus-2 September.
Rencananya, tim putra dan putri akan berangkat ke Korea Selatan pada pertengahan Mei untuk menjalani TC kedua selama satu bulan dan tetap berada di bawah arahan Yoon Tai-il.
"Kami akan terus mendalami pola permainan tim-tim Asia. Pola permainan Asia berbeda dengan Eropa. Jadi, kami akan mempraktikkan pola seperti yang digunakan Jepang, China, bahkan Korea," tutur Abdul.
(Baca Juga: Srikandi UPI Berjaya Mengatasi Universitas Trisakti)
Menurut Abdul, perbedaan pola Asia dan Eropa terletak pada pergerakan.
Asia lebih aktif dalam bergerak dan mencari ruang. Pola itu digunakan lantaran postur tubuh Asia yang tak setinggi orang Eropa.