Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua tahun jelang bergulirnya Olimpiade Tokyo 2020, Jepang kini tengah ketar-ketir menghadapi tantangan alam.
Olimpiade yang berlangsung mulai pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020 akan bertepatan dengan musim panas di Negeri Sakura.
Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Jepang, suhu rata-rata musim panas di Tokyo, Jepang, adalah 30 derajat Celcius.
Namun, pada beberapa hari terakhir, Kota Tokyo -dan Jepang pada umumnya- tengah mengalami musim panas ekstrim.
"Ya, beberapa hari ini Tokyo dan Jepang rasanya seperti tinggal di sauna setiap hari," ujar Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, yang dikutip BolaSport.com dari SBS Australia.
Pada Senin (23/7/2018), suhu Tokyo dan Jepang secara umum mencapai 41,1 derajat Celcius.
Kondisi ini tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan panitia Olimpiade Tokyo 2020 terutama untuk kondisi kesehatan para penonton.
"Untuk para atlet, saya yakin mereka selalu latihan dan tubuh mereka sangat sehat tetapi untuk para penonton, yang mendukung di sekitar lapangan, kami tidak dapat benar-benar bisa mereka melatih diri mereka agar sangat sehat," kata Yuriko Koike menjelaskan.
(Baca Juga: Tertinggal 46 Poin dari Marquez, Rossi Kibarkan Bedera Putih?)
Selain masalah infrastruktur penunjang, kini pemerintah Jepang dan panitia penyelenggara memiliki pekerjaan rumah baru yaitu mengantisipasi suhu ekstrim selama gelaran Olimpiade Tokyo 2020.
"Jadi, tentu saja, bagaimana cara untuk mengatasi kondisi panas ini? Ini akan menjadi salah satu hal yang dibutuhkan untuk menyukseskan Olimpiade 2020," kata Yuriko Koike.
Meskipun sedikit was-was dengan kondisi cuaca saat musim panas tetapi Jepang optimistis cuaca ekstrim tidak akan terjadi lagi pada dua tahun mendatang.