Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Christian Hadinata: Ganda Putra Jangan Sampai Kehilangan Poin pada Piala Thomas 2018

By Delia Mustikasari - Rabu, 9 Mei 2018 | 20:21 WIB
Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto (kedua dari kanan), Herry Iman Pierngadi (pelatih kepala ganda putra nasional), dan Christian Hadinata (legenda bulu tangkis nasional) berpose dalam Forum Diskusi BOLA di redaksi Tabloid BOLA, Palmerah, Jakarta, Rabu (9/5/2018). (MUHAMMAD BAGAS/BOLASPORT.COM)

Legenda bulu tangkis nasional, Christian Hadinata, menilai tim Thomas Indonesia tidak boleh meremehkan Thailand pada fase penyisihan grup Piala Thomas 2018 yang akan digelar di Bangkok, Thailand, 20-27 Mei mendatang.

Tim Thomas Indonesia tergabung di Grup B bersama, Korea, Kanada, dan Thailand. Di atas kertas, Indonesia lebih unggul dari Kanada.

"Kita berpeluang besar mengatasi adangan Kanada, tetapi Thailand punya kelebihan sebagai tuan rumah yang harus diperhitungkan," kata Christian dalam Forum Diskusi BOLA di redaksi Tabloid BOLA, Palmerah, Jakarta, Rabu (9/5/2018).

"Kehadiran Rexy (Mainaky) sebagai jagoan ganda tidak bisa diremehkan. Apalagi, Rexy optimistis Thailand bisa menembus posisi delapan besar," ujar Christian.

Menurut Christian, Korea juga harus masuk dalam pemikiran tim Thomas. Apalagi, Indonesia masih mengandalkan sektor ganda untuk mendulang poin bagi tim.

"Indonesia masih menghadapi persoalan klasik karena ganda masih jadi tumpuan. Karena itu, sektor ganda jangan sampai kehilangan poin," ucap Christian.

Pada sektor ganda putra, PBSI memasukan nama pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dalam tim Thomas Merah Putih.

Namun, di sektor tunggal, Indonesia belum punya pemain yang menembus peringkat 10 besar dunia.

(Baca juga: Jadi Ganda Kedua, Fajar/Rian Dapat Perhatian Khusus Pelatih Jelang Piala Thomas 2018)

Tahun ini, PBSI memilih Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Ihsan Maulana Mustofa, dan Firman Abdul Kholik dalam skuat tunggal tim Thomas Indonesia.

"Ginting sebagai tunggal nomor satu Indonesia akan bertemu lawan berat. Lawan pasti akan mengincar sektor tunggal untuk mengambil poin," tutur Christian.

"Karena itu, ganda mengemban tugas berat untuk mendapat dua poin. Ganda kedua juga harus mantap mengamankan poin. Tunggal minimal sumbang satu poin," ucap Christian.

Dengan kondisi tersebut, Christian mengatakan bahwa Indonesia harus membuat analisis SWOT.

SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek.

"Tim harus bahas analisis SWOT saat menghadapi tiga negara dalam grup. Misalnya membahas sisi peluang agar memiliki gambaran," tutur Christian.

Tim Thomas Indonesia juga diminta mempunyai rencana B jika strategi tim tidak terpenuhi.

(Baca juga: PBSI Nilai Tim Thomas Indonesia Tahun Ini Lebih Matang)

"Misalnya, jika Marcus kurang fit, tim harus mencari pasangan alternatif. Dengan catatan, kekuatan pasangan tersebut tidak jauh dari kekuatan pasangan utama," ujar Christian.

"Pemain juga harus tahu saat akan bertemu lawan tertentu atau mengondisikan atlet jika menghadapi situasi tak terduga," tutur pria berusia 68 tahun ini.

Tim Piala Thomas Indonesia kali terakhir menjadi kampiun pada 2002 di Guangzhou, China.

Kala itu, skuat Merah Putih berhasil menjadi juara setelah mengalahkan tim Malaysia dengan kedudukan tipis 3-2.

Setelah itu, prestasi terbaik Indonesia ialah menjadi runner-up pada Piala Thomas 2010 setelah kalah dari China dan pada 2016 seusai dikalahkan Denmark.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P